Kamis, 24 Oktober 2013

Sabar (4)


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi, hadits-hadits tentang Sabar

Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Apabila Allah Ta’ala mencintai suatu bangsa, maka Allah menguji mereka. Sehingga siapa saja yang ridla, maka Allah akan meridlainya dan siapa saja yang murka, maka Allah akan memurkainya.” (HR Tirmidzi)

Dari Anas ra. ia berkata: “Abu Thalhah mempunyai anak yang sedang sakit. Sewaktu Abu Thalhah pergi, anaknya meninggal dunia. Ketika Abu Thalhah pulang, ia bertanya: “Bagaimana kondisi anak kita?” Ummu Sulaim menjawab: “Anak kita lebih tenang.” Kemudian istrinya menghidangkan makanan lalu Abu Thalhah pun makan, selesai makan, istrinya berkata: “Kuburkanlah anak itu.” Kemudian pada pagi harinya Abu Thalhah datang kepada Rasulullah saw. dan menceritakan hal itu. Beliau bertanya: “Apakah tadi malam engkau bersetubuh dengan istrimu?” Abu Thalhah menjawab: “Ya.” Kemudian Rasulullah mendoakan keduanya: “Ya Allah, mudah-mudahan Engkau memberkahi keduanya.” Selang beberapa bulan, istrinya melahirkan bayi laki-laki. Kemudian Abu Thalhah menyuruh saya (Anas) untuk membawa bayi itu kepada Rasulullah saw. dengan menyertakan beberapa kurma. Setelah sampai di hadapan Nabi saw. beliau bertanya: “Adakah sesuatu yang disertakan bersama bayi ini?” ia menjawab: “Ya, beberapa buah kurma.” Beliau mengambil kurma-kurma itu, dan dikunyah sampai halus, kemudian diambil kembali dari mulut beliau lalu dimasukkannya ke dalam mulut bayi itu. Ia diberi nama Abdullah. (HR Bukhari dan Muslim)

Di dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari, disebutkan, Ibnu Uyainah berkata: “Ada seorang shahabat Anshar yang berkata: ‘Saya melihat ada sembilan anak yang kesemuanya telah pandai membaca al-Qur’an. Salah seorang di antaranya adalah Abdullah.”

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim, disebutkan: “Sewaktu anak Abu Thalhah dari Ummu Sulaim meninggal dunia, Ummu Sulaim berkata kepada segenap keluarganya: “Janganlah kalian menceritakan peristiwa anakku kepada Abu Thalhah sebelum saya sendiri menceritakannya.” Setelah Abu Thalhah datang, istrinya segera menghidangkan makan, maka makan dan minumlah Abu Thalhah, setelah itu istrinya mengajak becanda sehingga bersetubuh dan memberikan pelayanan sebaik-baiknya. Setelah istrinya tahu bahwa suaminya kenyang dan puas, maka berkatalah Ummu Sulaim: “Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu seandainya ada sekelompok orang yang meminjamkan sesuatu kepada salah satu keluarga kemudian orang itu meminta kembali pinjamannya, apakah pantas keluarganya menolaknya?” Abu Thalhah menjawab: “Tidak pantas.” Istrinya berkata: “Relakan putramu.” Abu Thalhah marah-marah seraya berkata: “Kenapa engkau diam saja sejak tadi sehingga saya bersetubuh denganmu, barulah engkau memberitahukan tentang anak kita.” Kemudian Abu Thalhah pergi dan datang kepada Rasulullah saw. serta menceritakan apa yang telah terjadi. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Semoga Allah memberkahi apa yang telah kalian lakukan tadi malam.”
Selang beberapa bulan hamillah istrinya. Setelah itu Rasulullah saw. bepergian bersama-sama dengan Abu Thalhah dan istrinya. Ketika kembali dan akan masuk Madinah, Ummu Sulaim tidak bisa melanjutkan perjalanan. Abu Thalhah berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya saya sangat senang kalau keluar masuk kota bersama Rasulullah saw. tetapi ketika saya akan masuk kota, ditahan disini sebagaimana Engaku ketahui.” Kemudian Ummu Sulaim berkata: “Wahai Abu Thalhah, rasa sakit perutku kini hilang, maka mari kita berjalan terus. Dan mulai terasa kembali perutnya ketika telah masuk kota Madinah. Di sanalah kemudian Ummu Sulaim melahirkan seorang anak laki-laki, dan dia berdoa: “Janganlah ada seorangpun yang menyusuinya sebelum engkau bawa kepada Rasulullah saw.” maka pada pagi harinya saya membawa bayi itu ke hadapan Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw. menyuapkan makanan yang telah dikunyah dan bayi itu diberi nama “Abdullah.”

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Yang dikatakan orang kuat bukanlah orang yang menang bergulat. Tetapi, yang dikatakan orang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Sulaiman bin Shurad ra. ia berkata: “Saya duduk bersama Nabi saw. tiba-tiba ada dua orang yang saling memaki, salah seorang di antara mereka merah mukanya dan pertikaian hampir terjadi, kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya saya mengetahui sebuah kalimat, apabila kalimat itu dibaca niscaya hilanglah apa yang sedang terjadi; yaitu apabila ia membaca: “A-‘uudzu billaaHi minasy syaithaanir rajiim (saya berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk)” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Mu’adz bin Anas ra. Nabi saw. bersabda: “Siapa saja yang menahan marah, padahal sebenarnya ia bisa untuk melampiaskannya, maka pada hari kiamat Allah swt. akan memanggilnya di hadapan semua makhluk, kemudian dia disuruh untuk memilih bidadari yang cantik jelita sesuai dengan yang diinginkannya.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: ada seorang berkata kepada Nabi saw.: “Nasehatilah aku.” Beliau bersabda: “Janganlah kamu marah.” Orang itu berkali-kali minta nasehat kepada Nabi, tetapi Nabi saw. tetap menjawabnya: “Janganlah kamu marah.” (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan, senantiasa mendapatkan cobaan, baik dirinya, anaknya maupun hartanya sehingga ia menghadap Allah Ta’ala tanpa membawa dosa.” (HR Tirmidzi)

Dari Ibnu Abbas ia berkata: Ketika Uyainah bin Hishn datang, dia menginap di tempat kemenakannya al-Hurr bin Qais, ia termasuk orang yang dekat dengan Umar ra. dan Umar memang mengangkat orang-orang yang pandai di dalam al-Qur’an sebagai kawan duduk dan kawan bermusyawarah, baik tua maupun muda. Uyainah berkata kepada kemenakannya: “Wahai kemenakanku, kamu adalah orang yang dekat dengan Amirul Mukminin, maka mintakanlah izin agar saya dapat menghadap kepadanya.” Kemudian kemenakannya meminta izin, Umar pun mengizinkan. Ketika Uyainah masuk, ia berkata: “Wahai putra al-Khaththab, demi Allah engkau tidak berbuat banyak terhadap kami dan engkau tidak adil di dalam mengadili kami.” Maka marahlah Umar dan hampir saja ia dipukulnya. Kemudian al-Hurr berkata kepada Umar: “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah telah berfirman kepada Nabinya: “Berikanlah maaf, suruhlah untuk berbuat baik dan janganlah engkau hiraukan orang-orang yang bodoh.” Dan sebenarnya orang ini adalah termasuk orang-orang yang bodoh. Demi Allah ketika ayat ini dibaca, Umar seakan-akan belum pernah mendengarnya, padahal Umar adalah orang yang sangat teliti terhadap kitab Allah Ta’ala.” (HR Bukhari)

Dari Ibnu Mas’ud ra. Rasulullah saw. bersabda: “Sepeninggalanku akan ada orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan ada pula hal-hal yang diingkarinya.” Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apa yang harus kami lakukan?” beliau menjawab: “Kamu harus menyampaikan kebenaran yang kamu ketahui dan memohonlah kepada Allah agar mendapatkan hakmu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Yahya Usaid bin Hudlair ra. ia berkata; “Ada seorang shahabat Anshar bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak mempekerjakanku sebagaimana engkau telah mepekerjakan si fulan?” beliau menjawab: “Sesungguhnya sepeninggalanku nanti kamu akan mendapatkan orang yang suka mementingkan diri sendiri maka bersabarlah kamu sampai bertemu denganku di dekat Telaga Kautsar.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Ibrahim Abdullah bin Abi Aufa ra. dikatakan kali tertentu: Rasulullah saw. menanti kedatangan musuh sehingga matahari tergelincir, maka bangkitlah beliau di tengah-tengah para shahabatnya seraya bersabda: “Wahai manusia, janganlah kalian berharap bertemu dengan musuh dan mintalah selalu pengampunan-Nya, serta bersabarlah. Ketahuilah, bahwa surga itu di bawah naungan pedang.” Kemudian Nabi saw. berdoa: “Wahai Allah yang menurunkan Kitab, yang menjalankan awan dan yang mengalahkan musuh, kalahkanlah mereka dan tolonglah kami untuk mengalahkan mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar