Minggu, 01 Desember 2013

Hidup Sederhana (4)


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an dan hadits Bukhari-Muslim

Dari Jabir ra. ia berkata: Pada saat perang Khandaq kami menggali parit, tetapi terbentur suatu tanah yang sangat keras, dan kami tidak mampu menggalinya. Kemudian para shahabat mendatangi Nabi saw. dan berkata: “Tanah ini cukup keras dan tidak bisa dibuat parit.” Beliau bersabda: “Aku yang akan menggalinya.” Kemudian beliau berdiri sedangkan perutnya diikat batu; karena sudah tiga hari tidak makan. Nabi saw. mengambil cangkul dan mengayunkannya, maka hancurlah tanah yang keras itu bagaikan debu yang dihamburkan. Kemudian saya berkata: “Wahai Rasulullah, izinkanlah saya pulang ke rumah.” Sesampainya di rumah, saya bertanya kepada istriku: “Saya melihat Nabi saw. sangat lapar dan nampaknya tidak dapat ditahan lagi, apakah kamu mempunyai makanan?” Istriku menjawab: “Ada, sedikit gandum dan seekor kambing.”
Maka saya menyembelih kambing itu dan gandum itu saya tumbuk. Kambing itu saya letakkan dalam belanga, kemudian saya mendatangi Nabi saw. sedangkan adonan daging yang saya masak di belanga hampir masak, maka saya berkata: “Wahai Rasulullah, saya mempunyai sedikit makanan, kuundang engkau ke rumah dengan seorang atau dua orang saja.” beliau bertanya: “Berapa banyak makanan itu?” Saya mengatakan seberapa banyak makanan itu. Kemudian beliau bersabda: “Cukup banyak. Baiklah. Tetapi katakan kepada istrimu, supaya jangan mengankat belanga dan roti dari tungku sehingga aku datang.” Beliau bersabda kepada para shahabat: “Wahai para shahabatku, ikutlah aku.” Maka para shahabat Muhajirin dan Anshar pun datang ke rumah. Ketika saya masuk rumah, saya berkata kepada istriku: “Aduh celaka, Nabi saw. datang bersama dengan shahabat Muhajirin dan Anshar.” Istriku bertanya: “Apakah beliau telah menanyakan kepadamu tentang makanan yang kita persiapkan?” saya menjawab: “Ya.”
Beliau bersabda kepada para shahabat: “Masuklah dan jangan berdesakkan.” Kemudian beliau memotong roti dan mengambil daging serta beliau menutup kembali belanga itu dan membiarkan belanga tetap direbus, lantas beliau menyajikannya kepada para shahabat. Kemudian beliau kembali dan selalu memotong dan menyajikannya, sehingga mereka kenyang, tetapi dalam belanga itu masih tersisa, kemudian beliau bersaabda kepada istriku: “Makanlah kamu dan bagi-bagikanlah, karena orang-orang sedang tertimpa kelaparan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Jabir berkata: Tatkala parit itu digali , saya melihat Nabi saw. sangat lapar, maka saya segera pulang menemui istriku dan bertanya: “Apakah kamu mempunyai makanan? Saya melihat Rasulullah saw. sangat lapar.” Maka istriku memperlihatkan kepadaku sebuah kantong yang berisi gandum, dan kami mempunyai seekor kambing yang jinak. Kemudian saya menyembelihnya, dan gandum itu saya tumbuk. Setelah memasaknya dan kambing itu telah saya potong-potong, lalu saya masukkan ke dalam belanga, kemudian saya bermaksud untuk memanggil Rasulullah saw. dan istriku berkata: “Engkau jangan bikin malu diriku terhadap Rasulullah saw. dan para pengikutnya.” Maka saya mendatangi Rasulullah saw. dan berbisik: “Wahai Rasulallah, kami menyembelih seekor kambing dan memasak segantang gandum. Kami persilakan engkau dan beberapa orang datang ke rumah.” Kemudian Rasulullah saw. menyeru: “Wahai pasukan Khandaq, sesungguhnya Jabir membuat selamatan, maka marilah kita kesana.” Nabi saw. bersabda kepada saya: “Kamu jangan sekali-sekali mengangkat belanga itu dan memotong-motong adonan roti itu, sampai aku datang.” Saya pulang dulu sebelum Nabi saw. beserta para shahabat datang, dan saya memberitahu hal itu kepada istriku. Istriku menjawab: “Salahmu sendiri (tidak menurut apa yang aku katakan).” Jawabku: “Tetapi aku sudah membisikkan kepada Nabi saw.” Kemudian beliau datang bersama para shahabat, lalu istriku mengeluarkan adonan roti itu dan beliau meniupnya serta berdoa memohon berkah, kemudian beliau menyuruh istriku: “Panggillah tukang roti dan suruh dia bikin roti bersamamu serta aduk-aduklah belanga itu dan janganlah kamu angkat.”
Sedangkan mereka berjumlah seribu orang. Tetapi, demi Allah, sungguh mereka kenyang semua sewaktu meninggalkan rumah, dan dalam belanga itu masih terdengar masakan seperti semula, serta adonan roti itu masih bisa dibuat roti seperti sedia kala.”

Dari Anas ra. ia berkata: Abu Thalhah berkata kepada Ummu Sulaim (istrinya): “Saya mendengar suara Rasulullah saw. sangat lemah, dan saya tahu beliau sangat lapar. Apakah kamu mempunyai makanan?” Istrinya menjawab: “Ya, ada.” Ia mengeluarkan beberapa potong roti dari gandum kemudian ia mengambil kain kerudungnya sebagai pembungkus roti dan dimasukkan ke bawah bajuku. Sisanya diberikan kepada saya, dan ia menyuruh saya agar lekas memanggil Rasulullah saw.. Maka saya pergi untuk memanggil beliau, dan saya dapatkan Rasulullah saw. duduk di masjid dikelilingi oleh para shahabat, saya lantas menampakkan diri di tengah-tengah mereka, kemudian Rasulullah beranya: “Apakah kamu diutus oleh Abu Thalhah?” Saya menjawab: “Benar.” Beliau bertanya lagi: “Apakah untuk makan?” Saya menjawab: “Benar, wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah bersabda: “Marilah kita kesana bersama-sama.” Para shahabat berangkat, dan saya lebih dulu pergi memberitahukan hal itu kepada Abu Thalhah, maka Abu Thalhah berkata kepada istrinya: “Wahai Ummu Sulaim (istriku), Rasulullah saw. datang bersama para shahabat, padahal kita tidak menyediakan makanan untuk dihidangkan kepada mereka.” Ummu Sulaim berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Abu Thalhah lalu menjemput Rasulullah saw. sehingga bertemu dengan beliau. Kemudian Rasulullah saw. bersama Abu Thalhah masuk rumah lebih dahulu, dan Rasulullah saw. bersabda: “Bawalah kemari makanan yang akan kamu hidangkan wahai Ummu Sulaim. Kemudian Ummu Sulaim menyajikan roti itu. Maka Rasulullah menyuruh untuk memotong-motongnya dan menyuruh Ummu Sulaim mengolesinya dengan minyak samin sebagai lauknya. Kemudian Rasulullah bersabda di hadapan roti itu: “Maa syaa AllaaHu ayyaquul,” beliau lantas bersabda: “Silakan sepuluh orang makan sampai kenyang kemudian keluar.” Beliau bersabda lagi: “Silakan sepuluh orang makan dulu.” Akhirnya semua orang makan dan kenyang, padahal mereka berjumlah tujuh puluh atau delapan puluh orang.” (HR Bukhari dan Muslim)

Di dalam riwayat lain dikatakan: “Maka saling bergantian, sepuluh orang masuk dan sepuluh orang keluar sehingga tidak ada seorangpun di antara mereka melainkan ia masuk dan makan sampai kenyang. Kemudian mereka meninggalkannya, sedangkan roti itu masih seperti sedia kala.”

Dalam riwayat lain dikatakan: “Maka makanlah sepuluh orang-sepuluh orang (saling bergantian), sehingga yang demikian itu dilakukan oleh delapan puluh orang. Terakhir Nabi saw. beserta keluarga Abu Thalhah makan, dan mereka masih meninggalkan sisa yang masih banyak.”

Dalam riwayat lain dikatakan: “Mereka masih meninggalkan sisa yang dapat diberikan kepada tetangga.”

Dalam riwayat lain dikatakan: “Bersumber dari Anas ra. ia berkata: “Pada suatu hari saya datang kepada Nabi saw. dan mendapatkan beliau sedang duduk bersama para shahabat, sedangkan perut beliau dibalut. Maka saya menanyakan kepada salah seorang shahabat: “Mengapa Rasulullah saw. membalut perutnya?” Mereka menjawab: “Beliau lapar.” Kemudian saya pergi ke rumah ayahku, Abu Thalhah, ia adalah suami Ummu Sulaim (binti Milhan), dan saya berkata: “Wahai ayahku, saya melihat Rasulullah saw. membalut perutnya kemudian kutanya kepada salah seorang shahabatnya, mereka menjawab: Beliau dalam keadaan lapar.” Kemudian Abu Thalhah masuk menemui ibuku, dan berkata: “Apakah kita mempunyai makanan?” Ibuku menjawab: “Ya, saya mempunyai beberapa potong roti dan kurma. Andaikan Rasulullah saw. datang sendirian, maka sudah dapat untuk mengenyangkan beliau, tetapi jika beliau datang bersama dengan yang lain, maka sangat sedikit persediaan untuk mereka.” Hadits ini masih ada lanjutannya.
Sekian.

Hidup Sederhana (3)


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an dan hadits Bukhari-Muslim

Dari Sahl bin Sa’ad ra. ia berkata: “Rasulullah saw. tidak pernah melihat roti yang terbuat dari tepung yang halus sejak beliau diutus Allah Ta’ala sampai beliau wafat.” Ada seseorang yang bertanya kepada Sahl: “Apakah pada masa Rasulullah saw. tidak ada pengayaan?” Ia menjawab: “Beliau tidak pernah melihat pengayaan sejak beliau diutus Allah Ta’ala sampai beliau wafat.” Yang lain pun bertanya: “Bagaimana kalian makan gandum tanpa diayak terlebih dahulu?” Ia menjawab: “Kami menumbuk dan meniup-niupnya, dan sisanya kami masak.” (HR Bukhari)

Dari Abu Umamah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika kamu memberikan kelebihan hartamu, maka itu lebih baik bagimu dan jika kamu menahannya, maka itu sangat jelek bagimu. Kamu tidaklah dicela dalam kesederhanaan. Dan dahulukan orang yang menjadi tanggunganmu.” (HR Tirmidzi)

Dari ‘Ubaidilah bin Mihshan al-Anshariy (al-Khathmiy) ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja di antara kalian yang pada waktu pagi merasa aman rumah tangganya, sehat badannya, dan mempunyai persediaan makanan untuk hari itu, maka seolah-olah ia telah mendapatkan kebahagiaan dunia dan semua kesempurnaannya.” (HR Tirmidzi)

Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh beruntung orang yang telah Islam, rizkynya cukup, dan Allah memberikan kepuasan terhadap apa yang telah dikaruniakannya.” (HR Muslim)

Dari Abu Muhammad Fadhalah bin ‘Ubaid al-Anshariy ra. ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Berbahagialah orang yang mendapat petunjuk masuk Islam, berkecukupan kehidupannya, dan ia merasa puas.” (HR Tirmidzi)

Dari Ibnu ‘Abbas ra. ia berkata: “Ada kalanya Rasulullah saw. dan keluarganya lapar beberapa malam berturut-turut, karena tidak mempunyai apa-apa untuk makan malam, dan roti yang sering mereka makan adalah roti gandum.” (HR Tirmidzi)

Dari Fadhalah bin Ubaid ra. ia berkata: Apabila Rasulullah saw. mengimami shalat, sering ada orang-orang yang jatuh tersungkur dalam shalat, karena lapar. Mereka adalah ahli suffah, sedangkan orang-orang Badui berkata: “Mereka adalah orang-orang gila.” Sehingga ketika Rasulullah saw. selesai shalat, mereka mendekati mereka dan bersabda: “Andaikan kalian mengetahui pahala yang telah disediakan Allah, niscaya kalian akan meningkatkan kemiskinan dan kelaparan.” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Karimah al-Miqdad bin Ma’dikariba ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Seseorang yang selalu memenuhi perutnya, lebih berbahaya daripada memenuhi bejana. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Andaikata ia tidak mampu berbuat seperti itu, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk nafasnya.” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Umamah Iyash bin Tsa’labah al-Anshariy al-Haritsy ra. ia berkata: Pada suatu hari, para shahabat Rasulullah saw. membicarakan masalah dunia, kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Apakah kalian tidak mendengar? Apakah kalian tidak mendengar? Sesungguhnya kesederhanaan itu bagian dari iman, sesungguhnya kesederhanaan itu bagian dari iman.” (HR Abu Daud)

Dari Abu Abdullah Jabir bin Abdullah ra. ia berkata: Rasulullah saw. mengutus kami di bawah pimpinan Abu Ubaidah untuk menghadang pasukan Quraisy dan beliau memberi bekal satu kantong kurma, karena yang ada hanya itu. Abu Ubaidah memberi kami masing-masing satu butir kurma. Ketika Jabir ditanya: “Apakah yang bisa diperbuat dengan sebutir kurma itu?” Jawabnya: “Kami mengisapnya sebagaimana anak-anak kecil mengisap, kemudian kami minum air, maka yang demikian itu dapat mencukupi sampai malam hari.”
Kemudian kami menumbuk dedaunan dengan tongkat, setelah kami basahi dengan air, dan memakannya. Kemudian melanjutkan perjalanan sampai ke pantai, di sana kami melihat seperti ada gundukan tanah menyerupai bukit, kemudian kami menuju tempat itu, dan ternyata seekor ikan yang besar dan panjang sekali menyerupai sebuah bukit. Abu Ubaidah berkata: “Bangkai.” Tetapi ia berkata lagi: “Namun tidak apa-apa kalian adalah utusan Rasulullah saw. dan berjuang di jalan Allah, sedangkan kalian dalam keadaan yang terpaksa, maka makanlah bangkai itu.” Kami di situ bertahan hingga satu bulan. Rombongan kami terdiri dari tiga ratus orang, satu bulan di sana membuat kami gemuk. Kami masih ingat pada waktu kami mengambil mata ikan itu dengan tempayan dipergunakan sebagai tempat lemak, kemudian memotong-motong sebesar lembu. Abu Ubaidah mengambil tigabelas orang dari rombongan kamidan disuruh duduk pada lobang bekas mata, mengambil satu tulang rusuk dan ditegakkan, kemudian ia menuntun seekor unta yang terbesar untuk berjalan di bawahnya, maka kami mengikutinya, membawa daging dan dendeng ikan tersebut. Ketika sampai di Madinah, kami menghadap Rasulullah saw. dan menceritakan hal itu. Kemudian beliau bersabda: “Itu adalah rizky yang dikaruniakan Allah untuk kalian. Apakah kalian masih menyimpan sisa daging itu untuk kami?” Kemudian kami membawakan daging ikan itu kepada Rasulullah saw. dan beliau memakannya.” (HR Muslim)

Dari Asma’ bin Yazid ra. ia berkata: “Lengan baju Rasulullah saw. adalah sampai pergelangan tangan.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

Hidup Sederhana (2)


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an dan hadits Bukhari-Muslim

Dari Abu Musa al-Asy’ariy, ia berkata: Aisyah ra. mengeluarkan sebuah kain dan sarung yang tebal kepada kami seraya berkata: “Sewaktu Rasulullah saw. menghembuskan nafasnya yang terakhir, beliau memakai kain dan sarung ini.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra. ia berkata: “Sesungguhnya saya termasuk orang pertama dari bangsa Arab yang melempar dengan panah berjuang di jalan Allah. Dan sungguh kami berperang bersama-sama Rasulullah saw. tanpa berbekal makanan kecuali daun pohon. Sehingga apabila kami buang air besar, maka kotorannya seperti kotoran kambing dan tidak ada campurannya sama sekali.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. berdoa: Ya Allah, berilah keluarga Muhammad rizky yang dapat menghilangkan rasa lapar saja.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. saya sering menekan rongga perutku ke tanah karena lapar, juga sering mengikatkan batu di perutku karena lapar. Pada suatu hari saya duduk di jalan yang biasa dilewati orang. Kemudian Nabi saw. lewat dan tersenyum ketika melihat saya dan beliau tahu apa yang sedang menimpa diri saya. Beliau bersabda: “Wahai Abu Hirr, mari ikut aku.” Maka saya pun mengikuti beliau. Beliau masuk rumah dan saya minta izin untuk masuk, beliaupun mengizinkan saya. Ketika beliau masuk, disitu ada semangkuk susu, dan beliau bertanya kepada istrinya: “Dari mana susu ini?” Ia menjawab: “Si fulan atau si fulanah menghadiahkan susu ini buat engkau.” Beliau bersabda: “Wahai Abu Hirr.” Saya menjawab: “Ada apa wahai Rasulallah.” Beliau bersabda: “Temuilah ahli Suffah dan ajaklah mereka kemari.” Abu Hurairah berkata: “Ahli suffah adalah tamu-tamu Islam yang tidak mempunyai keluarga, harta dan saudara. Apabila beliau mendapatkan sedekah maka beliau mengirimkannya untuk mereka dan beliau tidak mengambilnya sedikitpun. Tetapi apabila beliau mendapatkan hadiah, maka beliau mengirimkannya untuk mereka dan beliau hanya mengambil sebagian dari hadiah itu. Saya sangat haus dan ingin sekali minum susu itu, dalam hati saya berkata: “Mengapa susu itu diberikan kepada ahli suffah? Saya lebih pantas untuk minum susu itu agar kekuatan saya pulih kembali. Apabila mereka datang, beliau pasti menyuruh saya untuk memberikan susu itu kepada mereka dan kemungkinan saya tidak mendapat bagian dari susu itu. Tetapi taat kepada Allah dan Rasul-Nya harus diutamakan.” Oleh karena itu, saya berangkat dan memanggil mereka. Kemudian mereka datang dan minta izin kepada Nabi, dan beliau pun mengizinkan mereka duduk di rumah beliau. Beliau memanggil: “Wahai Abu Hirr.” Saya menjawab: “Ya. Wahai Rasulallah.” Beliau bersabda: “Ambillah mangkuk susu itu dan berikan kepada mereka.” Maka saya mengambil mangkuk itu dan memberikan kepada orang pertama, maka ia minum sampai nampak segar. Mangkuk itu diberikan kepada saya kembali, dan saya berikan kepada yang lain untuk meminumnya sampai nampak segar. Mangkuk itu dikembalikan kepada saya sehingga sampai pada giliran Nabi saw. anehnya mereka sudah minum semua, tetapi susu belum habis. Kemudian beliau mengambil mangkuk itu dan dipegangnya, serta memandang saya sambil tersenyum, lantas beliau bersabda: “Wahai Abu Hirr.” Saya menjawab: “Ya, wahai Rasulallah.” Beliau bersabda: “Tinggal aku dan kamu yang belum.” Saya menjawab: “Benar, wahai Rasulallah.” Beliau bersabda: “Duduklah kamu dan minumlah.” Maka saya duduk dan minum. Beliau bersabda lagi: “Minumlah.” Beliau selalu mengulanginya sampai saya berkata: “Demi Dzat yang mengutus engkau dengan kebenaran, perut saya tidak muat lagi.” Maka saya memberikan mangkuk itu kepada beliau, kemudian beliau memuji Allah Ta’ala dan membaca basmalah lalu meminum sisanya.” (HR Bukhari)

Dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Sungguh saya pernah jatuh pingsan di antara mimbar Rasulullah saw. dan jalan yang menuju ke bilik Aisyah ra., kemudian seseorang mendatangiku dan menginjakkan kakinya ke leherku, ia menyangka bahwa saya gila. Padahal saya tidak gila, hanya saja terlalu lapar.” (HR Bukhari)

Dari Aisyah ra. ia berkata: “Pada waktu Rasulullah saw. wafat, baju besinya baru digadaikan kepada orang Yahudi sebagai tanggungan dari 30 gantang (75 kg) gandum.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Nabi saw. pernah menggadaikan baju besinya untuk mendapatkan hutang gandum, dan saya pernah datang ke tempat nabi saw. dengan membawa roti gandum dan minyak gajih. Sungguh saya pernah mendengar beliau bersabda: “Tidak ada bagi keluarga Muhammad saw. pada waktu pagi kecuali segantang gandum, begitu juga pada waktu sore, sedangkan keluarga beliau terdiri dari sembilan rumah.” (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya melihat tujuh puluh ahli suffah, di antara mereka tidak ada seorangpun yang memiliki kain panjang, tidak lebih dari satu sarung atau kain yang diikatkan ke lehernya sampai betis, yang disimpulkan dan ditarik-tarik dengan tangannya khawatir kalau-kalau auratnya terbuka.” (HR Bukhari)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: “Alas tidur Rasulullah saw. terbuat dari kulit yang berisi sabut.” (HR Bukhari)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah saw. tiba-tiba datang seorang shahabat Anshar memberikan salam kepada beliau. Ketika akan meninggalkan kami, Rasulullah saw. bertanya: “Wahai saudara Anshar, bagaimana keadaan saudaraku Sa’ad bin ‘Ubadah?” Ia menjawab: “Baik-baik saja.” Rasulullah kembali bertanya: “Siapakah di antara kalian yang ingin menjenguknya bersamaku?” Maka beliau berdiri dan kami pun menyertainya, semua berjumlah belasan orang, dan tak satupun yang memakai sendal, sepatu, kopiah dan kemeja. Kami semua berangkat dengan pakaian yang amat sederhana. Sesampainya di rumah Sa’ad, keluarga yang mengelilinginya mundur, sehingga Rasulullah saw. dan para shahabatnya mendekatinya.” (HR Muslim)

Dari Imran bin Hushain ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang hidup pada masaku, kemudian orang-orang sesudahnya, dan yang sesudahnya lagi.” Imran berkata: “Saya tidak tahu pasti, apakah Nabi saw. mengucapkan dua kali atau tiga kali.” (Nabi bersabda lagi): “Sesudah mereka akan datang suatu kaum yang mau menjadi saksi meskipun tidak diminta, mereka berkhianat dan tidak dapat dipercaya, mereka bernadzar, tetapi tidak menepatinya. Mereka tampak gemuk dan besar perut.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hidup Sederhana (1)


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an dan hadits Bukhari-Muslim

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, Maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun,” (Maryam: 59-60)

“Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Mudah-mudahan kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar”. (al-Qashash: 79-80)

“Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan [yang kamu bermegah-megahan di dunia]” (at-Takaatsur: 8)

“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), Maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam Keadaan tercela dan terusir.” (al-Israa’: 18)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: “Keluarga Muhammad saw. tidak pernah kenyang dari roti gandum dalam waktu dua hari berturut-turut sampai beliau meninggal dunia.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Keluarga Muhammad saw. tidak pernah kenyang dari makanan yang terbuat dari gandum, sejak menetap di Madinah dalam waktu tiga malam berturut-turut sampai beliau meninggal dunia.”

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: “Wahai keponakanku, demi Allah kami pernah melihat bulan dan bulan dan melihat bulan, tiga kali dalam dua bulan, sedangkan di rumah-rumah Rasulullah saw. tidak ada nyala api.” Saya bertanya: “Wahai bibiku, kalau memang demikian, apa yang bibi makan?” Aisyah menjawab: “Kurma dan air. Hanya saja shahabat Anshar tetangga Rasulullah saw. yang mempunyai sapi perahan, sering mengantar air susu untuk Rasulullah saw., maka kami meminumnya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Sa’ad al-Maqburiy dari Abu Hurairah ra. ia berkata: ia melewati suatu kaum yang sedang makan sate, maka merekapun mengajak Sa’ad untuk makan bersama, tetapi ia menolak dan berkata: “Rasulullah saw. belum pernah kenyang makan roti gandum sampai ia meninggal dunia.” (HR Bukhari)

Dari Anas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. tidak pernah makan dengan piring, sampai beliau meninggal dunia, juga beliau tidak pernah makan roti yang terbuat dari tepung sampai meninggal dunia.” (HR Bukhari)

Dari an-Nu’man bin Basyir ra. ia berkata: “Saya pernah melihat Nabi saw. tidak mendapatkan makanan walaupun hanya kurma yang paling buruk untuk mengisi perutnya.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Pada suatu hari Rasulullah saw. keluar, lalu bertemu dengan Abu Bakar dan Umar ra. Beliau bertanya: “Mengapa kalian keluar rumah di saat-saat seperti ini?” Abu Bakar dan Umar menjawab: “Karena lapar, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, aku juga demikian. Mari kita pergi bersama-sama.” Keduanya pun pergi bersama Rasulullah saw. mendatangi rumah salah seorang shahabat Anshar (namanya: Abul Haitsam bin at-Tajihan), tetapi ia tidak ada di rumahnya. Ketika istrinya melihat mereka, ia segera menyambutnya dengan mengucapkan: “Selamat datang.” Rasulullah saw. bertanya: “Di manakah suamimu?” Ia menjawab: “Sedang pergi mengambil air tawar.” Tiba-tiba datanglah shahabat Anshar itu dan melihat Rasulullah saw. bersama kedua shahabatnya, maka ia berkata: “Al-hamdu lillaaH, pada hari ini tidak ada seorangpun yang mempunyai tamu lebih mulia daripada tamuku.” Kemudian ia pergi mengambil baki yang berisi kurma setengah matang, kurma yang sudah matang dan buah anggur, seraya mempersilakan makan. Ia mengambil pisau. Tetapi Rasulullah menegurnya: “Saya harap kamu tidak menyembelih kambing perahan itu.” Kemudian ia menyembelih kambing yang lain. Kemudian mereka makan daging kambing, kurma dan anggur bersama-sama, dan meminum air yang baru diteduhkan itu. Setelah kenyang dan segar kembali, Rasulullah saw. bersabda kepada Abu Bakar dan Umar ra.: “Demi Dzat yang jiwaku berada di genggaman-Nya, sungguh pada hari kiamat kalian akan ditanya tentang nikmat ini. Kalian keluar dari rumah dengan perut lapar kemudian kalian tiada kembali sebelum menikmati jamuan ini.” (HR Muslim)

Dari Khalid bin Umair al-Adawiy ia berkata: Utbah bin Ghazwan yang menjabat gubernur di Bashrah, berkhutbah di depan kami. Setelah ia memuji dan menyanjung Allah, ia berkata: “Sesungguhnya dunia ini telah mengingatkan akan kehancurannya dan melaju dengan cepatnya, serta tidak akan tersisa, melainkan hanya seperti sisa air dari bejana yang dituangkan pemiliknya. Sesungguhnya kalian akan pindah dari alam dunia ke daerah yang tidak binasa lagi, pindahlah kalian dengan berbekal kebaikan. Sesungguhnya telah diceritakan kepada kami, bahwa kalau sebuah batu dilemparkan ke dalam neraka jahanam, maka dalam waktu tujuh puluh tahun belum sampai ke dasarnya. Demi Allah neraka jahanam itu pasti akan penuh. Apakah kalian merasa kagum? Dan telah diceritakan kepada kamu, bahwa jarak antara dua pintu gerbang surga itu empat puluh tahun perjalanan. Tetapi suatu hari nanti, orang-orang yang memasukinya berdesak-desakan. Dulu, waktu saya bertujuh bersama Rasulullah saw. pernah tidak mendapatkan makanan kecuali dedaunan, sampai bibir kami pecah-pecah dan saya membagi selimut menjadi dua untuk saya sendiri dan untuk Sa’ad bin Malik, sehingga saya bersarung separuh, begitu juga Sa’ad. Tetapi masing-masing dari kami sekarang telah menjadi gubernur pada salah satu wilayah. Sesungguhnya saya berlindung diri kepada Allah, jangan sampai dalam pandangan diriku besar padahal di sisi Allah sangat kecil.” (HR Muslim)

Menjaga Kehormatan, Tidak Meminta-minta (1)


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – Hadits

Firman Allah: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkynya.” (Hud: 6)

Firman Allah: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Baqarah: 273)

Firman Allah: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (al-Furqaan: 67)

Firman Allah: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.” (adz-Dzaariyaat: 56-57)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tidak disebut kaya karena banyaknya harta, tetapi yang disebut kaya (yang sebenarnya) adalah kekayaan jiwa.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah bin ‘Amr ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh beruntung orang yang telah (masuk) Islam dan rizky-nya cukup. Allah memberikan kepuasan terhadap apa yang telah Allah karuniakan kepadanya.” (HR Muslim)

Dari Hakim bin Hizam ra. ia berkata: Saya meminta kepada Rasulullah saw. maka beliau memberi saya; kemudian saya meminta lagi kepada beliau dan beliau pun memberi lagi. Kemudian beliau bersabda: “Hai Hakim, sesungguhnya harta itu memang manis dan mempesonakan. Siapa saja yang mendapatkannya dengan kemurahan jiwa, maka ia akan mendapatkan berkah. Tetapi siapa saja yang mendapatkannya dengan meminta-minta, maka ia tidak akan mendapatkan berkah. Ia bagaikan orang yang sedang makan tetapi tidak pernah merasa kenyang. Tangan yang di atas (yang memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (yang meminta).” Hakim berkata: “Wahai Rasulallah, demi Dzat yang mengutus engkau dengan kebenaran, saya tidak akan menerima sesuatu pun dari seseorang sesudah pemberianmu ini, sampai saya meninggal dunia.”
Abu Bakar pernah memanggil Hakim untuk memberikan sesuatu kepadanya, tetapi ia tidak mau menerimanya. Demikian pula dengan Umar, ia pernah memanggil Hakim untuk memberikan sesuatu, tetapi ia tidak mau menerimanya, maka Umar berkata: “Wahai umat Islam, saksikanlah, bahwa saya telah menawarkan harta rampasan yang menjadi haknya Hakim, sebagaimana yang telah diatur Allah, tetapi ia tidak mau mengambilnya.”
Demikianlah, Hakim tetap tidak mau menerima pemberian dari seorang pun setelah menerima pemberian dari Nabii saw. sampai ia meninggal.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Burdah, dari Abu Musa al-Asy’ariy ra. ia berkata: Dalam suatu peperangan, kami keluar bersama Rasulullah saw. Setiap enam orang, tersedia satu ekor unta, sehingga kami bergantian menaikinya sampai kaki kami pecah-pecah. Demikian pula kaki saya pecah-pecah bahkan kuku-kuku saya terkelupas; kemudian kami membalut kuku kami dengan sobekan kain. Oleh karena itu peperangan tersebut dinamakan perang “Dzatur riqa’”, karena kami membalut kaki-kaki kami dengan sobekan kain.” Abu Burdah berkata: “Semula Abu Musa sering menceritahkan hal ini, kemudian ia tidak mau menceritakannya lagi dan berkata: ‘Buat apa saya menyebut-nyebut apa yang telah saya lakukan.’” Abu Burdah berkata: “Seolah-olah ia tidak senang kalau sesuatu yang pernah diperbuatnya itu disebar luaskan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Amir bin Taghlib ra. ia berkata: Rasulullah saw. pernah diberi harta atau tawanan, kemudian beliau membagi-bagikannya. Ada yang diberi dan ada yang tidak. Kemudian terdengar kabar bahwa orang-orang yang tidak diberi mengeluh. Maka beliau berkhutbah, setelah memuji dan menyanjung Allah Ta’ala, beliau berkhutbah: “Demi Allah, sesungguhnya saya memberi harta rampasan kepada seseorang sedangkan yang lain tidak. Sebenarnya orang yang tidak aku beri lebih aku cintai daripada yang diberi. Tetapi sesungguhnya aku memberi harta rampasan itu kepada orang yang di dalam hatinya dirundung kegelisahan dan keresahan. Dan aku serahkan kepada Allah orang-orang yang ditetapkan pada hati mereka kekayaan dan kebaikan, di antara mereka adalah ‘Amr bin Taghlib.” Mendengar yang demikian ‘Amr bin Taghlib berkata: “Demi Allah, saya tidak senang kalau ucapan Rasulullah saw. itu (diganti) dengan ternak-ternak yang bagus.” (HR Bukhari)

Dari Hakim bin Hizam ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: “Tangan yang di atas (orang yang memberi) itu lebih baik daripada tangan yang di bawah (orang yang meminta). Dahulukan orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Sesungguhnya sebaik-baik sedekah adalah sedekah yang dikeluarkan oleh orang yang mempunyai kelebihan. Siapa saja yang menjaga kehormatan dirinya, Allah akann menjaganya dan siapa saja yang merasa cukup, maka Allah akan mencukupkannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abdurrahman Mu’awiyah bin Abu Sufyan Shakhr bin Harb ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kalian memaksa dalam meminta-minta. Demi Allah, tidak ada salah seorang di antara kalian yang meminta kepadaku, kemudian aku memberikan sesuatu kepadanya dengan rasa terpaksa, niscaya tidak akan mendapatkan berkah dari apa yang aku berikan itu.” (HR Muslim)

Menjaga Kehormatan, Tidak Meminta-minta (2)


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – Hadits

Dari Abu Abdurrahman bin ‘Auf bin Malik ra. ia berkata: Kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw. waktu itu kira-kira berjumlah sembilan, delapan atau tujuh orang; kemudian beliau bertanya: “Apakah kalian tidak akan berbaiat (berjanji setia) kepada Rasulullah?” Padahal kami barusaja berbaiat. Maka kami menjawab: “Bukankah kami sudah berbaiat kepadamu wahai Rasulallah?” Kemudian kami mengulurkan tangan dan berkata: “Kami telah berbaiat kepada engkau, maka dalam hal apa kami harus berbaiat?” Beliau menjawab: “Kalian harus menyembah Allah, Dzat yang Maha Esa dan kalian tidak boleh menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, shalat lima waktu, serta harus senantiasa mendengarkan dan mentaati segala perintah-Nya.” Dan beliau berbisik: “Janganlah kalian meminta-minta sesuatu pun kepada sesama manusia.” Setelah itu, sungguh saya menyaksikan, bahwa salah seorang di antara kelompok ini, ada yang cambuknya terjatuh dan ia tidak mau meminta kepada seseorang untuk mengambilkan cambuknya.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: “Siapa saja di antara kalian yang senantiasa meminta-minta, nanti ia akan bertemu Allah Ta’ala, sedangkan mukanya tidak berdaging.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Umar ra. ia berkata: Ketika Rasulullah saw. berada di atas mimbar, beliau berbicara tentang sedekah, dan menjaga diri dari meminta-minta, beliau bersabda: “Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah yang memberi, sedangkan tangan yang di bawah adalah tangan yang meminta-minta.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang meminta-minta kepada sesama manusia dengan maksud untuk memperbanyak harta kekayaan, maka sesungguhnya ia meminta bara api; sehingga terserah padanya apakah cukup dengan sedikit saja atau akan memperbanyaknya.” (HR Muslim)

Dari Samurah bin Jundub ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya meminta-minta itu adalah cacat (luka) yang digoreskan orang di wajahnya, kecuali apabila ia meminta kepada penguasa atau karena keadaan terpaksa.” (HR Tirmidzi)

Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang tertimpa kekurangan, kemudian ia mengadukannya kepada sesama manusia, maka kekurangannya tidak akan tertutupi. Tetapi siapa saja yang mengadukannya kepada Allah, maka Allah akan memberikan kepadanya rizky (baik datangnya) segera ataupun lambat.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

Dari Tsauban ra. ia berkata: Rasulullah saw. bertanya: “Siapakah yang berani menjaminkan dirinya kepadaku untuk tidak meminta sesuatupun kepada sesama manusia maka aku akan jamin ia masuk surga?” Saya menjawab: “Saya.” Maka ia tidak pernah meminta sesuatupun kepada orang. (HR Abu Daud)

Dari Abu Bisyr Qabishah bin al-Mukhariq ra. ia berkata: Saya adalah orang yang menanggung beban amat berat, maka saya mendatangi Rasulullah saw. untuk meminta bantuannya meringankan beban itu. Kemudian beliau bersabda: “Tunggulah sampai ada zakat yang datang kesini, nanti akan aku suruh si ‘amil (pengumpul dan pembagi zakat) untuk memberi bagian kepadamu.” Kemudian beliau bersabda: “Wahai Qabishah, meminta-minta itu tidak diperbolehkan kecuali ada salah satu dari tiga sebab. Pertama, seseorang yang menanggung beban yang amat berat, maka ia diperbolehkan meminta-minta sampai dapat memperingan bebannya, kemudian dia mengekang dirinya untuk tidak meminta-minta lagi. Kedua, seseorang yang tertimpa kecelakaan dan hartanya habis, maka ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan kehidupan yang layak. Dan yang ketiga, seseorang yang sangat miskin, sehingga ada tiga orang yang bijaksana di antara kaumnya mengatakan: “Si Fulan benar-benar miskin.” Maka ia diperbolehkan meminta-minta, sampai dapat hidup dengan layak. Wahai Qabishah, meminta-minta selain disebabkan tiga hal tadi, adalah usaha yang haram dan orang yang memakannya berarti ia makan barang haram.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Bukan dinamakan orang miskin, orang yang meminta-minta kemudian ia tidak memperoleh sesuap dan dua suap makanan atau tidak memperoleh satu dan dua buah butir kurma. Tetapi yang dinamakan orang miskin adalah orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya dan tidak pernah berfikir untuk diberi sedekah dan ia juga tidak mau pergi untuk meminta-minta kepada orang lain.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Salim bin Abdullah bin Umar, dari ayahnya (Abdullah bin Umar), dari Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. memberi bagian dari sedekah kepada saya, tetapi saya menolaknya dan berkata: “Wahai Rasulallah, berikanlah kepada orang yang lebih membutuhkannya.” Beliau bersabda: “Terimalah, apabila harta itu mendatangimu, sedangkan kamu tidak mengharap-harapkan dan meminta. Kemudian terserah kamu, boleh kamu makan atau sedekahkan. Dan yang tidak datang kepadamu, janganlah kamu menuruti hawa nafsumu untuk mendapatkannya.” Salim berkata: “Setelah itu, Abdullah tidak pernah meminta sesuatupun kepada orang lain, dan tidak pernah menolak pemberian.” (HR Bukhari dan Muslim)

Anjuran Berusaha


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – Hadits

Firman Allah: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di bumi, dan carilah karunia Allah.” (al-Jumu’ah: 10)

Dari Abu Abdullah az-Zubair bin al-‘Awwan ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh seandainya salah seorang di antar kalian mengambil beberapa utas tali, kemudian pergi ke gunung dan kembali dengan memikul seikat kayu bakar dan menjualnya, kemudia dari hasil itu Allah mencukupkan kebutuhan hidupmu, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada sesama manusia, baik mereka memberi maupun tidak.” (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh, seandainya salah seorang di antara kalian mencari kayu bakar dan memikul ikatan kayu itu, maka itu lebih baik, daripada meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya ataupun tidak.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Nabi Daud as. tidak pernah makan kecuali hasil usahanya sendiri.” (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Nabi Zakari as. adalah seorang tukang kayu.” (HR Muslim)

Dari al-Miqdam bin Ma’dikariba ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Seseorang yang makan hasil usahanya sendiri, itu lebih baik. Sesungguhnya Nabi Daud as. makan dari hasil usahanya sendiri.” (HR Bukhari)