Minggu, 27 Oktober 2013

Istiqamah (Akhlak Islam)


1. Definisi

a. Menurut bahasa: stabil dan berpegang teguh terhadap sesuatu, komitmen terhadapnya, melaksanakannya dengan kontinyu dan terus-menerus.
b. Menurut istilah: berpegang teguh terhadap agama secara menyeluruh dan komitmen terhadapnya.

2. Buah-buah Istiqamah

1. Malaikat turun kepadanya. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu”. (Fushilat: 30). Malaikat turun dengan membawa berita gembira. Imam Waki’ berkata: “Berita gembira tersebut diberikan dalam tiga tempat, ketika meninggal dunia, ketika dalam alam kubur dan ketika dibangkitkan dari kubur.

2. Mendapatkan ketenangan dan ketenteraman. Allah berfirman: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih,” Imam ‘Atha’ berkata: “Jangan takut pahala kalian tidak diterima, sesungguhnya pahala tersebut diterima oleh Allah, dan jangan bersedih atas dosa-dosa kalian, sesungguhnya kami akan mengampuni dosa-dosa tersebut.”

3. Dijanjikan surga padanya. Seperti firman Allah dalam surah Fushilat ayat 30 di atas.

4. Allah menjadi pelindungnya di dunia dan di akhirat. Allah berfirman: “Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.” (Fushilat: 31). Imam Syaukani berkata: “Yaitu bahwa Allah yang menanggung untuk menjaga dan menolong kalian dalam urusan dunia dan urusan akhirat, dan barang siapa yang Allah telah menjadi pelindungnya maka dia akan mendapat keuntungan dari semua yang ia inginkan dan dia akan selamat dari semua yang ia takutkan.”

5. Mendapat ampunan dari dosa-dosa. Allah berfirman: “Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Fushilat: 32). Imam Ibnu Katsir berkata: “Yaitu Allah Yang Maha Pengampun yang telah mengampunkan dosa-dosa kalian dan sayang kepada kalian. Sehingga Allah telah mengampuni dan menutupi dosa, serta mengasihi dan berlaku lemah lembut kepada kalian.

6. Luas rizki dan hidup berbahagia. Allah berfirman: “Dan bahwasannya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rizki yang banyak). (QS 72: 16). Sahabat ‘Umar bin al-Khaththab berkata: “Dimana ada air, di sana pasti ada kekayaan.”

Jalan Menuju Istiqamah

1. Melakukan ketaatan. Yaitu dengan sungguh-sungguh dan mujahadatun-nafs. Dalam surat Huud, setelah Allah memerintahkan untuk istiqamah, (maka tetaplah kamu pada jalan yang benar [istiqamah], sebagaimana diperintahkan kepadamu dan [juga] orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS 11: 112) Allah memerintahkan untuk shalat dan sabar. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda: “Istiqamahlah kalian, tapi kalian tidak akan bisa, ketahuilah bahwa sebaik-baik amal kalian adalah shalat, dan tidak seorangpun yang selalu menjaga wudlu kecuali adalah Mukmin. (HR Ahmad).
2. Ilmu. Yang paling penting adalah ilmu tentang tauhidullah, sebab ilmu ini merupakan pintu istiqamah. Rasulullah bersabda: “Katakanlah: ‘Saya beriman kepada Allah’ kemudian istiqamahlah kalian.”

3. Ikhlash. Sebab riya’ merupakan penyimpangan dari niat dan membatalkan amal, jani niat yang ikhlash harus dibina sehingga bisa istiqamah, kemudian jujur kepada Allah baik dalam perbuatan maupun dalam perkataan.

4. Mengikuti sunnah Rasulullah. Seorang yang tidak mengikuti sunnah dia akan sesat dari jalan yang lurus. Allah berfirman: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS 42: 52).

5. Proporsional dan seimbang. Rasulullah bersabda: “Bebankan amal perbuatan yang kalian lakukan sesuai dengan kemampuan kalian. Sesungguhnya Allah tidak akan bosan sehingga kalian bosan. Dan amal yang paling disukai Allah adalah istiqamah (kontinyu) walaupun sedikit.”

6. Berdoa memohon diberi sifat istiqamah. Firman Allah: “barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya dia menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus.” (QS 6: 39). Imam Hasan al-Basri jika membaca ayat ini beliau langsung berdoa: “Ya Allah, Engkau Tuhanku. Berikanlah rizki istiqamah padaku.”

7. Bergaul dengan teman yang baik. Allah berfirman: “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, Kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (QS 11:113).

8. Memiliki interaksi yang baik dengan al-Qur’an. Allah berfirman: “Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,” (QS 17: 9).

Penghalang Istiqamah

1. Meremehkan kemaksiatan. Rasululah bersabda: “waspadalah kalian terhadap dosa-dosa kecil, sesungguhnya dia akan berkumpul pada seseorang hingga membinasakannya.” (HR Ahmad). Salah seorang shahabat berkata: “Sesungguhnya kalian mendapatkan beberapa perbuatan, kalian menganggapnya sekecil rambut, akan tetapi pada masa kami dulu, pada masa Rasulullah perbuatan tersebut sebagai dosa besar.” (Hr Bukhari).

2. Disibukkan oleh urusan dunia dan lupa akan urusan akhirat. Rasulullah bersabda: “Bukan kemiskinan yang kami takutkan pada kalian, akan tetapi yang kami takutkan adalah sekiranya dunia sudah dibentangkan kepada kalian sebagaimana telah dibentangkan kepada umat sebelum kalian, maka kalian akan bersaing untuk mendapatkannya sebagaimana mereka bersaing dan kemudian kalian akan binasa sebagaimana mereka binasa.” (HR Bukhari).
3. Berlebihan dalam mengkonsumsi yang mubah, sehingga ia akan kesulitan untuk mengerjakan yang penting dan lalai dalam mengerjakan yang wajib.

4. Berteman dengan orang-orang yang berakhlak buruk. Allah berfirman: “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim[740] yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, Kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (QS 11: 113)

Berbakti kepada Orang Tua


Wajibnya berbakti kepada orang tua (birrul waalidain)

Allah berfirman:
“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil”. (al-Israa’: 23-24)
Dari Jabir, Rasulullah bersabda: “Berbaktilah kepada kedua orang tua kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbakti kepada kalian.”

Keutamaan Berbakti kepada orang tua

1. Amal yang paling dicintai Allah setelah shalat. Dari Amr Asy-Syaibani berkata: “Saya bertanya kepada Rasulullah: ‘Apakah amal yang dicintai Allah?’ Rasulullah menjawab: ‘Shalat tepat pada waktunya.’ Saya berkata: ‘Kemudian amal apa lagi wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab: ‘Berbakti kepada orang tua.,’ ‘Kemudian apa lagi wahai Rasulallah?’ ‘Jihad fii sabilillah.’” (HR Bukhari).
2. Doanya orang tua dikabulkan oleh Allah. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Tiga doa yang pasti dikabulkan Allah, doa orang yang teraniaya, doa orang musafir, dan doa orang tua terhadap anaknya.” (HR Tirmidzi, Abu Dawut dan Ahmad).
3. Penyebab turunnya rahmat Allah. Lihat kisah 3 orang yang terperangkap dalam goa.
4. Menjadi penghapus dosa-dosa besar. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Sungguh celaka, sungguh celaka.” Para Shahabat bertanya: “Siapa wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda: “Siapa yang mendapati dua orang tuanya dalam usia lanjut, atau salah satunya dan dia masuk neraka.” (HR Muslim).

Cara Berbakti Kepada Orang Tua

1. Ketika mereka masih hidup.
a. Berbuah ihsan pada keduanya
b. Melaksanakan hak-hak nya
c. Senantiasa menaatinya
d. Menjauhkan apa-apa yang akan menyakitinya
e. Melakukan apa-apa yang diridhainya
2. Ketika mereka sudah meninggal
a. Mendoakan mereka
b. Memohonkan ampun pada Allah
c. Melaksanakan janji-janjinya
d. Menyambung silaturahim yang biasa disambungnya
e. Ziarah pada kubur mereka

Durhaka Kepada Orang Tua:

1. Tidak mentaatinya
2. Mengabaikan hak-hak mereka
3. Melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai
4. Menyakiti mereka walau hanya berkata “hus”
5. Memandang mereka dengan pandangan yang menghinakan
6. Bersikap dengan sikap yang merendahkan

Dari Ibnu ‘Abbas ra. Rasulullah saw. bersabda: “Terlaknat orang yang mencaci ayahnya, terlaknat orang yang mencaci ayahnya.”

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Allah melaknat tujuh golongan dari makhluk-Nya dari atas langit yang ketujuh: terlaknat orang yang durhaka pada kedua orang tuanya.”

Dari Anas ra. Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang orangtuanya ridla padanya maka Allah telah ridla padanya pula, dan barang siapa yang orang tuanya murka padanya maka Allah telah murka kepadanya pula.”

Ibnu ‘Umar berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Di antara dosa besar adalah: mensekutukan Allah, durhaka pada orang tua, membunuh orang lain dan sumpah palsu.”

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang durhaka kepada orangtuanya, pecandu khamr, yang mendustakan takdir dan yang melakukan sumpah palsu.”

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabada: “Empat hal yang telah pasti Allah tidak akan memasukkannya ke dalam surga dan tidak mencicipi kenikmatannya: pecandu khamr, pemakan riba, pemakan harta anak yatim yang bukan haknya dan pendurhaka kepada orang tuanya.”

Dari ‘Abdullah bin Aufa, berkata: “Seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: ‘Wahai Rasulullah, ada serorang pemuda yang sedang sakaratul maut, ketika dituntun untuk mengucapkan “laa ilaaha illallaah” dia tidak bisa mengucapkannya. Rasulullah bersabda: ‘Bukankah dia sudah terbiasa mengucapkannya?’ Mereka menjawab: ‘Benar wahai Rasulullah.’ Rasulullah bersabda: ‘Apa yang menghalanginya untuk mengucapkannya sekarang?’ lantas Rasulullah mendatanginya dan bersabda: ‘Katakanlah: “Laa ilaaha illallaah”. Remaja tersebut berkata: ‘Saya tidak bisa.’ Rasulullah bersabda: ‘Kenapa?’ dia menjawab: ‘Karena saya telah durhaka kepada ibu saya.’ Rasulullah bersabda: ‘Apakah beliau masih hidup?’ dia berkata: ‘Masih wahai Rasulallah.’ Rasulullah bersabda: ‘Panggilkan dia,’ lantas beliau berkata: ‘Apakah ini adalah anakmu?’ Dia menjawab: ‘Benar wahai Rasulullah.’ Rasulullah bersabda: ‘Jika engkau tidak mengampuninya maka saya akan menyalakan api yang besar dan membakarnya.’ Ibunya berkata: ‘Jika demikian saya memaafkannya.’ Rasulullah bersabda: ‘Bersumpahlah kepada Allah dan persaksikanlah pada kami bahwa kamu telah ridla padanya.’ Ibu itu berkata: ‘Saya bersumpah dan saya bersaksi di hadapan Rasulullah bahwa saya telah ridla pada anak saya.’ Rasulullah bersabda: ‘Wahai anak muda, katakanlah: laa ilaaha illallaah.’ Maka anak muda itu lantas mengucapkan laa ilaaha illallaah. Rasulullah bersabda: ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan hambanya dari api neraka.’”

Tawadlu’


Definisi Tawadlu’

a. Definisi menurut bahasa: berasal dari kata “wadlo-a” yang berarti rendah
b. Definisi menurut istilah: merendahkan diri di hadapan Allah dan hamba-hamba-Nya yang shaleh.

Atau: mencegah diri untuk memandang diri lebih dari yang lain, dengan konsekuensi perilaku atau kata-kata yang mencerminkan penghormatan dan pemulyaan pada orang lain.

Urgensi Tawadlu’

1. Merupakan sifat orang-orang Mukmin. Allah berfirman: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS 25: 63)
Dalam ayat lain Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS 5: 54)

2. Mendapatkan mahabbah dari Allah. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (QS 4: 36)

3. Mendapat penghormatan dari orang lain, dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda: “Tiada seseorang yang tawadlu’ karena Allah, kecuali Allah akan mengangkatnya.” (HR Muslim)

4. Menyebabkan menyatunya hati

5. Penyebab masuk surga. Allah berfirman: “Negeri akhirat itu, kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS 28: 83)
6. Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk tawadlu. Allah berfirman: “88.

Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang Telah kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (QS 15: 88)

Macam-Macam Tawadlu’

1. Tawadlu kepada Allah. Tanda-tandanya: 1) menganggap kecil akan ketaatannya. Allah berfirman: “60. Dan orang-orang yang memberikan apa yang Telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka” (QS 23: 60), 2) menganggap besar kemaksiatan yang dilakukannya. 3) menyandarkan keberhasilan kepada Allah. Allah berfirman: 49. Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru kami, Kemudian apabila kami berikan kepadanya nikmat dari kami ia berkata: “Sesungguhnya Aku diberi nikmat itu hanyalah Karena kepintaranku”. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak Mengetahui.” (QS 39: 49).

2. Tawadlu kepada agama Allah, tandanya adalah:
a. Menerima dan tunduk kepadanya
b. Tidak menyangkalnya
c. Tidak menuduhnya dengan tuduhan yang tidak baik

3. Tawadlu kepada Rasulullah. Tanda-tandanya:
a. Tidak keberatan di dalam mengikuti dan menaatinya. Allah berfirman: “65. Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS 4: 65)
b. Mendahulukan petunjuknya atas yang lain

4. Tawadlu kepada orang-orang Mukmin, tandanya:
a. Mentaati orang-orang yang diperintahkan oleh syariat untuk ditaati
b. Menerima kebenaran darimanapun datangnya
c. Bersaudara dengan mereka
d. Menghormati mereka
e. Berkhidmat terhadap mereka
f. Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Allah berfirman: “Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS 9: 128)
g. Memberi maaf dan memintakan ampunan buat mereka
h. Mengajak mereka bermusyawarah
i. Bergaul dengan orang-orang shaleh