Kamis, 24 Oktober 2013

Sabar (1)


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi, hadits-hadits tentang Sabar

Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu.” (Ali Imraan: 200)

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (al-Baqarah: 155)

“Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: innaa lillaahi wa innaa ilaiHi raaji-‘uun.” (al-Baqarah: 156)

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (az-Zummar: 10)

“Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (asy-Syuura: 43)

“jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (al-Baqarah: 153)

Allah Ta’ala berfirman: “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu.” (Muhammad: 31)

Dari Abu Malik al-Harits bin Ashim al-Asy’ariy ra. Ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda: “Suci adalah sebagian dari iman, membaca Alhamdulillah dapat memenuhi timbangan, subhaanallah dan alhamdulillaah itu dapat memenuhi semua yang ada di antara langit dan bumi, shalat itu adalah cahaya, sedekah itu adalah bukti iman, sabar itu adalah pelita dan al-Qur’an untuk berhujah (berargumentasi) terhadap yang kamu sukai ataupun terhadap yang tidak kamu sukai. Semua orang pada waktu pagi menjual dirinya, kemudian ada yang membebaskan dirinya dan ada juga yang membinasakan dirinya.” (HR Muslim)

Dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan al-Khudriy ra. Ia berkata: Ada beberapa shahabat anshar meminta sesuatu kepada Rasulullah saw. maka beliau memberinya sehingga habislah apa yang ada pada beliau. Ketika beliau memberikan semua yang ada di tangannya, beliau bersabda kepada mereka: “Semua kebaikan yang ada padaku tidak akan aku sembunyikan pada kalian. Siapa saja yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah pun akan menjaganya dan siapa saja yang merasa cukup, maka Allah akan mencukupinya. Serta siapa saja yang menyabarkan dirinya, maka Allah pun akan memberikan kesabaran. Dan seseorang tidak akan mendapatkan anugerah yang lebih baik atau lebih lapang melebihi kesabaran.” (HR Bukhari dan Muslim)

Abu Yahya Shuhaib bin Sinan ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sangat menakjubkan bagi orang mukmin, apabila segala urusannya sangat baik baginya, dan itu tidak akan terjadi bagi seseorang yang beriman kecuali apabila mendapatkan kesenangan ia bersyukur, maka yang demikian itu sangat baik, dan apabila ia tertimpa kesusahan ia sabar, maka yang demikian itu sangat baik baginya.” (HR Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: “Ketika Nabi saw. menderita sakit keras, Fatimah ra. mengeluh: “Aduh, ayah sakit keras.” Kemudian beliau bersabda: “Ayahmu tidak akan menderita lagi setelah hari ini.” Ketika beliau wafat, Fatimah berkata: “Wahai ayahku, engkau telah memenuhi panggilan Rabb. Wahai ayahku, surga firdauslah tempat kembalimu. Wahai ayahku, kepada Jibril kami memberitakan wafatmu.” Ketika beliau telah dikubur, Fatimah ra. berkata: “Apakah kalian menyukai untuk menaburkan tanah di atas makam Rasulullah saw.?” (HR Bukhari)

Dari Abu Zaid Usamah bin Zaid bin Haritsah, (dia pelayan, kekasih dan anak kekasih Rasulullah saw.) ia berkata: salah seorang putri Nabi saw. mengutus seseorang untuk memberitahu kepada beliau bahwa anaknya sedang sakaratul maut, maka kami diminta untuk datang, kemudian beliau hanya mengirimkan salam seraya bersabda: “Sungguh menjadi hak Allah untuk mengambil dan memberi dan segala sesuatunya telah ditentukan di sisi Allah, maka hendaklahkamu sabar dan mohonlah pahala kepada Allah.” Kemudian orang itu disuruhnya kembali, menghadap Nabi saw. seraya meminta yang disertai dengan sumpah agar beliau berkenan hadir. Maka pergilah beliau beserta Sa’ad bin Ubadah, Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit dan beberapa shahabat lain. Maka diberikan anak yang sakit itu kepada Rasulullah saw. dan didudukkan di pangkuan beliau, sedangkan nafasnya tersengal-sengal, maka meneteslah air mata beliau, kemudia Sa’ad bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau meneteskan air mata?” beliau menjawab: “Tetesan air mata adalah rahmat yang dikaruniakan Allah Ta’ala ke dalam hati hamba-hamba-Nya.”
Dalam riwayat lain disebutkan: “Ke dalam hati hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah menyayangi hamba-hamba-Nya yang mempunyai rasa sayang.” (HR Bukhari dan Muslim)

Sabar (2)


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi, hadits-hadits tentang Sabar

Dari Shuhaib ra. Rasulullah saw. bersabda: “Pada zaman dahulu ada seorang raja yang mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir itu telah lanjut usia, ia berkata kepada rajanya: ‘Sesungguhnya saya sekarang sudah lanjut usia. Oleh karena itu perkenankanlah saya meminta tuan untuk mengirimkan seorang pemuda dan saya akan mengajariny ilmu sihir.” Raja itupun mengirimkan seorang pemuda untuk belajar ilmu sihir. Akan tetapi di tengah perjalanan ke tempat tukang sihir, ia bertemu dengan seorang pendeta, kemudian pemuda itu berhenti untuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh pendeta itu, oleh karena itu ia terlambat datang ke tempat tukang sihir. Ketika pemuda itu sampai di tempat tukang sihir, maka pemuda itu dipukul. Kemudian ia mengadukan kepada pendeta, dan si pendeta itu berkata: “Apakah kamu takut kepada tukang sihir itu, maka katakanlah bahwa keluargamu menahanmu, dan apabila kamu takut terhadap keluargamu maka katakanlah bahwa tukang sihir itu menahanmu.”

Suatu hari ketika dalam perjalanan, dijumpai di tengah jalan seekor binatang yang sangat besar, sehingga orang-orang tidak berani meneruskan perjalanan. Pada saat itulah si pemuda berkata:”Nah, hari ini aku akan mengetahui tukang sihirkah yang lebih utama ataukah pendeta.” Pemuda itu mengambil batu seraya berkata: “Ya Allah, apabila ajaran pendeta itu lebih Engkau sukai maka matikanlah binatang yang sangat besar itu agar orangpun dapat meneruskan perjalanannya.” Kemudian ia melempar batu itu, dan matilah binatang itu. Sehingga orang-orangpun dapat melanjutkan perjalanannya. Ia lalu mendatangi pendeta itu dan menceritakan apa yang baru saja terjadi. Pendeta itu berkata: “Wahai anakku, kamu sekarang lebih utama dari aku karena kamu telah menguasai segala yang aku ketahui, dan ketahuilah, kamu nanti akan mendapat ujian; tetapi ingatlah, apabila kamu diuji, janganlah kamu menyebut-nyebut namaku.” Setelah itu pemuda itu tadi dapat menyembuhkan orang buta, penyakit belang dan berbagai jenis penyakit lainnya.
Tersebarlah berita, bahwa kawan raja sakit mata sehingga buta dan sudah diusahakan kemana-mana tetapi belum juga sembuh. Kemudian datanglah ia ke pemuda itu dengan membawa beraneka macam hadiah dan berkata: “Seandainya kamu dapat menyembuhkan saya, akan saya penuhi semua permintaanmu.” Pemuda itu menjawab: “Sesungguhnya saya tidak bisa menyembuhkan seseorang, tetapi yang menyembuhkan adalah Allah Ta’ala. Apabila engkau beriman kepada Allah Ta’ala niscaya saya akan berdoa kepada-Nya agar menyembuhkan penyakitmu.” Maka berimanlah orang itu kepada Allah dan sembuhlah penyakitnya.
Orang itu datang ke tempat raja dan duduk bersama sebagaimana biasa, kemudian sang raja bertanya kepadanya: “Siapakah yang menyembuhkan matamu itu?” ia menjawab: “Tuhanku.” Sang Raja berkata: “Apakah kamu mempunyai Tuhan selain aku?” ia menjawab: “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.” Maka sang Raja langsung menyiksanya sehingga orang itu menunjuk kepada pemuda tadi. Maka dipanggillah pemuda itu dan berkatalah sang Raja kepadanya: “Hai anakku, sihirmu sangat ampuh sehingga dapat menyembuhkan orang buta, penyakit belang dan kamu bisa berbuat ini dan itu.” Pemuda itu menjawab: “Sesungguhnya yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah Ta’ala.” Maka disiksalah pemuda itu sehingga ia menunjuk kepada sang pendeta, maka dipanggillah pendeta itu. Rajapun berkata kepadanya: “Kembalilah kamu kepada agamamu semula.” Tetapi pendeta itu tidak mau, kemudian raja menyuruh untuk menggergajinya dari atas kepala hingga badannya terbelah dua. Kemudian dipanggillah kawan raja itu dan dikatakan kepadanya: “Kembalilah pada agamamu semula.” Tetapi orang itu tidak mau, iapun digergaji dari atas kepala sampai badannya terbelah dua. Kemudian dipanggillah pemuda itu, raja berkata kepadanya: “Kembalilah kepada agamamu semula.” Tetapi pemuda itupun menolak, kemudian dia diserahkan kepada pasukan dan memerintahkan untuk membawanya ke suatu gunung. “Ketika sampai di puncak gunung, paksalah supaya kembali kepda agamanya semula. Bila tidak, lemparkan ia dari atas gunung biar mati.” Pasukan itupun membawa pemuda tadi ke puncak gunung. Dan di sana pemuda itu berdoa: “Ya Allah, hindarkanlah saya dari kejahatan mereka sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki.” Kemudian bergoncanglah gunung itu sehingga pasukan tadi berguling dari atas gunung. Pemuda itu mendatanginya, dan sang raja bertanya keheranan: “Apa yang diperbuat oleh pasukan itu?” pemuda itu menjawab: “Allah Ta’ala telah menghindarkan saya dari kejahatan mereka.” Pemuda itu ditangkapnya diserahkan kembali kepada kelompok pasukan yang lain, untuk membawa pemuda itu naik kapal, untuk menenggelamkan di tengah lautan. Pasukan itu membawanya naik kapal, kemudian pemuda itu berdoa: “Ya Allah , hindarkanlah saya dari kejahatan mereka sesuai dengan yang Engkau kehendaki.” Kemudian kapal itu terbalik dan tenggelamlah mereka. Pemuda itupun kembali kepada sang raja, dan sang raja bertanya lagi keheranan: “Apakah yang diperbuat oleh pasukan itu?” Pemuda itu menjawab: “Allah Ta’ala telah menghindarkan aku dari kejahatan mereka.” Kemudian pemuda itu berkata kepada sang raja: “Sesungguhnya engkau tidak akan bisa mematikan saya sebelum engkau memenuhi permintaanku.” Raja bertanya: “Apakah yang engkau inginkan?” pemuda itu menjawab: “Engkau harus mengumpulkan orang banyak dalam satu lapangan dan saliblah saya di seubah tiang, kemudian ambillah anak panahku dari tempatnya serta letakkanlah pada busurnya, kemudian bacalah: “Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini.” Kemudian lepaskanlah anak panah itu ke arahku. Apabila engkau berbuat seperti itu, maka engkau akan berhasil membunuhku.”
Mendengar yang demikian itu, raja mengumpulkan orang banyak di salah satu lapangan dan menyalib pemuda itu di atas tiang kemudian ia mengambil anak panah dari tempatnya dan diletakkan pada busurnya kemudian membaca: “Dengan menyebut Nama Allah, Tuhannya pemuda ini.” Dan dilepaskanlah anak panah itu ke arah pelipisnya, kemudian pemuda itu meletakkan tangannya pada pelipis yang terluka, lalu iapun mati.
Pada saat itu juga serentak orang-orang berkata: “Kami beriman dengan Tuhannya pemuda itu.” Ada orang yang menyampaikan berita itu kepada sang raja seraya berkata: “Tahukah engkau, apa yang engkau khawatirkan sekarang telah menjadi kenyataan. Demi Allah, kekhawatiranmu tidak ada gunanya sama sekali karena orang-orang sudah beriman.”
Kemudian sang raja memerintahkan untuk membuat parit yang besar pada setiap persimpangan jalan, di dalamnya dinyalakan api, kemudian memerintahkan kepada siapa saja yang tidak mau kembali kepada agama semula, maka akan dilempar ke dalam parit. Perintah itu dilaksanakan. Ada seorang wanita yang berpegang teguh pada agama yang haq, namun ia membawa bayinya dan merasa sangat kasihan kepada anaknya kalau ia beserta anaknya masuk ke dalam parit, akan tetapi bayi itu berkata: “Wahai ibu, sabarlah, karena engkau berada di dalam kebenaran.” (HR Muslim)

Dari Anas, ia berkata: Sewaktu Nabi saw. menjumpai seorang wanita sedang menangis di atas kubur, maka beliau bersabda: “Bertawakallah kepada Allah dan sabarlah.” Wanita itu berkata: “Pergilah dari sini karena sesungguhnya engkau tidak tertimpa musibah sebagaimana yang aku alami.” Wanita itu tidak tahu bahwa yang berkata adalah Nabi. Kemudian ada seseorang yang memberitahukan kalau itu adalah Nabi saw.. Maka wanita itu segera datang ke rumah beliau saw. dan ia tidak menjumpai para penjaga pintu, sehingga dengan mudah ia memasukinya kemudian ia berkata: “Saya tidak tahu kalau yang berkata tadi adalah engkau.” Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya sabar itu hanyalah pada hari pertama dari musibah itu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim disebutkan: “Wanita itu menangisi anaknya yang baru meninggal.”
Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: Tidak ada balasan kecuali surga bagi hamba-Ku yang mukmin, yang telah Aku ambil kembali kekasihnya dari ahli dunia, dan ia hanya mengharapkan pahala dari-Ku.” (HR Bukhari)

Sabar (3)


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi, hadits-hadits tentang Sabar

Dari Aisyah ra. ia bertanya kepada Rasulullah saw. tentang wabah penyakit yang tersebar di seluruh negeri, kemudian beliau memberitahu, bahwa wabah itu merupakan siksaan yang ditimpakan oleh Allah Ta’ala kepada siapa saja yang dikehendakinya, akan tetapi Allah Ta’ala menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman, maka seorang yang tetap tinggal pada suatu daerah yang kejangkitan wabah dan ia sabar serta hanya memohon kepada Allah kemudian sadar bahwa ia tidak akan tertimpa wabah kecuali Allah akan menakdirkannya, maka ia akan mendapat pahala seperti pahalanya orang yang mati syahid.” (HR Bukhari)

Dari Anas ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: Apabila Aku menguji seorang hamba-Ku dengan membutakan pada kedua matanya kemudian ia sabar, maka Aku akan menggantikannya dengan surga.” (HR Bukhari)

Dari Atha’ bin Abu Ribah, ia berkata: Ibnu Abbas ra. berkata kepadaku: “Maukah saya tunjukkan seorang wanita yang termasuk ahli surga?” saya menjawab: “Tentu saja saya mau.” Ia berkata: “Adalah wanita berkulit hitam yang pernah datang kepada Nabi saw. waktu itu ia berkata: ”Sesungguhnya saya mempunyai penyakit ayan, dan aurat saya terbuka karenanya. Oleh karena itu memohonlah kepada Allah agar penyakit ayan saya sembuh.” Beliau bersabda: “Apabila kamu mau sabar maka kamu akan masuk surga, dan apabila kamu tetap meminta maka saya pun akan berdoa kepada Allah agar engkau sembuh dari penyakitmu.” Wanita itu menjawab: “Kalau begitu saya akan bersabar.” Kemudian wanita itu berkata lagi: “Sesungguhnya aurat saya terbuka karenanya, oleh karena itu mohonkanlah kepada Allah agar aurat saya tidak terbuka.” Maka Nabi pun berdoa untuknya agar auratnya tidak terbuka.” (HR Bukhari dan muslim)

Dari Abi Abdurrahman bin Abdillah bin Mas’ud ra. ia berkata: “Seakan-akan saya masih melihat Rasulullah saw. sewaktu menceritakan salah seorang dari para Nabi ketika dipukuli kaumnya sehingga berlumuran darah, dan ia mengusap darah dari mukanya sambil berdoa: “Ya Allah, ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. ia berkata: “Seorang muslim yang tertimpa kecelakaan, kemelaratan, kegundahan, kesedihan, kesakitan maupun keduka citaan, sampai yang tertusuk duripun niscaya Allah akan mengampuni dosanya sesuai apa yang menimpanya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Mas’ud ia berkata: “Saya masuk ke tempat Nabi saw. waktu itu beliau sedang sakit panas. Kemudian saya berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau benar-benar menderita sakit yang sangat panas.” Beliau memberitahukan: “Benar. Sakit panas yang saya derita ini dua kali lipat lebih panas dari yang biasa diderita kalian.” Saya bertanya: “Kalau begitu engkau mendapat pahala dua kali lipat?” Beliau menjawab: “Benar. Memang demikian keadaannya.” Seorang muslim yang tertimpa suatu kesakitan, baik itu tertusuk duri maupun lebih dari itu, niscaya Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya dan menghapus dosa-dosanya sebagaimana daun-daun yang berguguran dari pohon.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang dikehendaki Allah menjadi orang baik, maka diberikan cobaan kepadanya.” (HR Bukhari)

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah salah seorang di antara kamu sekalian menginginkan mati karena tertimpa kesulitan. Seandainya terpaksa harus berbuat demikian, maka ucapkanlah: ‘Ya Allah, biarkanlah saya hidup apabila hidup lebih baik bagiku, dan matilah saya apabila mati itu lebih baik bagiku.’” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Abdillah Khabbab bin Arati, ia berkata: Kami mengadu kepada Rasulullah saw. Saat itu beliau sedang berbantalkan sorbannya di bawah lindungan Ka’bah. Kami bertanya: “Apakah engkau tidak memintakan pertolongan buat kami? Apakah engkau tidak mendoakan kami?” Beliau menjawab: “Orang-orang sebelum kalian, ada yang ditanam hidup-hidup, digergaji dari atas kepalanya sehingga tubuhnya terbelah dua dan ada pula seseorang yang disisir dengan sisir besi sehingga mengenai daging kepalanya, yang demikian itu tidak menggoyahkan agama mereka. Demi Allah, Allah pasti akan mengembangkan agama Islam ini hingga merata di Shan’a sampai ke Hadramaut dan masing-masing dari mereka tidak takut melainkan kepada Allah, melebihi takutnya kambing terhadap serigala. Tetapi kalian sangat tergesa-gesa.” (HR Bukhari)

Dalam suatu riwayat disebutkan: “Beliau sedang berbantalkan sorbannya sedangkan kami baru saja bertemu dengan orang-orang musyrik yang menyiksa kami dengan siksaan yang sangat berat.”

Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Setelah perang Hunain Rasulullah saw. mendahulukan orang-orang yang terkemuka di dalam membagi harta rampasan perang. Beliau memberikan masing-masing seratus unta kepada al-Aqra’ bin Habis dan kepada ‘Uyainah bin Hishn. Dalam pembagian rampasan perang pada hari itu, yang didahulukan beliau beberapa pemuka Arab. Ada seorang laki-laki berkata: “Demi Allah sesungguhnya pembagian rampasan perang ini tidak adil dan nampaknya semata-mata bukan karena Allah.” Maka saya berkata: “Demi Allah, saya benar-benar akan menyampaikan hal ini kepada Rasulullah saw.” kemudian saya datang kepada beliau dan menceritakan apa yang dikatakan oleh orang laki-laki tadi. Tiba-tiba berubahlah wajah beliau bagaikan kesumba merah, kemudian bersabda: “Siapakah yang adil bila Allah dan Rasul-Nya dianggap tidak adil?” beliau bersabda lagi: “Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat kepada Nabi Musa karena beliau telah disakiti hatinya melebihi diriku, tetapi beliau tetap sabar.” Saya berkata: “Tidak apa-apa, saya tidak menyampaikan berita semacam itu lagi kepada beliau sesudah peristiwa itu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila Allah menghendaki hamba-Nya menjadi orang yang baik, maka Ia menyegerakan siksaannya di dunia, dan apabila Allah menghendaki hamba-Nya menjadi jahat, maka Ia menangguhkan balasan dosanya sehingga Allah akan menuntutnya pada hari kiamat.” ()

Sabar (4)


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi, hadits-hadits tentang Sabar

Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Apabila Allah Ta’ala mencintai suatu bangsa, maka Allah menguji mereka. Sehingga siapa saja yang ridla, maka Allah akan meridlainya dan siapa saja yang murka, maka Allah akan memurkainya.” (HR Tirmidzi)

Dari Anas ra. ia berkata: “Abu Thalhah mempunyai anak yang sedang sakit. Sewaktu Abu Thalhah pergi, anaknya meninggal dunia. Ketika Abu Thalhah pulang, ia bertanya: “Bagaimana kondisi anak kita?” Ummu Sulaim menjawab: “Anak kita lebih tenang.” Kemudian istrinya menghidangkan makanan lalu Abu Thalhah pun makan, selesai makan, istrinya berkata: “Kuburkanlah anak itu.” Kemudian pada pagi harinya Abu Thalhah datang kepada Rasulullah saw. dan menceritakan hal itu. Beliau bertanya: “Apakah tadi malam engkau bersetubuh dengan istrimu?” Abu Thalhah menjawab: “Ya.” Kemudian Rasulullah mendoakan keduanya: “Ya Allah, mudah-mudahan Engkau memberkahi keduanya.” Selang beberapa bulan, istrinya melahirkan bayi laki-laki. Kemudian Abu Thalhah menyuruh saya (Anas) untuk membawa bayi itu kepada Rasulullah saw. dengan menyertakan beberapa kurma. Setelah sampai di hadapan Nabi saw. beliau bertanya: “Adakah sesuatu yang disertakan bersama bayi ini?” ia menjawab: “Ya, beberapa buah kurma.” Beliau mengambil kurma-kurma itu, dan dikunyah sampai halus, kemudian diambil kembali dari mulut beliau lalu dimasukkannya ke dalam mulut bayi itu. Ia diberi nama Abdullah. (HR Bukhari dan Muslim)

Di dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari, disebutkan, Ibnu Uyainah berkata: “Ada seorang shahabat Anshar yang berkata: ‘Saya melihat ada sembilan anak yang kesemuanya telah pandai membaca al-Qur’an. Salah seorang di antaranya adalah Abdullah.”

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim, disebutkan: “Sewaktu anak Abu Thalhah dari Ummu Sulaim meninggal dunia, Ummu Sulaim berkata kepada segenap keluarganya: “Janganlah kalian menceritakan peristiwa anakku kepada Abu Thalhah sebelum saya sendiri menceritakannya.” Setelah Abu Thalhah datang, istrinya segera menghidangkan makan, maka makan dan minumlah Abu Thalhah, setelah itu istrinya mengajak becanda sehingga bersetubuh dan memberikan pelayanan sebaik-baiknya. Setelah istrinya tahu bahwa suaminya kenyang dan puas, maka berkatalah Ummu Sulaim: “Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu seandainya ada sekelompok orang yang meminjamkan sesuatu kepada salah satu keluarga kemudian orang itu meminta kembali pinjamannya, apakah pantas keluarganya menolaknya?” Abu Thalhah menjawab: “Tidak pantas.” Istrinya berkata: “Relakan putramu.” Abu Thalhah marah-marah seraya berkata: “Kenapa engkau diam saja sejak tadi sehingga saya bersetubuh denganmu, barulah engkau memberitahukan tentang anak kita.” Kemudian Abu Thalhah pergi dan datang kepada Rasulullah saw. serta menceritakan apa yang telah terjadi. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Semoga Allah memberkahi apa yang telah kalian lakukan tadi malam.”
Selang beberapa bulan hamillah istrinya. Setelah itu Rasulullah saw. bepergian bersama-sama dengan Abu Thalhah dan istrinya. Ketika kembali dan akan masuk Madinah, Ummu Sulaim tidak bisa melanjutkan perjalanan. Abu Thalhah berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya saya sangat senang kalau keluar masuk kota bersama Rasulullah saw. tetapi ketika saya akan masuk kota, ditahan disini sebagaimana Engaku ketahui.” Kemudian Ummu Sulaim berkata: “Wahai Abu Thalhah, rasa sakit perutku kini hilang, maka mari kita berjalan terus. Dan mulai terasa kembali perutnya ketika telah masuk kota Madinah. Di sanalah kemudian Ummu Sulaim melahirkan seorang anak laki-laki, dan dia berdoa: “Janganlah ada seorangpun yang menyusuinya sebelum engkau bawa kepada Rasulullah saw.” maka pada pagi harinya saya membawa bayi itu ke hadapan Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw. menyuapkan makanan yang telah dikunyah dan bayi itu diberi nama “Abdullah.”

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Yang dikatakan orang kuat bukanlah orang yang menang bergulat. Tetapi, yang dikatakan orang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Sulaiman bin Shurad ra. ia berkata: “Saya duduk bersama Nabi saw. tiba-tiba ada dua orang yang saling memaki, salah seorang di antara mereka merah mukanya dan pertikaian hampir terjadi, kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya saya mengetahui sebuah kalimat, apabila kalimat itu dibaca niscaya hilanglah apa yang sedang terjadi; yaitu apabila ia membaca: “A-‘uudzu billaaHi minasy syaithaanir rajiim (saya berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk)” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Mu’adz bin Anas ra. Nabi saw. bersabda: “Siapa saja yang menahan marah, padahal sebenarnya ia bisa untuk melampiaskannya, maka pada hari kiamat Allah swt. akan memanggilnya di hadapan semua makhluk, kemudian dia disuruh untuk memilih bidadari yang cantik jelita sesuai dengan yang diinginkannya.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: ada seorang berkata kepada Nabi saw.: “Nasehatilah aku.” Beliau bersabda: “Janganlah kamu marah.” Orang itu berkali-kali minta nasehat kepada Nabi, tetapi Nabi saw. tetap menjawabnya: “Janganlah kamu marah.” (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan, senantiasa mendapatkan cobaan, baik dirinya, anaknya maupun hartanya sehingga ia menghadap Allah Ta’ala tanpa membawa dosa.” (HR Tirmidzi)

Dari Ibnu Abbas ia berkata: Ketika Uyainah bin Hishn datang, dia menginap di tempat kemenakannya al-Hurr bin Qais, ia termasuk orang yang dekat dengan Umar ra. dan Umar memang mengangkat orang-orang yang pandai di dalam al-Qur’an sebagai kawan duduk dan kawan bermusyawarah, baik tua maupun muda. Uyainah berkata kepada kemenakannya: “Wahai kemenakanku, kamu adalah orang yang dekat dengan Amirul Mukminin, maka mintakanlah izin agar saya dapat menghadap kepadanya.” Kemudian kemenakannya meminta izin, Umar pun mengizinkan. Ketika Uyainah masuk, ia berkata: “Wahai putra al-Khaththab, demi Allah engkau tidak berbuat banyak terhadap kami dan engkau tidak adil di dalam mengadili kami.” Maka marahlah Umar dan hampir saja ia dipukulnya. Kemudian al-Hurr berkata kepada Umar: “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah telah berfirman kepada Nabinya: “Berikanlah maaf, suruhlah untuk berbuat baik dan janganlah engkau hiraukan orang-orang yang bodoh.” Dan sebenarnya orang ini adalah termasuk orang-orang yang bodoh. Demi Allah ketika ayat ini dibaca, Umar seakan-akan belum pernah mendengarnya, padahal Umar adalah orang yang sangat teliti terhadap kitab Allah Ta’ala.” (HR Bukhari)

Dari Ibnu Mas’ud ra. Rasulullah saw. bersabda: “Sepeninggalanku akan ada orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan ada pula hal-hal yang diingkarinya.” Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apa yang harus kami lakukan?” beliau menjawab: “Kamu harus menyampaikan kebenaran yang kamu ketahui dan memohonlah kepada Allah agar mendapatkan hakmu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Yahya Usaid bin Hudlair ra. ia berkata; “Ada seorang shahabat Anshar bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak mempekerjakanku sebagaimana engkau telah mepekerjakan si fulan?” beliau menjawab: “Sesungguhnya sepeninggalanku nanti kamu akan mendapatkan orang yang suka mementingkan diri sendiri maka bersabarlah kamu sampai bertemu denganku di dekat Telaga Kautsar.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Ibrahim Abdullah bin Abi Aufa ra. dikatakan kali tertentu: Rasulullah saw. menanti kedatangan musuh sehingga matahari tergelincir, maka bangkitlah beliau di tengah-tengah para shahabatnya seraya bersabda: “Wahai manusia, janganlah kalian berharap bertemu dengan musuh dan mintalah selalu pengampunan-Nya, serta bersabarlah. Ketahuilah, bahwa surga itu di bawah naungan pedang.” Kemudian Nabi saw. berdoa: “Wahai Allah yang menurunkan Kitab, yang menjalankan awan dan yang mengalahkan musuh, kalahkanlah mereka dan tolonglah kami untuk mengalahkan mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).

Jujur


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits-hadist tentang jujur

Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (at-Taubah: 119)

Allah berfirman: “Dan orang-orang yang benar baik laki-laki maupun perempuan.” (al-Ahzab: 35)

Allah berfirman: “Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (Muhammad: 21)

Dari Ibnu Mas’ud, dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan dn kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Muhammad al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. ia berkata: Saya menghafal beberapa kalimat dari Rasulullah saw. yaitu: “Tinggalkan apa yang kamu ragukan dan kerjakanlah apa yang tidak kamu ragukan. Sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan kebimbangan.” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Sufyan Shahr bin Harb ra. di dalam haditsnya yang panjang tentang pertanyaan Heraklius kepadanya: “Apa saja yang diperintahkan oleh Nabi saw. kepada kamu?” Abu Sufyan berkata: “Nabi saw. bersabda: ‘Sembahlah Allah Yang Mahaesa dan janganlah kamu menyekutukan apapun dengan-Nya, tinggalkanlah ajaran-ajaran nenek moyangmu. Beliau menyuruh kami untuk melaksanakan shalat, jujur, pemaaf dan menghubungkan sanak kerabat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Tsabit, (Abu Sa’id atau Abul Walid Sahl bin Hunaif), ia adalah orang yang ikut perang Badr. Munurut beliau, Nabi saw. bersabda: “Siapa saja yang benar-benar mohon untuk mati syahid kepada Allah Ta’ala niscaya Allah akan mengabulkan ke tingkat orang yang mati syahid walaupun ia mati di atas tempat tidur.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Ada salah seorang di antara para Nabi sewaktu akan berangkat perang, ia berpesan kepada kaumnya: ‘Janganlah mengikuti kami, yaitu orang-orang yang belum kawin, sedang ia belum berkumpul dengan istrinya. Orang membangun rumah, sedang ia belum selesai membangunnya. Dan janganlah mengikuti kami orang yang mau membeli kambing atau unta, dan ia menunggu kelahiran anaknya.’ Kemudian Nabi berangkat berperang dan ketika mendekati sebuah dusun kira-kira menjelang Nabi itu berkata kepada matahari: ‘Wahai matahari, sesungguhnya kamu diperintahkan dan saya pun diperintahkan. Ya Allah, tahanlah ia untuk membantu kami.” Maka tertahanlah matahari itu, sehingga Allah memberikan kemenangan kepada Nabi itu. Kemudian Nabi itu mengumpulkan barang-barang rampasan perang dan mendatangkan api untuk memakannya, tetapi api itu tidak mau memakannya, oleh karena itu Nabi itu bersabda: ‘Sesungguhnya ada di antara kamu sekalian yang tidak ikhlas, maka setiap kelompok harus mengirimkan seorang laki-laki untuk berbaiat kepadaku.’ Ada salah seorang yang tangannya melekat (tidak bisa dilepaskan) dengan tangan Nabi, sehingga Nabi itu berkata: ‘Di dalam kelompokmu ada orang yang tidak ikhlas. Oleh karena itu semua orang dalam kelompokmu harus berbaiat kepadaku.’ Kemudian melekatlah tangan dua atau tiga orang dengan tangan Nabi, maka beliau berkata: ‘Kalianlah yang tidak ikhlas.’ Orang-orang lalu membawa emas sebesar kepala sapi kemudian diletakkan di hadapan Nabi dan datanglah api, memakan emas tadi. Barang-barang rampasan perang belum dihalalkan bagi seseorang sebelum kami. Kemudian Allah melihat kelemahan kami, karena itu Allah menghalalkan barang rampasan itu bagi kami.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Khalid Hakim bin Hizam ra. ia masuk Islam sewaktu pembukaan kota Makkah, sedangkan ayahnya termasuk tokoh Quraisy, baik di zaman jahiliyah maupun setelah masuk Islam, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Dua orang yang berjual beli itu haruslah bebas sebelum berpisah. Apabila keduanya jujur dan berterus terang di dalam berjual beli, maka keduanya akan mendapatkan berkah. Tetapi, apabila keduanya menyembunyikan dan dusta, maka jual belinya itu tidak akan membawa berkah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Muraqabah (Menjaga Diri)


Riyadhush Shalihin; Hadits-hadits tentang Muraqabah

Allah berfirman: “Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (asy-Syu’ara: 218-219)

Allah berfirman: “Allah senantiasa bersama kamu sekalian dimanapun kamu berada.” (al-Hadid: 4)

Allah berfirman: “Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit.” (Ali ‘Imraan: 5)

Allah berfirman: “Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang tersembunyi oleh hati.” (al-Mu’min: 19)

Allah berfirman: “Sesungguhnya Rabb-mu benar-benar mengawasi.” (al-Fajr: 14)

Dari Umar bin al-Khaththab ra, ia berkata: “Ketika kami sedang duduk didekat Rasulullah saw. tiba-tiba muncul seorang lelaki berpakaian putih, berambut hitam pekat, bekas jalannya tidak terlihat dan tidak seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Ia duduk menghadap beliau saw. lalu menyandarkan kedua lututnya ke lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha Nabi, seraya berkata: “Wahai Muhammad, terangkan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah menjawab: “Islam adalah hendaknya engkau bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, memberikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan dan melakukan ibadah haji ke Baitullah jika memenuhi syaratnya.” Ia berkata: “Engkau benar.” Kami keheranan karenanya, dia bertanya tetapi membenarkannya. Lebih lanjut ia berkata: “Sekarang terangkanlah kepadaku tentang iman.” Rasulullah saw. menjawab: “Yaitu engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, dan hari akhir, serta engkau beriman kepada baik dan jeleknya taqdir.” Ia berkata: “Engkau benar. Selanjutnya terangkan kepadaku tentang ihsan.” Rasulullah saw. menjawab: “Yaitu hendaknya engkau beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya. Ketahuilah, bahwa Dia selalu melihatmu.” Orang itu kembali bertanya: “Beritahukan kepadaku kapan terjadinya hari kiamat.” Rasulullah saw. menjawab: “Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui daripada yang ditanya.” Orang itu berkata lagi: “Kalau begitu beritahukan tanda-tanda (terjadinya) hari kiamat.” Rasulullah saw. menjawab: “Yaitu apabila budak perempuan melahirkan bayi perempuan yang akan menjadi majikannya dan engkau akan melihat orang yang asalnya tidak bersandal, telanjang, papa, penggembala kambing, menjadi orang-orang yang saling berlomba meninggikan bangunan rumahnya.” Kemudian orang itu berlalu. Kami terdiam beberapa saat. Lalu Rasulullah bertanya: “Hai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya tadi?” Umar menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Rasulullah saw. memberitahukan: “Dia adalah Jibril. Ia datang untuk mengajari kalian tentang agama Islam.” (HR Muslim)

Dari Abu Dzar bin Junadah dan Abu Abdurrahman Muadz bin Jabal ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Bertakwalah kepada Allah dimana saja engkau berada. Sertailah (tutuplah) kejelekan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan tadi akan menghapus kejelekan, dan gaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi)

Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: Kali tertentu saya berada di belakang Nabi saw. kemudian beliau bersabda: “Hai anak kecil, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat, yaitu: ‘Jagalah (perintah) Allah, niscaya Dia akan menjaga dirimu. Jagalah (larangan) Allah niscaya dapati Allah selalu di hadapanmu. Jika engkau minta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah, jika umat manusia bersatu untuk memberikan manfaat (kebaikan) kepadamu niscaya mereka tidak akan dapat melakukan hal itu kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah kepadamu. Dan jika mereka bersatu hendak mencelakakan dirimu niscaya mereka tidak akan dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan Allah kepadamu. Telah diangkat pena dan telah keringlah (tinta) lembaran-lembaran itu.” (HR Tirmidzi)

Dalam riwayat selain Tirmidzi dikatakan, Rasulullah saw. bersabda: “Peliharalah (perintah) Allah niscaya engkau akan menemui-Nya di hadapanmu. Hendaklah engkau mengingat Allah di waktu lapang (senang), niscaya Allah akan mengingatmu di waktu susahmu. Ketahuilah, sesungguhnya sesuatu yang seharusnya luput mengenaimu, tentulah sesuatu itu tidak akan mengenaimu. Ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu diserta kesabaran, kesenangan itu ada kesudahan, dan kesudahan kesulitan pasti ada kemudahan.”

Dari Anas ra, ia berkata: “Sesungguhnya kalian sekarang melakukan perbuatan-perbuatan yang sangat mudah, padahal pada masa Rasulullah saw. perbuatan-perbuatan semacam itu kami anggap termasuk hal-hal yang merusak agama.” (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala cemburu; dan kecemburuan Allah Ta’ala yaitu, apabila ada seseorang yang melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan-Nya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra, ia mendengar Nabi saw. bersabda: “Ada tiga orang bani Israil yang mempunyai penyakit belang, botak dan buta. Kemudian Allah hendak menguji mereka, maka Allah mengutus malaikat kepada mereka. Malaikat itu datang kepada si belang dan berkata: “Apakah yang paling engkau inginkan?” si belang menjawab: “Saya menginginkan paras yang tampan dan kulit yang bagus serta hilang penyakitku yang menjadikan orang-orang jijik melihatku. Malaikat itu kemudian mengusap si belang, kemudian hilanglah penyakit yang menjijikkannya, ia juga diberi paras yang tampan dan kulit yang bagus. Malaikat itu bertanya lagi: “Harta apakah yang paling kamu senangi?” si belang menjawab: “Unta.” Ada yang mengatakan “Sapi.” Kemudian ia diberi unta yang sedang bunting sepuluh bulan, dan malaikat tadi berkata: “Semoga Allah memberi berkah atas rahmat yang kamu terima.”
Kemudian malaikat mendatangi si botak, dan bertanya: “Apakah yang paling engkau inginkan?” si botak menjawab: “Rambut yang rapi dan hilangnya penyakitku, yang menyebabkan orang-orang jijik kepadaku.” Malaikat itu lalu mengusap si botak dan hilanglah penyakitnya, serta tumbuhlah rambut yang rapi. Malaikat itu bertanya lagi: “Harta apakah yang paling engkau senangi?” si botak menjawab: “Sapi.” Malaikatpun memberinya sapi yang sedang bunting. Dan ia berkata: “Semoga Allah memberi berkah atas rahmat yang kamu terima.”
Selanjutnya malaikat itu mendatangi si buta dan bertanya: “Apakah yang paling kamu inginkan?” si buta menjawab: “Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang.” Malaikat itu lantas mengusap si buta dan Allah mengembalikan penglihatannya. Malaikat itu bertanya lagi: “Harta apakah yang paling engkau senangi?” si buta menjawab: “Kambing.” Kemudian ia diberi kambing yang sedang bunting.
Selang beberapa tahun, unta, sapi dan kambing berkembang biak yang akhirnya unta itu memenuhi suatu lapangan, demikian pula sapi dan kambing. Kemudian malaikat tadi datang kepada si belang yang menyerupai orang yang berpenyakit belang seperti keadaan si belang waktu itu, dan berkata: “Saya adalah orang miskin, yang kehabisan bekal di tengah-tengah perjalanan. Sampai hari ini tidak ada yang mau memberikan pertolongan kepada saya kecuali Allah, saya harap engkau mau memberikan pertolongan. Saya benar-benar minta pertolongan kepadamu dengan menyebut yang telah memberi engkau paras yang tampan dan kulit yang halus serta harta kekayaan, dan saya minta seekor unta untuk bekal di dalam melanjutkan perjalanan saya.” Si belang berkata: “Hak-hak yang harus saya berikan masih banyak, saya tidak bisa membekali apa-apa.” Malaikat itu berkata: “Kalau tidak salah saya kenal dengan kamu. Bukankah kamu dulu orang yang berpenyakit belang sehingga orang lain merasa jijik kepadamu. Bukankah kamu dulu orang miskin kemudian Allah memberi rahmat kepadamu?” si belang berkata: “Harta kekayaan ini adalah dari nenek moyang.” Malaikat itu berkata: “Jika kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu seperti keadaan semula.” Kemudian malaikat itu datang kepada si botak seperti keadaan si botak, dan berkata seperti yang dikatakan kepada si Belang. Si botak juga menjawab seperti jawaban si belang. Kemudian malaikat itu berkata: “Jika kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu seperti semula.” Malaikat tadi terus ke tempat si buta dengan menyerupai orang yang buta seperti keadaan si buta waktu itu, dan berkata: “Saya adalah orang miskin yang kehabisan bekal di tengah-tengah perjalanan dan sampai hari ini tidak ada yang mau memberikan pertolongan kepada saya kecuali Allah, saya berharap mudah-mudahan kamu mau memberikan pertolongan. Saya benar-benar minta pertolongan kepadamu dengan menyebut yang telah mengembalikan penglihatanmu, dan saya minta satu ekor kambing untuk bekal di dalam melanjutkan perjalanan saya.” Si buta berkata: “Saya dahulu adalah orang buta kemudian Allah mengembalikan penglihatan saya. Maka ambillah apa yang kamu inginkan dan tinggalkanlah apa yang tidak kamu senangi. Demi Allah sekarang saya tidak akan memberatkan sesuatu kepadamu yang kamu ambil karena Allah Yang Maha Agung.” Malaikat itu berkata: “Peliharalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu hanyalah diuji dan Allah benar-benar ridla kepadamu dan Allah telah memurkai kedua temanmu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Orang yang cerdik adalah orang yang selalu menjaga dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati. Sedangkan orang yang kerdil yaitu orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya tetapi ia mengharapkan berbagai harapan kepada Allah.” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Termasuk kesempurnaan Islam seseorang, apabila ia meninggalkan yang tidak bermanfaat bagi dirinya.” (HR Tirmidzi)

Takwa


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits-hadits tentang Takwa

Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya.” (Ali ‘Imraan: 102)

Allah berfirman: “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (at-Taghaabun: 16)

Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar.” (al-Ahzab: 70)

Allah berfirman: “Siapa saja yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberinya jalan keluar. Dan memberinya risky dari arah yang tiada disangka-sangka.” (ath-Thalaq: 2-3)

Allah berfirman: “ Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu Furqaanan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (al-Anfaal: 29)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: ada beberapa orang bertanya kepada Rasulullah saw.: “Wahai Rasulallah, siapakah orang yang paling mulia?” Rasulullah saw. menjawab: “Orang yang paling bertakwa.” Para shahabat berkata: “Bukan itu yang kami tanyakan.” Rasulullah saw. bersabda: “Kalau begitu, Yusuf adalah Nabi Allah yang mempunyai silsilah bagus, yakni: Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.” Para shahabat berkata: “Bukan hal itu yang kami tanyakan.” Rasulullah balik bertanya: “Apakah yang kalian tanyakan itu berkenaan dengan keturunan Arab yang baik? Kalau demikian, maka orang yang mulia adalah orang Arab yang baik budi pekertinya di zaman jahiliyah dan baik budi pekertinya ketika Islam, dan mereka memahami agama Islam.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya dunia itu manis dan indah, dan sesungguhnya Allah menguasakan kepada kalian untuk mengelola yang ada di dalamnya, kemudian Allah mengawasi apa yang kalian perbuat. Maka hati-hatilah kalian terhadap dunia dan wanita. Sesungguhnya bencana yang pertama kali timbul pada Bani Israil adalah karena wanita.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkta: Nabi saw sering berdoa: “AllaaHumma innii as alukal Hudaa wattuqaa wal ‘afafa wal ghinaa (Ya Allah, sungguh aku mohon kepada-Mu semoga Engkau berkenan memberikan petunjuk, ketakwaan, kehati-hatian dan perasaan cukup)” (HR Muslim)

Dari Abu Tharif ‘Adiy bin Hatim ath-Tha’if ra. ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang bersumpah, kemudian dia beranggapan dengan sumpahnya itu dia telah bertakwa kepada Allah maka hendaklah dia melaksanakan sesuatu yang menunjang ketakwaannya.” (HR Muslim)

Dari Abu Umamah Shuday bin ‘Ajlan al-Bahiliy ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. berkhutbah pada haji Wada’: “Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, shalatlah kalian lima kali sehari semalam, berpuasalah pada bulan Ramadlan, tunaikanlah zakat harta bendamu serta patuhlah kepada pemimpin-pemimpin kalian, maka kalian akan masuk surga.” ()

Yakin dan Tawakal (1)

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits-hadits tentang Yakin dan Tawakal

Allah berfirman: “Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.” (al-Ahzab: 22)

Allah berfirman: “(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung”. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Ali Imraan: 173-174)

Allah berfirman: “Dan bertawakallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati.” (al-Furqaan: 58)

Allah berfirman: “Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang Mukmin bertawakal.” (Ali Imraan: 122)

Allah berfirman: “Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (ath-Thalaq: 3)

Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (al-Anfaal: 2)

Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Ditampakkan kepadaku umat-umat terdahulu. Kulihat ada seorang Nabi yang disertai dengan rombongan kecil, ada pula Nabi yang disertai dengan satu dua orang saja, bahkan ada seorang Nabi yang tanpa pengikut seorangpun. Kemudian tampak satu rombongan besar yang aku sangka mereka adalah umatku, akan tetapi dikatakan kepadaku: ‘Ini adalah Musa dan kaumnya tetapi lihatlah ke ufuk sana.’ Kemudian aku melihat ke ufuk itu. Tiba-tiba aku melihat satu rombongan besar, lantas dikatakan kepadaku: ‘Lihatlah ke ufuk lain.’ Disana aku melihat rombongan yang lebih besar lagi, kemudian dikatakan kepadaku: ‘Itulah umatmu yang di dalamnya terdapat tujuh puluh ribu orang yang akan masuk surga tanpa dihisab dan tanpa disiksa lebih dulu.’ Beliau kemudian bangkit dan masuk ke dalam rumah.
Orang-orang ramai membicarakan tentang orang-orang yang akan masuk surga tanpa dihisab dan disiksa. Salah seorang dari mereka berkata: “Mungkin saja mereka adalah shahabat-shahabat Rasulullah saw.” dan ada pula yang berkata: “Mungkin saja mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam keadaan Islam dan dia tidak menyekutukan Allah.” Dan mereka menafsirkannya bermacam-macam. Kemudian Rasulullah keluar dan bersabda kepada mereka: “Apa yang sedang kalian bicarakan?” kemudian mereka menceritakannya, maka beliau bersabda: “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak menjampi, dan mereka tidak pernah minta dijampi, mereka yang tidak meramal dan hanya kepada Rabb mereka bertawakal.” Kemudian ‘Ukasyah bin Mihshan berkata: “Ya Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar saya termasuk golongan mereka.” Beliau menjawab: “Engkau termasuk golongan mereka.” Kemudian berdirilah orang lain sambil berkata: “Ya Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar saya termasuk golongan mereka.” Beliau menjawab: “Engkau telah didahului oleh ‘Ukasyah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Ibnu Abbas ra. ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. berdoa: “allaaHumma as-aluka aslamtu wa bika aamantu wa ilaka tawakkaltu wa ilaika anabtu wa bika khaasamtu. allaaHumma a-‘uudzubika bi-‘izzatika laa ilaaHa illaa anta antudlil-lanii antal hayyu ladzii laa yamutu wal jinnu wal insu yamuutuun (Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah diri, dan kepada-Mu saya percaya sepenuh hati, dan hanya kepada Engkau-lah saya kembali dan untuk-Mu lah saya berjuang. Ya Allah, saya berlindung dengan kemuliaan-Mu yang tiada Tuhan selain Engkau dan aku mohon agar Engkau tidak menyesatkan diriku. Engkau adalah zat yang hidup yang tidak akan pernah mati, sedang jin dan manusia semuanya akan mati.)” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: hasbunallaaH wa ni’mal wakiil, kalimat ini pernah dibaca oleh Nabi Ibrahim as. ketika beliau dilemparkan ke dalam api, dan juga dibaca oleh Nabi Muhammad saw. ketika orang-orang kafir mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang Quraisy telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian. Oleh karena itu takutlah kalian kepada mereka.’ Akan tetapi perkataan itu malah menambah keimanan mereka serta mereka mengucapkan: hasbunallaaH wa ni’mal wakiil.” (HR Bukhari)
Pada riwayat Bukhari yang lain, bahwa Ibnu Abbas ra. berkata: “Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim as. ketika dilemparkan ke dalam api adalah: hasbunallaaH wa ni’mal wakiil (Allah cukup menjadi Penolong bagi kami, Allah adalah sebaik-baik pelindung)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Akan masuk surga orang-orang yang mempunyai hati berpendirian seperti pendirian burung.” (HR Muslim)

Yakin dan Tawakal (2)

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits-hadits tentang Yakin dan Tawakal

Dari Jabir ra. ia berkata: “Saya berperang bersama Nabi saw. menuju ke arah Najd. Tatkala Rasulullah saw. kembali kami pun ikut kembali. Di suatu lembah yang banyak pohon beduri, kami merasa lelah dan mengantuk. Rasulullah saw. pun turun dan berpencar untuk berteduh di bawah pohon, kemudian beliau menggantungkan pedangnya, sedangkan kami semua tertidur. Tiba-tiba Rasulullah saw. memanggil kami, sedangkan di dekat beliau ada seorang Badui, kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya orang ini telah menghunus pedangku sewaktu aku tertidur, setelah aku terbangun pedang ini sedang terhunus di tangannya. Lalu orang itu berkata: ‘Siapakah yang dapat mencegah kamu dari seranganku?’ aku menjawab: ‘Allah (tiga kali). Kemudian orang itu tidak melakukan apa-apa dan langsung duduk.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan: Jabir berkata: “Kami bersama Rasulullah saw. berperang di Dzatur riqa’. Tatkala kami sampai pada salah satu pohon yang rindang kami meninggalkan Rasulullah saw. tiba-tiba datanglah seorang lelaki musyrik sedangkan pedang Rasulullah saw. bergantung di pohon dan laki-laki itu menghunusnya seraya betanya: “Apakah kamu takut kepadaku?” beliau menjawab: “Tidak.” Dia bertanya lagi: “Siapakah yang dapat mencegah kamu dari seranganku?” beliau menjawab: “Allah.”

Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakar al-Isma’ily di dalam shahihnya dikatakan: Laki-laki itu bertanya: “Siapakah yang dapat mencegah kamu dari serangan ini?” Beliau menjawab: “Allah.” Maka jatuhlah pedang itu dari tangannya, kemudian Rasulullah saw. mengambil pedang itu seraya bertanya: “Siapakah yang dapat mencegah kamu dari serangan ini?” Dia menjawab: “Jadilah engkau sebaik-baik orang yang memegang pedang.” Beliau bersabda: “Hendaklah kamu bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya saya adalah pesuruh Allah.” Ia menjawab: “Tidak. Tetapi saya berjanji tidak akan memerangi kamu dan saya tidak akan bergabung dengan orang-orang yang memerangi kamu.” Kemudian Rasulullah melepaskan orang itu dan mendatangi shahabatnya seraya berkata: “Baru saja bertemu dengan sebaik-baik manusia.”

Dari Umar ra. ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Andaikata kalian benar-benar bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan memberikan rizky sebagaimana Dia memberikan rizky kepada burung, yaitu keluar dengan perut kosong di pagi hari dan kembali dengan perut kenyang di sore hari.” (HR Tirmidzi)

Dari Umarah al-Barra’ bin Azib ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Hai fulan, apabila engkau hendak tidur maka bacalah: allaaHumma aslamtu nafsii ilaika wa wajjaHtu wajHii ilaika wa fawwadtu amrii ilaika wa alja’tu dzahrii ilaika raghbatan wa raHbatan ilaika laa malja’a wa laa manjaa minka illaa ilaika aamantu bikitaabikal ladzii anzalta wa nabiyyikal ladzii arsalta (Ya Allah, saya menyerahkan diri kepada-Mu. Saya hadapkan wajahku kehadirat-Mu, saya menyerahkan segala urusanku kepada-Mu dan saya menyandarkan punggungku kepada-Mu karena mengharap dan takut kepada-Mu. Tidak ada tempat kembali dan tidak ada tempat berlindung kecuali hanya kepada-Mu. Saya percaya dengan sepenuh hati terhadap Kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan terhadap Nabi-Mu yang telah Engkau utus). Dengan membaca doa ini, apabila kalian mati pada malam itu, maka matinya dalam keadaan bersih dari dosa, dan jika kamu masih hidup sampai pagi harinya maka kamu akan memperoleh kebaikan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain yang juga diriwayatkan Bukhari dan Muslim, dari al-Barra’, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepadaku: “Jika engkau hendak tidur maka bewudlulah terlebih dahulu sebagaimana kamu wudlu akan shalat, kemudian berbaringlah pada pinggangmu yang sebelah kanan lalu bacalah doa seperti tersebut di atas.” Ia meneruskan hadits itu seperti hadits di atas, kemudian beliau bersabda: “Dan jadilkanlah doa sebagai akhir (penghabisan) dari apa yang kamu ucapkan.”

Dari Abu Bakar ash-Shiddiq Abdullah bin Utsman bin Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib al-Quraisiy at-Taimiy ra, ia ayah dan ibunya termasuk shahabat Nabi saw. ia berkata: Tatkala kami berada di gua Tsur, kami melihat kaki-kaki orang musyrik berada di atas kepala kami, kemudian saya berkata: “Wahai Rasulullah, seandainya salah seorang di antara mereka melihat ke bawah telapak kakinya dia pasti akan melihat kita.” Beliau menjawab: “Wahai Abu Bakar, apakah yang kamu cemaskan terhadap dua orang sedangkan Allah ketiganya?” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ummul Mukminin Ummu Salamah, nama sebenarnya adalah Hindun binti Abu Umayyah Hudzaifah al-Makhzumiyah ra, ia berkata: Sesungguhnya Nabi saw. jika keluar dari rumahnya beliau berdoa: “BismillaaHi tawakkaltu ‘alallaaHi. allaaHumma innii a’uudzubika ‘an adlilla au udlalla au azilla au uzalla au adzlima au udzlima au ajHala au yujHala ‘alayya (Dengan menyebut nama Allah saya bertawakkal kepada Allah. Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung diri kepada-Mu dari sesuatu yang menyesatkan, dari sesuatu yang menggelincirkan atau digelincirkan dari sesuatu yang menganiaya atau teraniaya, atau dari sesuatu yang membodohkan atau diperbodohkan.” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi dan yang lain dengan sanad yang shahih)

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang keluar dari rumahnya membaca: bismillaaHi tawakkaltu ‘alallaaHi walaa haula walaa quwwata illaa billaaH (Dengan menyebut nama Allah, saya bertawakal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)” maka dikatakan kepadanya: “Kamu telah mendapat petunjuk, kamu telah dijamin, kamu dipelihara dan dijauhkan dari setan.” (HR Abu Dawud dan Tirmdzi, Nasa’i dan yang lain)

Akan tetapi dalam riwayat Abu Dawud ada tambahan: “Maka setan yang satu berkata kepada setan yang lain: “Bagaimana kamu dapat menggoda orang itu sedangkan dia telah diberi petunjuk, telah dijamin dan dipelihara oleh Allah.”

Dari Anas ra. ia berkata: Pada masa Nabi saw. ada dua orang yang bersaudara, yang satu suka datang kepada Nabi saw. dan yang lain giat berusaha. Kemudian orang yang giat berusaha mengadu kepada Nabi saw. tentang keadaan saudaranya itu, lantas beliau bersabda: “Barangkali kamu mendapatkan rizky karena saudaramu.” (HR at-Tirmidzi)

Istiqamah (Teguh Pendirian)

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits tentang Istiqamah

Allah berfirman: “Dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu.” (asy-Syuura: 15)

Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (Fushilat: 30)

Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah, Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai Balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (al-Ahqaf: 13-14)

Dari Abu Amr, ada yang mengatakan Abi Amrah Sufyan bin Abdullah ra. ia berkata: Saya berkata kepada Rasulullah saw. “Wahai Rasulallah, ajarkanlah kepada saya suatu ucapan yang mengandung ajaran Islam dan saya tidak akan bisa menanyakan kepada orang lain selain engkau.” Beliau menjawab: “Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian teguhkanlah kamu dalam pendirian itu.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Biasakanlah kalian dalam mendekatkan diri kepada Allah dan berpegang teguhlah kepada keyakinan kalian. Ketahuilah, tidak ada seorangpun di antara kalian yang selamat karena amal perbuatannya.” Para shahabat bertanya: “Tidak juga engkau wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “Tidak juga aku, kecuali jika Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya.” (HR Muslim)

Memperhatikan Kekuasaan Allah (Tadzabur)

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; nash tentang tadzabur

Allah berfirman: “Katakanlah: Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian kamu pikirkan.” (Saba’: 46)

Allah berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (Ali Imraan: 190-191)

Allah berfirman: “Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan, dan langit, bagaimana ia ditinggikan? dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.” (al-Ghaasyiyah: 17-21)

Allah Ta’ala berfirman: “Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu memperhatikan(nya).” (Yusuf: 109)

Berbuat Baik (Amal Shalih)

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits tentang berbuat baik

Allah berfirman: “Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan.” (Al-Baqarah: 148; al-Maaidah: 51)

Allah berfirman: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imraan: 133)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Bersegeralah kalian untuk mengerjakan amal-amal shalih, karena akan terjadi bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita, yaitu seseorang pada waktu pagi beriman tetapi pada waktu sore ia kafir, atau pada waktu sore ia beriman tetapi pada waktu paginya dia kafir, dia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia.” (HR Muslim)

Dari Abu Sirwa’ah Uqbah bin al-Harits ra. ia berkata: Aku shlat asyar di belakang Rasulullah saw. ketika di Madinah. Setelah salam, beliau cepat-cepat bangkit melangkahi barisan para shahabat menuju kamar salah satu istrinya. Para shahabat terkejut karena beliau tergesa-gesa. Setelah itu beliau keluar. Beliau heran melihat para shahabat terkejut itu, kemudian beliau bersabda: “Aku teringat sepotong emas dan aku tidak ingin terganggu karenanya maka aku menyuruh untuk membagi-bagikannya.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Aku meninggalkan sepotong emas yang harus aku sedekahkan tetapi tertinggal di rumah, maka aku tidak ingin emas itu menginap di tempatku.” (HR Bukhari)

Dari Jabir ra. ia berkata: Pada perang Uhud, ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah saw.: “Apakah engkau tahu dimanakah tempatku seandainya aku terbunuh?” beliau menjawab: “Di surga.” Kemudian orang itu terus melemparkan biji-biji kurma yang ada di tangannya lalu dia maju perang hingga mati terbunuh.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: ada seseorang yang datang kepada Nabi saw. dan bertanya: “Wahai Rasulallah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya?” beliau menjawab: “Sedekah selama kamu masih sehat, suka harta, takut miskin dan masih berkeinginan kaya. Dan janganlah kamu menunda-nunda, sehingga apabila nyawa sudah sampai ke tenggorokan, maka kamu akan berkata: “Untuk fulan sekian, dan untuk fulan sekian.” Padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli warisnya).” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra, ia berkata: ketika perang Uhud Rasulullah saw. mengambil pedang seraya bersabda: “Siapakah yang bersedia menerima pedang ini?” maka setiap orang mengulurkan tangannya seraya berkata: “Saya. Saya.” Beliau bersabda lagi: “Siapakah yang bersedia menerimanya dengan penuh tanggung jawab?” Maka semua orang terdiam, kemudian Abu Dujanah ra. berkata: “Saya akan menerimanya dengan penuh tanggung jawab.” Maka pedang itu olehnya untuk memenggal leher orang-orang musyrik.” (HR Muslim)

Dari Zubair bin Adiy, ia berkata: kami mendatangi Anas ra. dan mengadukan penderitaan yang kami alami dari kekejaman al-Hajjaj, kemudian Anas menjawab: ‘Sabarlah kamu semua, sesungguhnya akan datang suatu masa dimana penderitaan lebih berat lagi, sehingga kamu semua bertemu dengan Rabb-mu (meninggal dunia). Saya mendengar hal itu dari Rasulullah saw.” (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Bersegeralah kalian untuk beramal sebelum datangnya tujuh perkara. Apakah kamu menantikan kemiskinan yang dapat melupakan, kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan, sakit yang dapat mengendorkan, tua renta yang dapat melemahkan, mati yang dapat menyudahi segala-galanya, atau menunggu datangnya Dajjal, padahal ia adalah sejelek-jelek sesuatu yang ditunggu, atau menunggu datangnya hari kiamat padahal kiamat adalah sesuatu yang amat berat dan amat menakutkan.” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. ketika perang Khaibar berkata: “Aku benar-benar akan menyerahkan panji ini kepada seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan Allah akan memberikan kemenangan melalui tangannya.” Umar ra. berkata: “Saya tidak begitu antusias menjadi pemimpin kecuali hari ini. Maka saya menampakkan diri dengan harapan supaya dipanggil oleh Nabi.” Akan tetapi Nabi saw. memanggil Ali bin Abi Thalib dan menyerahkan panji itu kepadanya seraya bersabda: “Majulah kamu ke depan dan janganlah kamu menoleh ke belakang sebelum Allah memberi kemenangan kepadamu.” Kemudian Ali melangkah beberapa langkah lalu berhenti tetapi tidak menoleh ke belakang dan berteriak: “Wahai Rasulullah, siapakah yang harus aku perangi?” Beliau menjawab: “Perangilah mereka, sehingga mereka mau bersaksi, bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Apabila mereka telah bersaksi, berarti terpelihara harta dan darah mereka kecuali dengan haknya, adapun mengenai perhitungan amal mereka terserah kepada Allah.” (HR Muslim)