Kamis, 17 Oktober 2013

Adab Bepergian (1)

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits

Dari Ka’ab bin Malik ra. bahwasannya Nabi saw. keluar untuk perang Tabuk pada hari Kamis, dan beliau memang suka keluar [bepergian] pada hari Kamis.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat yang lain dikatakan: “Jarang sekali Rasulullah saw. keluar [bepergian] kecuali pada hari Kamis.”

Dari Shakher bin Wad’ah al-Ghamidiy ash-Shahabiy ra. bahwasanya Rasulullah saw. berdoa: “AllaaHumma baariklanaa li-ummatii fii bukuuriHaa (Ya Allah berkahilah umatku pada pagi harinya).” Dan apabila beliau mengutus [melepas] pasukan, maka beliau mengutus mereka pada pagi hari. Shakher adalah seorang pedagang, maka ia mengirimkan barang dagangannya pada pagi hari, kemudian ia menjadi kaya dan banyak hartanya.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Seandainya manusia tahu [bahayanya bepergian] seorang diri sebagaimana yang telah aku ketahui, niscaya tidak akan ada seorangpun yang berjalan sendirian pada waktu malam.” (HR Bukhari)

Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang bepergian sendirian itu bagaikan satu setan, dua orang yang bepergian itu bagaikan dua setan, tiga orang yang bepergian itu adalah rombongan.” (HR Abu Dawud, Turmudzi dan Nasa-i)

Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila ada tiga orang bepergian hendaklah mereka memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi pemimpin rombongan.” (HR Abu Dawud)

Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sebaik-baik kawan adalah empat orang, sebaik-baik pasukan adalah empat ratus dan sebaik-baik tentara adalah empat ribu orang, dan tidak akan dapat dikalahkan oleh dua belas ribu orang karena dianggap sedikit.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila kamu sekalian sedang bepergian dan melewati tanah subur, maka berilah kesempatan kepada unta untuk memakan rumputnya. Dan apabila kamu sekalian sedang bepergian dan melewati tanah yang tandus, maka percepatlah di dalam berjalan dan kejarlah jangan sampai unta itu kehabisan tenaga. Apabila kamu sekalian berhenti pada waktu malam, maka janganlah berhenti [mendirikan kemah] di tengah jalan karena sesungguhnya itu adalah jalan binatang dan tempat yang sangat berbahaya pada waktu malam.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Qatadah ra. ia berkata: Apabila Rasulullah saw. berada dalam perjalanan dan berhenti pada waktu malam, maka beliau tidur pada pinggang kanannya, dan apabila berhenti sudah menjelang shubuh, maka beliau menegakkan lengannya dan meletakkan kepala pada telapak kanannya.” (HR Bukhari)
Para ulama berkata: “Beliau menegakkan lengannya supaya beliau tidak lelap di dalam tidur yang dapat menyebabkan terlambat shalat shubuhnya, atau tidak bisa mengerjakan shalat shubuh pada awal waktunya.”

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Kamu sekalian hendaklah bepergian pada waktu malam, karena seolah-olah bumi itu terlipat pada waktu malam.” (HR Abu Dawud)

Dari Abu Tsa’labah al-Khusyanniy ra. ia berkata: Apabila seseorang berhenti di dalam perjalanan, mereka bekelompok-kelompok dan berada pada lembah yang berbeda-beda, kemudian Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya terpisah-pisahnya kamu sekalian dalam kelompok dan lembah yang berbeda-beda adalah ajaran dari setan.” Maka sejak itu apabila mereka berhenti dalam perjalanan, kelompok yang satu akan berkumpul dengan kelompok yang lain.” (HR Abu Dawud)

Dari Sahal bin Amr, ada yang memanggilnya dengan Sahal bin Amr Rabi’ bin Amr al-Anshariy yang terkenal dengan sebutan Ibnu Handzalah, ia termasuk shahabat yang mengadakan Bai’atur Ridwan ra. ia berkata: Suatu ketika Rasulullah saw. berjalan dan melewati seekor unta yang punggungnya lengket dengan perut [kurus], kemudian beliau bersabda: “Takutlah kamu kepada Allah terhadap binatang yang bisu ini. Kendarailah ia dengan cara yang baik, dan berilah ia makan dengan cara yang baik pula.” (HR Abu Dawud)

Dari Abu Ja’far Abdullah bin Ja’far ra. ia berkata: Pada suatu hari Rasulullah saw. mengajak saya membonceng di belakangnya dan menyampaikan rahasia kepada saya, yang rahasia itu tidak akan saya sampaikan kepada siapapun. Dan jika Rasulullah saw. menunaikan hajat beliau suka menutupinya dengan tonggak atau bedinding dengan pohon kurma.” (Hr Muslim)
Dalam riwayat lain terdapat tambahan: “Beliau pernah ke kebun seorang shahabat Anshar dan di situ terdapat seekor unta. Ketika unta itu melihat Nabi saw. terus merintih dan mencucurkan air mata. Kemudian Nabi mendengar dan mengusap punggung dan kedua telinganya, maka unta itu diam. Beliau lantas bertanya: “Siapakah pemilik unta ini? Siapakah yang mempunyai unta ini?” Maka datanglah seorang pemuda Anshar dan berkata: “Ini unta saya wahai Rasulallah.” Beliau bersabda: “Apakah kamu tidak takut kepada Allah terhadap binatang yang telah diberikan Allah untuk kamu, sesungguhnya unta ini mengadu kepadaku bahwa kamu melaparkan dan melelahkannya.” (HR Abu Dawud, seperti yang diriwayatkan oleh al-Barqaniy)

Dari Anas ra. ia berkata: “Apabila kami berhenti dalam bepergian, kami tidak melakukan shalat sunah terlebih dahulu sebelum melepaskan tali kekang binatang yang kami kendarai.” (HR Abu Dawud)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. ia berkata: Pada suatu ketika kami sedang bepergian, tiba-tiba ada seorang laki-laki datang dengan naik kendaraan dimana ia menoleh ke kanan dan ke kiri, kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang memiliki kelebihan kendaraan hendaklah ia memberikan kepada yang tidak mempunyainya. Barangsiapa yang memiliki bekal lebih, maka hendaklah ia memberikan kepada orang yang tidak mempunyainya.” Beliau menyebutkan macam-macam harta dengan nada seperti itu, sehingga kami sadar bahwa sesungguhnya tidaklah pantas salah seorang di antara kami mempunyai kelebihan harta.” (HR Muslim)

Dari Jabir ra. dari Rasulullah saw. bahwasannya apabila beliau hendak berangkat perang, beliau bersabda: “Wahai para shahabat Muhajirin dan Anshar sesungguhnya ada sebagian orang di antara saudara-saudaramu yang tidak memiliki harta dan keluarga, maka dari itu hendaklah salah seorang di antara kamu sekalian menggabungkan dua atau tiga orang dengannya.” Kemudian tidak ada salah seorang di antara kami melainkan ia bergatian kendaraan dengan orang yang digabungkannya. Jabir berkata: “Saya menggabungkan dua atau tiga orang dengan saya, dan kesempatan untuk mengendarai unta saya bagi sama rata antara saya dan mereka.” (HR Abu Dawud)

Dari Jabir ra. ia berkata: “Rasulullah saw. apabila berada dalam perjalanan, beliau biasa di belakang; dimana beliau memberi pertolongan kepada orang yang lemah serta membonceng dan mengajaknya.” (HR Abu Dawud)

Allah berfirman: “Dan Allah telah menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi. Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu, dan supaya kamu mengucapkan: Mahasuci Rabb yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami.” (az-Zukhruf: 12-14)

Dari Ibnu Umar ra. bahwasannya apabila Rasulullah saw. menaiki untanya untuk keluar bepergian, beliau mengucapkan takbir tiga kali dan berdoa: subhaanal ladzii sakhkhara lanaa Haadzaa wamaa kunnaa laHuu muqriniin. Wa innaa ilaa rabbinaa lamungqalibuun. allaaHumma innaa nas-aluka fii safaarinaa Haadzal birra wat taqwaa wa minal ‘amali maa tardlaa, allaaHumma Hawwin ‘alainaa safaranaa Haadzaa wathwi ‘annaa bu’daHu, allaaHumma antash shaahibu fis safari wal khaliifatu fil aHli. Allaahumma innii a-‘uudzubika min wa’tsaa-is safari wa kaabatil landhari wa suu-il mungqalabi fil maali wal aHli wal waladi

(Maha suci Rabb yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, takwa dan amal yang Engkau ridlai dalam kepergian kami ini. Ya Allah, mudahkanlah segala urusan dalam kepergian kami ini dan pendekkanlah jarak dari jauhnya kepergian dan pengganti bagi keluarga yang kami tinggalkan. Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung diri kepada-Mu dari kesukaran dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan jeleknya kembali, baik bagi harta maupun keluarga kami). Dan apabila Rasulullah saw. hendak pulang, beliau juga membaca doa tersebut dengan diberi tambahan: aayibuuna taa-ibuuna ‘aabiduuna lirabbinaa haamiduuna (“Kami adalah orang yang siap untuk pulang, kami adalah orang yang bertaubat, beribadah dan memuji kepada Rabb kami.”) (HR Muslim)

Adab Bepergian (2)

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits

Dari Abdullah bin Sarjis ra. ia berkata: Apabila Rasulullah saw. hendak bepergian, beliau berlindung diri kepada Allah dari kesukaran dalam bepergian, pulang yang menyedihkan, keraguan setelah adanya kemantapan, doa orang yang teraniaya, dan jeleknya pemandangan pada keluarga dan harta. (HR Muslim)

Dari Ali bin Rabi’ah ia berkata: Saya telah menyaksikan Ali bin Abu Thalib ra. diberi binatang untuk dikendarainya, dimana ketika meletakkan kakinya pada binatang itu ia membaca: bismillaaH, dan ketika duduk di atas punggungnya ia membaca: subhaanal ladzii sakhkhara lanaa Haadzaa wamaa kunnaa laHuu muqriniin Wa innaa ilaa rabbinaa lamungqalibuun, kemudian membaca: alhamdulillaaH tiga kali, allaaHu akbar tiga kali, dan membaca: subhaanaka inni dhalamtu nafsii faghfirlii innaHuu laa yaghfiru dzunuuba illaa anta, kemudia ia tertawa. Ada orang bertanya: “Wahai Amirul Mukminin mengapa engkau tertawa?” Ia menjawab: “Saya melihat Nabi saw. berbuat seperti apa yang saya perbuat ini kemudian beliau tertawa, ketika saya bertanya: wahai Rasulallah, mengapa engkau tertawa? Beliau menjawab: sesungguhnya Rabb yang Mahasuci itu merasa kagum terhadap hamba-Nya apabila ia berdoa: igfirlii dhunuubi, karena ia menyadari bahwasannya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Aku [Allah].” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)

Dari Jabir ra. ia berkata: Apabila kami mendaki kami membaca takbir, dan apabila kami turun kami membaca tasbih. (HR Bukhari)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Apabila Nabi saw. beserta pasukannya mendaki bukit mereka membaca takbir, dan apabila turun mereka membaca tasbih. (HR Abu Dawud)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Apabila Nabi saw. kembali dari ibadah haji atau umrah, kemudian beliau mendaki bukit atau gundukan pasir maka beliau membaca takbir tiga kali dan membaca: laa ilaaHa illallaaHu wahdaHu laa syariikalaHu laHul mulku walaHul hamdu wa Huwa ‘alaa kulli syai-ing qadiir, aayibunaa ‘aabiduuna saajinuuna lirabbinaa haamiduun. shadaqallaaHu wa’daHu wa nashara ‘abdaHu waHazamal aHzaaba wahdaH (“Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, segala kekuasaan dan segala puji bagi-Nya. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kami adalah orang yang siap untuk pulang, kami adalah orang yang bertobat, beribadah, bersujud dan memuji kepada Tuhan kami. Semua janji Allah pasti benar, Ia selalu menolong hamba-Nya, dan mengalahkan musuh-Nya dengan sendirian.”) (HR Bukhari dan Muslim)
Dan dalam riwayat yang lain dikatakan: “Apabila beliau kembali dengan bala tentara dan pasukan, atau dari ibadah haji dan umrah.”

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya ada seseorang berkata: “Wahai Rasulallah, sesungguhnya saya akan bepergin, maka berilah saya pesan.” Beliau bersabda: “Kamu hendaklah senantiasa bertakwa kepada Allah dan membaca takbir setiap kali mendaki.” Ketika orang itu pergi, beliau berdoa: “AllaaHummathwi laHul bu’da waHawwin ‘alaiHis safar (“Ya Allah perpendeklah baginya jarak yang jauh, dan permudahlah segala urusannya di dalam bepergian.”) (HR Tirmdzi)

Dari Abu Musa al-Asy’ariy ra. ia berkata: Kami berjalan bersama Rasulullah saw. dan apabila kami mendaki maka kami membaca tahlil dan takbir dengan suara keras, kemudian Nabi saw. bersabda: “Wahai sekalian manusia, kasihilah dirimu sendiri karena sesungguhnya kamu sekalian tidaklah berdoa kepada Dzat yang tuli dan tidak pula kepada Dzat yang jauh, sesungguhnya Ia selalu bersamamu. Ia Maha Mendengar sangat dekat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Ada tiga macam doa yang tidak diragukan lagi keampuhannya, yaitu doanya orang yang teraniaya, yang yang sedang bepergian dan doa orang tua terhadap anaknya. (HR Abu Dawud dan Turmudzi)

Dari Khaulah binti Hakim ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang berhenti pada suatu tempat kemudian ia membaca: a-‘uudzu bikalimatillaaHit taammaati min syarri maa khalaqa, lam yadluruHu syai-un hattaa yartahila min manziliHi dzaalika (saya berlindung diri dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan yang Ia ciptakan) niscaya ia tidak akan terganggu oleh sesuatu apapun hingga ia pergi meninggalkan tempat tersebut.” (HR Muslim)

Dari Abu Musa al-Asy’ari ra. sesungguhnya Rasulullah saw. jika takut pada suatu kaum beliau berdoa: “AllaaHumma innaa naj’aluka fii nuhuuriHim, wa na-‘uudzubika min syuruuriHim (Ya Allah, kami jadikan Engkau pada leher mereka, dan kami berlindung kepada-Mu dari kejahatan-kejahatan mereka.)” (HR Abu Dawud dan Nasa-i dengan isnad shahih)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Bepergian itu merupakan bagian dari siksa, dimana seorang harus mengurangi makan, minum, tidurnya. Oleh karena itu apabila salah seorang di antara kamu sekalian telah selesai urusannya dalam bepergian, maka hendaklah ia segera kembali kepada keluarganya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Jabir ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang di antara kamu sekalian bepergian dalam waktu yang cukup lama, maka janganlah ia mengetuk pintu pada keluarga pada waktu malam.”
Dan di dalam riwayat lain dikatakan: “Bahwasannya Rasulullah saw. melarang seseorang untuk mengetuk pintu pada keluarganya pada waktu malam.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. tidak pernah mengetuk pintu pada keluarganya pada waktu malam. Beliau biasanya datang kepada mereka pada waktu pagi dan sore. (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Kami kembali bersama Rasulullah saw. ketika kami telah sampai melihat Madinah, beliau membaca: aayibuuna taa-ibuuna ‘aabiduuna lirabbinaa haamiduuna (kami adalah orang yang siap pulang, kami adalah orang yang bertobat, beribadah dan memuji kepada Tuhan kami). Beliau senantiasa membaca doa itu sehingga kami sampai di Madinah.” (HR Muslim)

Dari Ka’ab bin Malik ra. bahwasannya Rasulullah saw. datang dari bepergian, beliau langsung ke masjid dan shalat dua rakaat di dalamnya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tidak halal bagi seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bepergian yang memakan waktu sehari semalam kecuali bersama muhrimnya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu ‘Abbas ra. bahwasannya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah sekali-sekali seorang laki-laki melepas seorang perempuan kecuali dengan muhrimnya.” Ada seorang laki-laki bertanya: “Wahai Rasulallah, sesungguhnya istriku pergi untuk haji, saya telah tercatat untuk ikut peperangan ini dan itu.” Beliau bersabda: “Pergilah kamu dan berhajilah bersama istrimu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Fadlilah Membaca Surat dan Ayat-ayat Al-Qur’an

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits

Dari Abu Sa’id Rafi’ al-Mu’alla ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepadaku: “Sukakah aku ajarkan kepadamu surah yang paling agung dalam al-Qur’an sebelum kamu keluar dari masjid?” Beliau lalu menggandeng tanganku. Ketika kami hendak keluar kami menagih: “Wahai Rasulallah, engkau tadi berkata: Tentu aku ajarkan kepadamu surah yang paling berharga dalam al-Qur’an.” Rasulullah saw. bersabda: “AlhamdulillaaHi rabbil ‘aalamiin (surah al-Fatihah), yaitu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan al-Qur’an yang terbesar diberikan kepadaku.” (HR Bukhari)

Dari Sa’id al-Khudriy ra. bahwasannya Rasulullah saw. menceritakan tentang keutamaan surah Qul HuwallaaHu ahad, dimana beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya surah ini (Qul HuwallaaHu ahad) sebanding dengan sepertiga al-Qur’an.” Di dalam riwayat lain dikatakan: “Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda kepada para shahabatnya: “Apakah masing-masing dari kalian tidak mampu untuk membaca sepertiga al-Qur’an setiap malam?” Para shahabat merasa berat terhadap apa yang disabdakan oleh beliau, dan mereka berkata: “Wahai Rasulallah, siapakah di antara kami yang mampu berbuat seperti itu?” Beliau bersabda: “Qul HuwallaaHu ahad, allaaHushshamad itu adalah sepertiga al-Qur’an.” (HR Bukhari)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. bahwasannya ada seseorang yang mendengar orang lain membaca: Qul HuwallaaHu ahad; dengan dibaca berulang kali. Pada pagi harinya ia datang kepada Rasulullah saw. dan menceritakan apa yang baru didengarnya kepada beliau, dan seakan-akan ia meremehkan kepada pahalanya. Kemudian Rasulullah bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya surah itu (Qul HuwallaaHu ahad) adalah sebanding dengan sepertiga al-Qur’an.” (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. menceritakan tentang keutamaan Qul HuwallaaHu ahad, dimana beliau bersabda: “Sesungguhnya Qul HuwallaaHu ahad itu sebanding dengan sepertiga al-Qur’an.” (HR Muslim)

Dari Anas ra. bahwasannya ada seseorang berkata: “Wahai Rasulallah, sesungguhnya saya sangat suka kepada surah Qul HuwallaaHu ahad.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya kecintaanmu terhadap surah itu dapat memasukkanmu ke dalam surga.” (HR Turmudzi)

Dari Uqbah bin Amir ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Tidakkah kamu perhatikan beberapa ayat yang diturunkan pada malam ini tiada bandingannya sama sekali? Yaitu surah Qul a-‘uudzu birabbil falaq dan Qul a-‘uudzu birabbinnaas.” (HR Muslim)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. ia berkata: “Rasulullah saw. selalu berlindung diri dari gangguan jin dan manusia sehingga turunlah surah Qul a-‘uudzu (Qul a-‘uudzu birabbil falaq dan qul a-‘uudzubirabbinnaas). Setelah turun dua ayat itu beliau membacanya dan meninggalkan doa-doa yang lain selain dua surah tersebut.” (HR Turmudzi)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Di dalam al-Qur’an ada sebuah surah yang berisi tigapuluh ayat yang dapat memberi syafaat kepada seseorang sehingga ia diampuni, yaitu =tabaarakalladzii biyadiHil mulku.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)

Dari Abu Mas’ud al-Badriy ra. dari Nabi saw. beliau bersabda:”Barangsiapa yang membaca dua ayat dari akhir surah al-Baqarah pada malam hari niscaya ia telah tercukupi.” (HR Bukhari dan Muslim)
Ada yang mengatakan ia telah terjaga dari sesuatu yang tidak diinginkan pada malam itu.” Ada yang mengatakan: “Ia telah cukup walaupun ia tidak bangun untuk shalat malam.”

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan [hanya untuk tidur]. Sungguh setan itu lari dari rumah yang dibacakan surah al-Baqarah.” (HR Muslim)

Dari Ubay bin Ka’ab ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Hai Abu Mundzir [Ubay bin Ka’ab]. Tahukah kamu ayat apakah dari kitab Allah yang kamu hafal yang paling agung?” Saya [Ubay] menjawab: “AllaaHu laa ilaaHa illaa Huwal Hayyul qayyuum.” Kemudian Rasulullah saw. menepuk dada saya dan bersabda: “Sungguh luar biasa pengetahuanmu, wahai Abu Mudzir.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah saw. mempercayakan saya untuk menjaga zakat pada bulan Ramadlan, kemudian ada seseorang datang dan mengambil segenggam makanan, maka orang itu saya pegang dan saya katakan: “Sungguh kamu akan saya laporkan kepada Rasulullah saw.” Ia berkata: “Sesungguhnya saya adalah orang miskin yang mempunyai banyak tanggungan keluarga yang membutuhkan makanan.” Maka saya melepaskan orang itu. Pagi harinya Rasulullah saw. bertanya: “Wahai Abu Hurairah, apa yang diperbuat tawananmu tadi malam?” Saya menjawab: “Wahai Rasulallah, ia mengeluh sangat membutuhkan makanan sedangkan ia mempunyai banyak keluarga, maka saya merasa kasihan kepdanya lantas saya lepaskan.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya ia dusta kepadamu dan ia akan datang lagi.” Saya percaya ia akan datang lagi karena Rasulullah saw. telah mengatakan hal itu, maka saya jaga benar-benar. Kemudian orang itu datang lagi dan mengambil segenggam makanan, maka saya berkata: “Sungguh kamu akan saya laporkan kepada Rasulullah saw.” Ia berkata: “Maafkan saya, karena sesungguhnya saya adalah orang miskin dan mempunyai tanggungan banyak keluarga, saya tidak akan mengulangi lagi.” Saya merasa kasihan kepadanya maka saya lepaskan.

Pagi harinya Rasulullah saw. bertanya: “Wahai Abu Hurairah, apa yang diperbuat tawananmu tadi malam?” Saya menjawab: “Wahai Rasulallah, ia mengeluh sangat membutuhkan makanan sedangkan ia mempunyai banyak keluarga, maka saya merasa kasihan kepdanya lantas saya lepaskan.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya ia dusta kepadamu dan ia akan datang lagi.”

Kemudian saya jaga benar-benar untuk yang ketiga kalinya. Tiba-tiba ia datang lagi dengan mengambil segenggam makanan, maka orang itu saya pegang dan saya berkata: “Sungguh kamu akan saya laporkan kepada Rasulullah saw. Ini adalah perbuatanmu yang ketiga kalinya dimana kamu berjanji untuk tidak akan mengulanginya, tetapi ternyata kamu mengulanginya lagi.” Ia berkata: “Maafkan saya, sesungguhnya saya ingin memberitahukan kepadamu beberapa kalimat yang mana Allah akan memberi manfaat kepadamu dengan kalimat itu.” Saya bertanya: “Kalimat apakah itu?” Ia berkata: “ Apabila kamu hendak tidur maka bacalah ayat kursi yang berbunyi: AllaaHu laa ilaaHa illaa Huwal hayyul qayyuum sampai akhir ayat. Seandainya engkau membacanyaa niscaya Allah selalu memberi perlindungan dan setan tidak akan datang kepadamu sampai waktu pagi.” Kemudian ia saya lepaskan.

Pagi harinya Rasulullah saw. bertanya kepada saya: “Apa yang diperbuat oleh tawananmu tadi malam?” Saya menjawab: “Wahai Rasulallah, ia memberitahu kepada saya beberapa kalimat yang mana Allah akan memberi manfaat kepada saya dengan beberapa kaliamat itu, maka ia saya lepaskan.” Beliau bertanya: “Kalimat-kalimat apakah itu?” Saya berkata: “Apabila kamu hendak tidur maka bacalah ayat kursi dari awal sampai selesai, yaitu ayat: AllaaHu laa ilaaHa illaa Huwal hayyul qayyuum, niscaya Allah selalu memberi perlindungan dan setan tidak akan datang kepadamu sampai waktu pagi.” Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya ia berkata benar kepadamu walaupun ia adalah pendusta. Tahukah kamu siapakah yang datang kepadamu selama tiga malam itu wahai Abu Hurairah?” Saya menjawab: “Tidak.” Beliau bersabda: “Itu adalah setan.” (HR Bukhari)

Dari Abu Darda’ bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang hafal sepuluh ayat permulaan surah al-Kahfi. Niscaya ia terjaga dari Dajjal.” Dan di dalam riwayat lain dikatakan: “Dari akhir surah al-Kahfi.” (HR Muslim)

Dari Ibnu ‘Abbas ra. ia berkata: Ketika Jibril as. duduk di hadapan Nabi saw., ia mendengar suara dari atasnya. Kemudian ia mengangkat kepala dan berkata: “Pintu langit pada hari ini dibuka dimana sebelumnya tidak pernah dibuka.” Lalu turunlah malaikat. Jibril berkata: “Ini adalah malaikat yang turun ke bumi. Ia tidak turun sama sekali kecuali hari ini.” Malaikat itu mengucapkan salam dan berkata: “Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu, yang tidak diberikan kepada seorang Nabi sebelumnya, yaitu Fatihatul kitab dan ayat-ayat akhir surah al-Baqarah. Engkau tidak membaca satu huruf pun dari padanya kecuali engkau diberinya [diberi apa yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut].” (HR Muslim)

Keutamaan Pergi Ke Masjid

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Nabi saw. bersabada: “Barangsiapa dalam waktu pagi atau sore menuju ke masjid, maka Allah menyediakan untuknya hidangan di surga setiap datang waktu pagi dan sore.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa membersihkan diri di rumahnya, kemudian berjalan ke sebuah rumah di antara rumah-rumah Allah [masjid] untuk menunaikan satu fardlu, maka langkahnya yang sebelah menurunkan dosa dan yang lainnya mengangkat derajat.” (HR Muslim)

Dari Ubay bin Ka’ab ra. ia berkata: Ada seorang laki-laki dari shahabat Anshar yang saya ketahui tidak ada seorangpun yang rumahnya lebih jauh dari masjid daripada rumahnya. Tetapi ia tidak pernah terlambat shalat. Pernah dikatakan kepadanya: “Kalau saja kamu membeli seekor keledai yang dapat kamu kendarai dalam kegelapan dan pada hari yang sangat panas.” Dia menjawab: “Tidaklah menggembirakan seandainya rumahku berada di samping masjid. Sungguh aku menginginkan dituliskan jalanku menuju ke masjid dan kepulanganku kembali kepada keluargaku.” Rasulullah saw. bersabda: “Allah telah mengumpulkan untukmu semua itu [pahala berjalan berangkat dan kembali].” (HR Muslim)

Dari Jabir ra. ia berkata: Beberapa tempat di sekitar masjid masih kosong, maka bani Salamah bermaksud untuk pindah di dekat masjid. Berita itu terdengar oleh Nabi saw. kemudian beliau bersabda kepada mereka: “Aku mendengar bahwasannya kamu sekalian bermaksud pindah di dekat masjid?” mereka menjawab: “Benar wahai Rasulallah, kami bermaksud demikian.” Beliau bersabda: “Wahai Bani Salamah tetaplah kamu pada rumahmu, karena bekas-bekas langkahmu itu tercatat sebagai amal kebaikan.” Mereka berkata: “Kami tidak jadi untuk pindah rumah.” (HR Muslim)

Dari Abu Musa ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh, orang yang paling besar pahalanya dalam shalat adalah yanng paling jauh perjalanannya menuju ke tempat shalat. Dan orang yang menunggu shalat sampai ia selesai shalat bersama imam, adalah lebih besar pahalanya dibanding orang yang shalat sendirian kemudian segera pulang tidur.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Buraidah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang pergi ke masjid dalam kegelapan malam, mereka telah disediakan cahaya yang sempurna nanti pada hari kiamat.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Maukah aku tunjukkan kepada kalian apa yang menyebabkan Allah menghapus dosa dan meninggikan derajat?” Para shahabat menjawab: “Tentu ya Rasulallah.” Rasulullah saw. bersabda: “Yaitu menyempurnakan wudlu pada waktu yang tidak disukai dan memperbanyak langkah ke masjid, serta menunggu shalat sesudah shalat [sebelumnya]. Maka inilah yang dinamakan kewaspadaan dalam memelihara perintah Allah. Hal inilah yang disebut arribaath [ikatan].” (HR Muslim)

Keutamaan Adzan

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Seandainya orang-orang mengetahui pahala menyambut adzan dan shaf awal [barisan pertama dekat imam], kemudian untuk mendapatkannya harus melalui undian, tentu mereka mau mengadakan undian itu. Andaikata mereka mengetahui pahala berlomba berangkat shalat, niscaya mereka akan berlomba-lomba mendatanginya. Dan seandainya mereka mengetahui keutamaan shalat isya’ dan shubuh, tentu mereka akan segera mendatangi keduanya [berjamaah], walaupun dengan merangkak.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Mu’awiyah ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Para muadzdzin adalah manusia yang paling panjang lehernya kelak di hari kiamat [orang yang paling banyak melihat rahmat Allah].”

Dari Abdurrahman bin Abu Sha’sha’ah bahwasannya Abu Sa’id al-Khudriy ra. berkata kepada saya: “Sungguh saya melihat kamu menyukai kambing dan padang pasir. Karena itu, apabila kamu berada di antara kambingmu atau perkampungan gurun, lalu kamu melakukan adzan untuk shalat, maka perkeraslah suaramu dalam melantunkan adzan itu. Sebab siapapun yang mendengar sepanjang suara muadzdzin dapat didengar dengan baik oleh jin maupun manusia atau apapun, pasti menjadi saksi bagi muadzdzin nanti pada hari kiamat.” (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila dikumandangkan adzan untuk shalat, maka larilah setan hingga terkentut-kentut, sampai ia tidak mendengar adzan. Setelah adzan selesai, setan kembali menghadap lagi, sampai ketika iqamat untuk shalat dikumandangkan, setan lari lagi. Sesudah iqamat selesai setan kembali datang, hingga ia dapat melintas di antara seseorang dengan nafsunya. Ia membisikkan: ingatlah ini dan ingatlah itu, mengingatkan apa saja yang tadinya ia tidak ingat, hingga menjadi tidak tahu berapa rakaat ia shalat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwasannya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh muadzdzin. Kemudin bacalah shalawat untukku, karena barangsiapa bershalawat kepadaku sekali, maka Allah memberi rahmat kepadanya sepuluh kali. Selanjutlah mintalah wasilah kepada Allah untukku, sebab wasilah itu merupakan satu tempat di surga yang hanya layak untuk seorang hamba di antara para hamba Allah. Dan aku berharap akulah hamba itu. Maka barangsiapa memintakan wasilah untukku, pasti mendapat syafaatku.” (HR Muslim)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan oleh muadzdzin.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Jabir ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa ketika mendengar adzan mengucapkan: AllaaHumma rabba HaadziHit taammati washshalaatil qaa-imati aati muhammadanil wasiilata wal fadliilata, wab-‘atsHu maqaamam mahmuudanil ladzii wa-‘adtaHu (Ya Allah, penguasa panggilan yang sempurna ini dan shalat yang akan ditegakkan, berilah kepada Muhammad wasilah dan keutamaan dan dudukkanlah ia pada tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan) maka tetaplah baginya syafaatku kelak di hari kiamat.” (HR Bukhari)

Dari Sa’id bin Abu Waqqash ra. dari Nabi saw. bahwasannya beliau bersabda: “Barangsiapa ketika adzan lalu mengucapkan: asyHadu allaa ilaaHa illallaaHu wahdaHu laa syariikalaHu wa anna muhammadan ‘abduHuu wa rasuuluHuu radliitu billaaHi rabban wa muhammadin rasuulan wabil islaami diinan (aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Aku rela ber-Tuhankan Allah dan bernabikan Muhammad dan beragamakan Islam) maka diampunilah dosanya.” (HR Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Doa [yang diucapkan] antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)

Keutamaan Menanti Shalat

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Salah seorang di antara kalian terus menerus berada dalam shalat, selagi shalat itu menahannya. Tidak ada yang mencegahnya untuk balik kepada keluarganya kecuali shalat [menunggu shalat, pahalanya seperti mengerjakan shalat].” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Malaikat memintakan ampun dan rahmat untuk seseorang di antara kalian, selagi dia [orang tersebut] berada di tempat shalatnya yang baru diselesaikan, apabila tidak berhadats malaikat mengucapkan doa: “AllaaHummagfir laHuu, AllaaHummagfir laHuu (Ya Allah ampunilah dia, ya Allah ampunilah dia).” (HR Bukhari)

Dari Anas ra. bahwasannya pada suatu malam Rasulullah saw. mengakhiri shalat Isya’ sampai tengah malam, kemudian beliau menatap kami setelah selesai shalat kemudian bersabda: “Orang-orang telah shalat dan telah tidur, sedangkan kamu sekalian tetap dianggap mengerjakan shalat.” (HR Bukhari)

Keutamaan Wudlu

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – Hadits

Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (air kecil atau besar) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (al-Maa-idah: 6)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh, umatku akan dipanggil nanti pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya di sekitar wajah, tangan dan kaki, karena bekas wudlu. Karena itu barangsiapa di antara kalian sanggup melebihkan basuhan wudlunya [melebihi yang telah difardlukan pada wajah, tangan dan kaki] maka hendaklah ia berbuat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Saya mendengar kekasihku Rasulullah saw. bersabda: “Perhiasan orang mukmin [di surga] itu sesuai dengan sampainya wudlu.” (HR Muslim)

Dari Utsman bin Affan ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa berwudlu dan menyempurnakannya, maka keluarlah semua dosa dari jasadnya, hingga dari bawah kuku-kukunya.” (HR Muslim)

Dari Utsman bin Affan ra. ia berkata: Saya melihat Rasulullah saw. berwudlu seperti wudlu saya ini, kemudian beliau bersabda: “Barangsiapa berwudlu demikian, niscaya diampuni dosanya yang telah dilakukan sebelumnya. Dan shalatnya serta berjalannya menuju masjid mendapat tambahan pahala.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra., bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Apabila seorang hamba muslim dan mukmin berwudlu, ketika ia membasuh muka, maka keluarlah dari mukanya semua dosa yang telah dilihat dengan kedua matanya bersama tetesan air yang terakhir; ketika ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah dari kedua tangannya setiap dosa yang disebabkan pukulan tangannya bersama tetesan air yang terakhir, apabila ia membasuh kedua kakinya maka keluarlah setiap dosa karena perjalanan kakinya bersama tetesan air yang terakhir, sehingga ia keluar dalam keadaan bersih dari semua dosa.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. datang ke kubur dan mengucapkan: “assalaamu ‘alaikum daara qaumin mu’miniin, wa innaa in syaa-allaaHu bikum laahiquun, aku merasa senang sekali bila dapat melihat saudara-saudaraku.” Para shahabat bertanya: “Bukankah kami ini saudaramu wahai Rasulallah?” Beliau menjawab: “Kamu sekalian adalah shahabatku. Adapun saudara-saudara kita adalah orang-orang yang belum datang.” Para shahabat bertanya: “Bagaimana engkau mengetahui umat yang belum datang dari umatmu wahai Rasulallah?” Beliau manjawab: “Bagaimana pendapatmu seandainya ada seseorang yang mempunyai seekor kuda putih cemerlang berada di tengah-tengah kuda hitam pekat; apakah ia tidak mengetahui kudanya yang putih cemerlang itu?” Para shahabat berkata: “Pasti mengetahui ya Rasulallah.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya saudara-saudara kita itu akan datang dalam keadaan putih cemerlang karena wudlu dan aku akan membimbing mereka ke telaga.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Maukah kalian aku tunjukkan kepada apa yang menyebabkan Allah menghapus dosa dan meluhurkan derajat?” Para shahabat menjawab: “Tentu ya Rasulallah.” Rasulullah bersabda: “Menyempurnakan wudlu pada hal-hal yang tidak disukai [misalnya pada waktu udara dingin], dan memperbanyak langkah menuju ke masjid serta menunggu shalat sesudah shalat [sebelumnya]. Maka inilah yang disebut arribath [ikatan jiwa atas perbuatan taat ini], atau penjagaan garis depan melawan musuh.” (HR Muslim)

Dari Abu Malik al-Asy’ariy ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Membersihkan diri adalah sebagian dari iman.” (HR Muslim)

Dari Umar bin Khaththab ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tidak seorangpun di antara kalian yang berwudlu dengan menyempurnakan wudlu kalian, kemudian mengucapkan: asyHadu allaa ilaaHa illallaaHu wahdaHu laa syariikalaHu wa asyHadu anna Muhammadan ‘abduHuu warasuuluHu (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya) kecuali ia dibukakan pintu-pintu surga yang ada delapan, yang bisa dimasuki dari manapun ia suka.” (HR Muslim)
Dan dalam riwayat Turmudzi terdapat tambahan: “AllaaHummaj’alnii minat tawwaabiina waj’alnii minal mutathaHHiriin (Ya Allah, jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang bertobat dan jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang suci).”

Keutamaan Shalat

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – Hadits

Allah berfirman: “Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah dari [perbuatan-berbuatan] keji dan munkar.” (al-Ankabut: 45)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Bagaimana pendapat kalian, seandainya ada sebentang sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian, ia mandi dari sungai itu setiap hari lima kali, apakah masih tersisa kotoran?” Para shahabat menjawab: “Tidak.” Rasulullah saw. bersabda: “Maka demikianlah perumpamaan shalat lima waktu. Dengannya Allah menghapus semua kesalahan [dosa kecil yang berhubungan dengan Allah Ta’ala).” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Jabir ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan shalat lima waktu itu seperti sungai yang penuh air mengalir pada pintu salah seorang di antara kamu sekalian, dimana ia mandi dari sungai itu lima kali sehari.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Mas’ud bahwasannya ada seorang laki-laki mencium seorang perempuan, kemudian ia datang kepada Rasulullah saw. dan menceritakan apa yang diperbuatnya, lantas Allah Ta’ala menurunkan ayat: aqimish shalaata tharafayin naHaari wa zulafam minal laili innal hasanaati yudzHibnas sayyi-aat (“Dirikanlah shalat pada waktu pagi, petang, siang, sore -shubuh, Asyar atau DzuHur- dan pada waktu malam –magrib dan isya’-. Sungguh kebaikan-kebaikan itu memusnahkan keburukan). Orang laki-laki itu bertanya: “Apakah ini khusus untuk saya?” Beliau menjawab: “Untuk semua umatku tanpa kecuali.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Shalat lima waktu dan satu Jum’at ke Jum’at berikutnya adalah kafarat [penghapus dosa] yang terdapat di waktu itu, selama dosa besar tidak dikerjakan.” (HR Muslim)

Dari Utsman bin ‘Affan ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Seorang muslim yang akan melakukan shalat fardlu, lalu ia menyempurnakan wudlunya, khusyuknya dan rukuknya, maka dapat dipastikan shalatnya merupakan kafarat dari dosa-dosa sebelumnya, selagi dosa besar tidak dikerjakan. Dan itu berlaku sepanjang tahun.” (HR Bukhari dan Muslim)

Keutamaan Shalat Berjamaah

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits

Dari Ibnu Umar ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian, dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Shalat seseorang dengan berjamaah itu dilipatkan dua puluh lima lipat atas shalat sendiri yang dikerjakan di rumah atau di pasar. Hal itu apabila ia berwudlu dengan sempurna kemudian keluar menuju ke masjid dengan niat hanya untuk shalat, maka setiap kali ia melangkah derajatnya dinaikkan dan dan kesalahan [dosa]nya diturunkan. Lalu ketika ia melakukan shalat, malaikat senantiasa memohonkan ampunan dan rahmat untuknya, selama ia masih tetap berada di tempat shalatnya dan tidak berhadats. Malaikat berdoa: “Ya Allah, ampunilah dia. ya Allah rahmatilah dia.” dan tetap dianggap dalam shalat [mendapat pahala seperti itu], selama ia menanti shalat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Ada seorang buta dating kepada Nabi saw. dan ia berkata: “Wahai Rasulallah, tidak ada seorangpun yang menuntun saya untuk datang ke masjid.” Kemudian ia minta keringanan kepada beliau agar diperkenankan shalat di rumahnya. Maka beliaupun mengizinkannya, tetapi ketika ia bangkit hendak pulang, beliau bertanya kepadanya: “Apakah kamu mendengar adzan?” Ia menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Kamu harus datang ke masjid.” (HR Muslim)

Dari Abdullah, ada yang memanggilnya dengan Amar bin Qais yang terkenal dengan Ibnu Ummi Maktum ra. [muadzdzin] bahwasannya ia berkata: “Wahai Rasulallah, sesungguhnya di kota Madinah ini banyak hal-hal yang membahayakan dan binatang buas.” Rasulullah saw. bersabda: “Apabila kamu mendengar: hayya ‘alash shalaaH hayya ‘alal falaah, maka kamu harus mendatanginya.” (HR Abu Dawud)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Demi Dzat yang menguasaiku. Sungguh aku benar-benar pernah bermaksud menyuruh mengumpulkan kayu bakar. Kemudian aku memerintahkan shalat dengan mengumandangkan adzan lebih dulu. Lalu aku menyuruh seseorang mengimami orang banyak. Kemudian aku pergi ke rumah orang-orang yang tidak memenuhi panggilan shalat, lalu aku bakar rumah-rumah mereka dengan mereka sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Barangsiapa merasa senang apabila bertemu dengan Allah Ta’ala besok [pada hari kiamat] dalam keadaan muslim maka hendaklah ia memelihara shalat pada waktunya, ketika mendengar suara adzan. Sesungguhnya Allah telah mensyariatkan kepada Nabi Muhammad saw. jalan-jalan petunjuk, sedangkan shalat itu termasuk jalan-jalan petunjuk. Seandainya kalian melakukan shalat itu di rumah sebagai kebiasaan orang yang tidak suka berjamaah, niscaya kalian telah meninggalkan sunah Nabi, pasti kalian sesat. Aku benar-benar melihat di antara kita tidak ada yang meninggalkan shalat berjamaah, kecuali orang-orang munafik yang benar-benar munafik. Sungguh pernah terjadi seorang lelaki diantar ke masjid, ia terhuyung-huyung di antara dua orang, sampai ia berdiri dalam shaf [barisan shalat].” (HR Muslim)
Dan di dalam riwayat lain dikatakan: “Rasulullah saw. telah mengajarkan jalan-jalan petunjuk yakni shalat di masjid yang terdengar adzannya.”

Dari Abu Darda’ ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Apabila di suatu desa atau kampung terdapat tiga orang, dan disitu tidak diadakan shalat jamaah niscaya mereka telah dikuasai oleh setan. Oleh karena itu hendaklah kamu sekalian selalu mengerjakan shalat dengan berjamaah sebab srigala itu hanya menerkam kambing yang jauh terpencil dari kawan-kawannya.” (HR Abu Dawud)

Dari Utsman bin ‘Affan ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang shalat Isya’ dengan berjamaah, seolah-olah ia mengerjakan shalat setengah malam. Dan barangsiapa yang shalat Shubuh dengan berjamaah seolah-olah ia mengerjakan shalat semalam suntuk.” (HR Muslim)
Di dalam riwayat Turmudzi ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Isya’ dengan berjamaah, maka ia dianggap mengerjakan shalat setengah malam, dan barangsiapa mengerjakan shalat Isya’ dan Shubuh dengan berjamaah, maka ia dianggap mengerjakan shalat semalam suntuk.” (HR Turmudzi)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Seandainya manusia mengetahui keutamaan shalat Isya’ dan shubuh tentu mereka mendatangi keduanya [berjamaah] walaupun dengan merangkak.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang munafik melebihi shalat shubuh dan isya’. Seandainya mereka mengetahui keutamaan kedua shalat itu, niscaya mereka mendatangi keduanya [berjamaah] walaupun dengan merangkak.” (HR Bukhari dan Muslim)

Keutamaan Shaf Pertama

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits

Dari Jabir bin Samurah ra. ia berkata: Rasulullah saw. keluar kepada kami dan bersabda: “Tidakkah kalian ingin bershaf [berbaris] sebagaimana shaf malaikat di hadapan Rabb-nya?” Kami [para shahabat] bertanya: “Wahai Rasulallah, bagaimana malaikat berbaris di hadapan Rabb-nya?” Rasulullah saw. bersabda: “Mereka menyempurnakan shaf-shaf pertama dan berapat-rapat di dalam shaf.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Seandainya orang-orang mengetahui besarnya pahala mendatangi adzan dan shaf pertama, kemudian untuk mendapatkannya harus diundi niscaya mereka mau mengadakan undian.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Shaf kaum lelaki yang paling baik adalah shaf yang pertama dan yang paling jelek adalah yang terakhir. Sedangkan shaf kaum wanita yang paling baik adalah shaf yang terakhir dan yang paling jelek adalah shaf pertama.” (HR Muslim)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. bahwasannya Rasulullah saw. melihat para shahabat mundur ke belakang, maka beliau bersabda: “Majulah kalian. Makmumlah kalian kepadaku dan hendaklah makmum kepada kalian orang-orang yang datang sesudah kalian. Tak henti-hentinya suatu kaum datang terlambat, sampai Allah mengakhiri mereka.” (HR Muslim)

Dari Abu Mas’ud ra. ia berkata: Rasulullah saw. mengusap-usap bahu kami ketika kami sedang shalat serta beliau bersabda: “Ratakan barisan kalian dan jangan berselisih yang menyebabkan hati kalian berbeda. Harap dekat denganku , di antara kalian yang sudah baligh dan berakal, kemudian orang-orang yang di bawahnya [seperti anak-anak yang sudah tamyiz/pintar], kemudian yang di bawahnya.” (HR Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “ Sawwuu shufuufakum fa inna taswiyatash shaffi min tamaamish shalaaH [Ratakanlah shaf-shaf kalian. Sebab, meratakan shaf itu termasuk kesempurnaan shalat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dan dalam riwayat Bukhari dikatakan: “fa inna taswiyatash shufuufi min iqaamatish shalaaH [Sesungguhnya meratakan shaf itu termasuk menegakkan shalat.]”

Dari Anas ra. ia berkata: Ketika iqamat untuk shalat dikumandangkan, Rasulullah saw. menoleh kepada kami dan bersabda: “Ratakanlah shaf-shaf kalian dan merapatlah. Karena, aku dapat melihat kalian dari balik punggungku.” (HR Bukhari)
Dan di dalam riwayat lain dikatakan: “Kemudian masing-masing dari kami meluruskan bahunya dengan bahu kawannya dan telapak kakinya dengan telapak kaki kawannya.” (HR Bukhari)

Dari An-Nu’man bin Basyir ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Hendaklah benar-benar diratakan shaf-shaf kalian, atau Allah betul-betul mengganti wajah-wajah kalian.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim, bahwasannya Rasulullah saw. meluruskan shaf kami sehingga seakan-akan beliau meluruskan anak panah, sampai beliau berpendapat bahwa kami sudah sadar. Pada suatu hari beliau keluar dan langsung berdiri, ketika beliau hendak takbir ada seseorang yang dadanya menonjol tidak lurus dalam barisan itu, kemudian beliau bersabda: “Wahai hamba Allah, kamu sekalian harus meluruskan barisanmu atau Allah akan menyelisihkan di antara kamu sekalian.”

Dari al-Barra’ bin Azib ra. ia berkata: Rasulullah saw. memasuki sela-sela shaf sambil mengusap dada dan bahu kami, serta bersabda: “Janganlah kalian berbengkok-bengkok, karena hatimu nanti akan berselisih.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mengaruniakan rahmat, dan malaikat memohonkan rahmat untuk orang-orang yang berada pada shaf pertama.” (HR Abu Dawud)

Dari Ibnu Umar ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Luruskanlah shaf-shaf kalian, ratakanlah bahu-bahu kalian, tutuplah lubang-lubang shaf kalian dan janganlah kamu biarkan renggang shafmu karena akan ditempati setan. Barangsiapa yang mempertemukan shaf maka Allah akan mempertemukannya, dan barangsiapa yang memutuskan shaf maka Allah akan memutuskannya.” (HR Abu Dawud)

Dari Anas ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Rapatkanlah shaf-shaf kalian dan berdekat-dekatlah kalian serta luruskanlah leher kalian. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh aku melihat setan-setan itu masuk di sela-sela barisan seperti kambing yang hitam lagi kecil.” (HR Abu Dawud)

Dari Anas ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Sempurnakanlah shaf terdepan kemudian shaf yang berada di belakangnya. Apabila ada yang tidak penuh maka hendaklah pada shaf yang paling belakang.” (HR Abu Dawud)

Dari al-Barra’ ra ia berkata: Apabila kami shalat di belakang Rasulullah saw. maka kami suka pada sebelah kanannya, karena beliau menatap kami dengan wajahnya, sehingga saya mendengar beliau berdoa: “Rabbi qinii ‘adzaabaka yauma tab’atsu au tajma-‘u ‘ibaadaka (“Ya Rabb, hindarkanlah aku dari siksa-Mu pada hari Engkau bangkitkan atau Engkau kumpulkan hamba-hamba[Mu].” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tempatkanlah imam itu tepat di tengah-tengah dan tutuplah sela-sela shafmu.” (HR Abu Dawud)

Perintah Menjaga Shalat Fardlu

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – Hadits

Allah berfirman: “Peliharalah semua shalat[mu], dan [peliharalah] shalat wusthaa.” (al-Baqarah: 138)

Allah berfirman: “Jika mereka bertobat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan.” (at-Taubah: 5)

Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah saw.: “Amal perbuatan apakah yang paling utama?” Beliau menjawab: “Shalat tepat pada waktunya.” Saya bertanya: “Kemudian apa?” Beliau menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua.” Saya bertanya lagi: “Kemudian apa?” Beliau menjawab: “Jihad [berjuang] di jalan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Islam itu didirikan atas lima sendi. Yaitu menyaksikan bahwa tidak ada tuhan selain Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke baitullah, dan berpuasa pada bulan Ramadlan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia , sampai mereka bersaksi bahwa tida ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mereka mendirikan shalat dan memberikan zakat. Apabila mereka telah berbuat demikian, maka terpeliharalah darah mereka, kecuali dengan hak Islam, sedangkan perhitungan amal mereka adalah pada Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Mu’adz ra. ia berkata: Rasulullah saw. mengutus saya ke Yaman dan bersabda: “Sungguh engkau akan mendatangi suatu kaum dari ahli kitab. Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Kalau mereka telah menaati, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah Ta’ala mewajibkan kepada mereka sedekah [zakat] yang dipungut dari orang-orang kaya kemudian diberikan kepada orang-orang miskin. Apabila mereka telah menaati, maka peliharalah kehormatan dan harta mereka. Takutlah kamu terhadap doa orang yang teraniaya, karena tidak ada tirai [penghalang] antara doa itu dengan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Jubair ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya batas antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR Muslim)

Dari Buraidah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Ikatan janji di antara kami [umat Islam] dengan mereka [orang-orang kafir] adalah shalat. Maka barangsiapa yang meninggalkan shalat berarti ia telah kafir.” (HR Turmudzi)

Dari Syaqiq bin Abdullah seorang ulama tabi’in yang telah disepakati memiliki kelebihan rahimahullah berkata: “Para shahabat Nabi Muhammad saw. tidak ada yang berpendapat tentang suatu perbuatan yang apabila ditinggalkan menjadi kafir kecuali shalat.” (HR Turmudzi)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya amal perbuatan yang pertama kali dihisab pada seseorang nanti di hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya bagus, maka berbahagia dan beruntunglah dia, tetapi apabila shalatnya rusak maka menyesal dan merugilah ia. Apabila di dalam shalat fardlunya terdapat suatu kekurangan, maka Rabb Yang Maha Mulia lagi Maha Agung berfirman: ‘Lihatlah, apakah hamba-Ku ini mengerjakan shalat sunnah sehingga kekurangan shalat fardlunya dapat disempurnakan dengannya.’ Kemudian setelah shalat itu dihisab barulah amal-amal perbuatan yang lainnya dihisab.” (HR Turmudzi)

Keutamaan Shalat Shubuh dan Asyar

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits

Dari Abu Musa ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa mengerjakan dua shalat dingin [shalaat shubuh dan shalat asyar] niscaya ia masuk surga.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Zuhari [Umarah] bin Ruwaibah ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan masuk neraka seseorang yang melakukan shalat sebelum terbit matahari [subuh] dan sebelum tenggelam matahari [Asyar].” (HR Muslim)

Dari Jundub bin Sufyan ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat shubuh, maka ia berada dalam tanggungan Allah, maka waspadalah hai anak Adam. Allah tidak sekali-sekali menuntut sesuatupun dari tanggungan-Nya.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Berganti-ganti datang kepada kalian malaikat penjaga malam dan malaikat penjaga siang. Mereka berkumpul pada waktu Shubuh dan Asyar. Kemudian naiklah para malaikat yang menghabiskan malam bersama kalian. Lalu Allah bertanya kepada mereka yang lebih mengetahui: “Bagaimana kalian tinggalkan para hamba-Ku itu?” Para malaikat menjawab: “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sedang shalat dan kami datang kepada mereka dalam keadaan sedang shalat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Jabir bin Abdullah al-Bajaliy ra. ia berkata: Kami bersama Nabi saw., beliau melihat kepada bulan yang sedang purnama lalu bersabda: “Sungguh kalian bakal dapat melihat Rabb kalian, sebagaimana kalian melihat rembulan ini, kalian tidak silau untuk melihatnya. Karena itu, jika kalian sanggup tidak dikalahkan shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, maka kerjakanlah shalat itu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dan dalam riwayat yang lain dikatakan: “Beliau melihat bulan pada tanggal empat belas.”

Dari Buraidah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa meninggalkan shalat asyar maka sia-sialah amal kebaikannya.” (HR Bukhari)

Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits

Dari Ummul Mukminin Ummu Habibah [Romlah] bin Abu Sufyan ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang mengerjakan shalat karena Allah, setiap hari dua belas rakaat, melainkan Allah menyediakan baginya sebuah rumah di dalam surga, atau melainkan baginya sebuah rumah di surga.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Saya bersama-sama dengan Rasulullah saw. mengerjakan shalat dua rakaat sebelum shalat Dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah shalat Jum’at, dua rakaat sesudah shalat Magrib, dan dua rakaat sesudah shalat Isya’.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah bin Mughaffal ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Di antara setiap adzan dan iqamah ada shalat sunnah, di antara setiap adzan dan iqamah ada shalat, di antara setiap adzan dan iqamah ada shalat.” Setelah beliau mengucapkan yang ketiga kalianya, beliau bersabda: “Bagi orang yang suka mengerjakannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Aisyah ra. bahwasannya Nabi saw. tidak pernah meninggalkan shalat sunnah empat rakaat sebelum shalat shubuh.” (HR Bukhari)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: Nabi saw. selalu menepati di dalam mengerjakan shalat sunnah melebihi dua rakaat fajar [sebelum shalat shubuh].” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Aisyah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Dua rakaat fajar [sebelum shalat shubuh] adalah lebih baik daripada dunia seisinya.” (HR Muslim)
Dalam riwayat yang lain dikatakan: “Dua rakaat fajar itu lebih aku sukai daripada dunia sesinya.”

Dari Abdullah [Bilal] bin Rabah ra. muadzdzin Rasulullah saw. ia datang kepada Rasulullah saw. untuk adzan shubuh. Kemudian Bilal ditanya tentang sesuatu oleh ‘Aisyah sampai lambat adzannya. Bilal lantas adzan dan dilanjutkan dengan iqamat. Namun Rasulullah saw. belum juga keluar. Sesudah Nabi saw. keluar dan segera shalat bersama orang-orang, Bilal memberitahu kepadanya kalau ia ditanya macam-macam oleh ‘Aisyah hingga pagi benar. Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya aku mengerjakan dua rakaat shalat fajar lebih dulu.” Ada seorang shahabat berkata: “Wahai Rasulallah, sesungguhnya engkau sudah berada pada waktu pagi-pagi benar.” Beliau bersabda: “Walaupun waktu lebih pagi lagi, niscaya aku akan tetap mengerjakan dua rakaat fajar dengan sesempurna-sempurnanya dan sebaik-baiknya.” (HR Abu Dawud)

Dari ‘Aisyah ra. bahwasannya Nabi saw. shalat sunnah dua rakaat yang ringan antara adzan dan iqamat shalat shubuh.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dan di dalam riwayat yang lain dikatakan: “Beliau shalat dua rakaat fajar sangat ringan [cepat], sehingga saya bertanya pada diri sendiri: “Apakah beliau membaca al-Fatihah pada kedua rakaat itu?”
Dan di dalam riwayat Muslim dikatakan bahwa beliau mengerjakan dua rakaat dengan ringan apabila mendengar adzan.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Apabila fajar telah menyingsing.”

Dari Hafshah ra. bahwasannya Rasulullah saw. apabila telah mendengar muadzdzin mengumandangkan adzan shubuh maka beliau mengerjakan shalat dua rakaat yang ringan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Apabila fajar telah menyingsing, Rasulullah saw. hanya mengerjakan shalat dua rakaat yang ringan.”

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. biasa shalat malam dua rakaat dua rakaat salam. Dan pada akhir malam beliau shalat witir satu rakaat, serta shalat dua rakaat sebelum Shubuh apabila beliau telah mendengar adzan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu ‘Abbas ra. bahwasannya Rasulullah saw. pada rakaat pertama dari shalat fajar membaca: Quuluu amannaa billaaHi wa maa unzila ilainaa; yang terdapat pada surah al-Baqarah. Dan pada rakaat kedua beliau membaca: aamannaa billaaHi wasyHad bi annaa muslimuun.”
Dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa pada rakaat kedua beliau membaca ayat: ta-‘aalau ilaa kalimating sawaa-in bainanaa wa bainakum; yang terdapat pada surah Ali ‘Imraan. (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. pada dua rakaat fajar membaca: “Qul yaa ayyuHal kaafiruun; dan Qul HuwallaaHu ahad.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Selama sebulan saya melihat Nabi saw. pada dua rakaat fajar selalu membaca: Qul yaa ayyuHal kaafiruun; dan Qul HuwallaaHu ahad.” (HR Turmudzi)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: “Apabila Nabi selesai shalat dua rakaat fajar, maka beliau berbaring pada pinggang sebelah kanan.” (HR Bukhari)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: “Nabi saw. apabila shalat sebelas rakaat di antara isya’ dan shubuh, dimana setiap dua rakaat beliau salam serta witir satu rakaat. Apabila muadzdzin yang mengumandangkan adzan shubuh telah selesai dan fajar telah menyingsing serta si muadzdzin telah datang kepada Nabi, maka beliau mengerjakan shalat dua rakaat yang ringan, kemudian berbaring pada pinggang sebelah kanan sampai si muadzdzin mengumandangkan iqamat.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang di antara kamu telah shalat dua rakaat fajar maka hendaklah ia berbaring pada pinggang sebelah kanan.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)
Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Saya shalat dua rakaat sebelum shalat dzuhur dan dua rakaat sesudahnya bersama-sama dengan Rasulullah saw.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Aisyah ra. bahwasannya Rasulullah saw. tidak pernah meninggalkan shalat sunnah empat rakaat sebelum shalat Dzuhur.” (HR Bukhari)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: Nabi saw. biasa shalat empat rakaat sebelum dzuhur di rumah, kemudian beliau mengimami shalat, setelah itu beliau pulang dan mengerjakan shalat sunnah dua rakaat di rumah. Beliau biasa mengimami shalat Maghrib, kemudian beliau pulang dan mengerjakan shalat sunnah dua rakaat di rumah. Beliau biasa mengimami shalat ‘Isya’, kemudian beliau pulang dan mengerjakan shalat sunnah dua rakaat di rumah.” (HR Muslim)

Dari Ummu Habibah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa selalu mengerjakan shalat sunnah empat rakaat sebelum shalat dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, niscaya Allah mengharamkan dirinya dari api neraka.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)

Dari Abdullah bin As-Saib ra. bahwasannya Rasulullah saw. selalu shalat sunnah empat rakaat setelah matahari tergelincir, sebelum beliau mengerjakan shalat Dzuhur. Beliau bersabda: “Sesungguhnya saat-saat seperti ini pintu-pintu langit sedang dibuka, oleh karena itu aku ingin agar amal kebaikanku naik ke atas pada saat-saat seperti ini.” (HR Turmudzi)

Dari ‘Aisyah ra. bahwasannya apabila Nabi saw. tidak mengerjakan shalat empat rakaat sebelum Dzuhur, maka beliau mengerjakannya sesudah shalat Dhuhur.” (HR Turmudzi)

Dari Ali bin Abu Thalib ra. ia berkata: Nabi saw. selalu shalat sunnah empat rakaat sebelum shalat asyar, dimana beliau memisahkannya dengan salam yang ditujukan kepada malaikat Muqarrabin dan kaum muslimin dan kaum mukminin yang mengikutinya.” (HR Turmudzi)

Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Semoga Allah selalu memberikan rahmat kepada seseorang yang suka mengerjakan shalat sunnah empat rakaat sebelum shalat Asyar.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)

Dari Ali bin Abi Thalib ra. bahwasannya Nabi saw. sering shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat Asyar.” (HR Abu Dawud)

Dari Abdullah bin Mughaffal ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Shalatlah kalian, sebelum mengerjakan shalat maghrib.” Kemudian pada perintah yang ketiga kalinya, beliau bersabda: “Bagi orang yang mau mengerjakannya.” (HR Bukhari)

Dari Anas ra. ia berkata: “Saya melihat tokoh-tokoh sahabat Rasulullah saw. selalu terburu-buru untuk mengerjakan shalat sunnah maghrib.” (HR Bukhari)

Dari Anas ra. ia berkata: “Pada masa Rasulullah saw. kami biasa shalat sunnah dua rakaat sesudah matahari terbenam dan sebelum mengerjakan shalat maghrib.” Kemudian ada seseorang bertanya: “Apakah Rasulullah saw. mengerjakan shalat sunnah itu?” Anas menjawab: “Beliau melihat kami mengerjakan shalat sunnah itu, beliau tidak menyuruh dan melarang kami.” (HR Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: “Ketika kami di Madinah, apabila muadzdzin telah mengumandangkan adzan Maghrib maka orang-orang selalu terburu-buru untuk mengerjakan shalat sunnah dua rakaat, sehingga kalau ada orang asing masuk ke masjid itu amka ia akan menyangka bahwa shalat maghrib telah dikerjakan karena banyaknya orang yang mengerjakan shalat sunnah itu.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian mengerjakan shalat Jum’at maka hendaklah ia mengerjakan shalat sunnah empat rakaat sesudahnya.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Umar ra. bahwasannya Nabi saw. tidak mengerjakan shalat sunnah sesudah shalat Jumat sehingga beliau pulang, kemudian beliau shalat sunnah dua rakaat di rumahnya.” (HR Muslim)

Shalat Sunnah Di Rumah

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits

Dari Zaid bin Tsabit ra. bahwasannya Nabi saw. bersabda: “Wahai sekalian manusia, shalatlah kamu sekalian di rumah, karena sesungguhnya seutama-utamanya shalat adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat fardlu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Laksanakanlah shalat sunnah di rumah kalian, dan janganlah kalian jadikan rumah kalian itu seperti kuburan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Jabir ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian telah selesai mengerjakan shalat di masjid, maka hendaklah ia mengerjakan sebagian shalat sunnah di rumahnya, karena sesungguhnya dengan shalat itu Allah menjadikan kebaikan di rumahnya.” (HR Muslim)

Dari Amr bin Atha’ bahwasannya nafi’ bin Jubair mengutus uuntuk pergi ke tempat Saib bin Yazin kemenakan Namir, untuk menanyakan tentang sesuatu yang terjadi antara Sa’ib dan Mu’awiyah dalam hal shalat, kemudian Sa’ib berkata: “Benar, saya shalat Jumat bersama Mu’awiyah di istana, setelah imam mengucapkan salam kemudian saya langsung berdiri untuk mengerjakan shalat sunnah di tempat itu. Ketika Mu’awiyah masuk ke rumahnya, ia memanggil saya dan berkata: “Janganlah kamu ulangi apa yang telah kamu kerjakan. Jika kamu selesai shalat Jum’at maka janganlah kamu berbicara atau keluar. Karena sesunggunya Rasulullah saw. menyuruh yang demikian, supaya kami tidak boleh menyambung sesuatu shalat dengan shalat yang lain sebelum berbicara atau keluar.” (HR Muslim)

Keutamaan Shalat Dluha

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Kekasihku [Muhammad saw.] mewariskan kepadaku dengan puasa tiga hari setiap bulan serta dua rakaat Dluha, dan aku mengerjakan shalat Witir sebelum aku tidur.” (HR Bukhari dan Muslim)
Shalat Witir sebelum tidur itu disunnahkan bagi orang yang tidak mempunyai keyakinan bahwa ia akan dapat bangun pada akhir malam, sedangkan bagi orang yang berkeyakinan [akan dapat bangun pada akhir malam] maka ia lebih utama mengerjakannya pada akhir malam.

Dari Abu Dzar ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Setiap pagi, masing-masing ruas anggota badan kalian wajib dikeluarkan sedekahnya. Dan setiap tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, setiap bacaan takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah dan melarang berbuat munkar adalah sedekah. Kesemuanya itu dapat diganti dengan dua rakaat Dluha.” (HR Muslim)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: “Biasanya Rasulullah saw. melakukan shalat Dluha empat rakaat dan beliau menambah sekehendak Allah.” (HR Muslim)

Dari Ummu Hanik [Fakhitah] binti Abu Thalib ra. ia berkata: “Pada waktu penaklukan kota Makkah saya datang kepada Rasulullah saw. dan saya dapatkan beliau sedang mandi. Ketika selesai mandi, beliau shalat sunnah delapan rakaat. Shalat itu adalah shalat Dluha.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Zaid bin Arqam ra. bahwasannya ia melihat orang-orang mengerjakan shalat Dluha [pada waktu belum begitu siang], maka ia berkata: “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat Dluha selain saat ini lebih utama, karena sesungguhnya mereka mengertahui bahwa shalat Dluha selain saat ini lebih utama, karena sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Shalatnya orang-orang yang kembali kepada Allah adalah pada waktu anak-anak unta bangun dari pembaringannya karena tersengat panasnya matahari.” (HR Muslim)

Anjuran untuk mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid: Dari Abu Qatadah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka janganlah duduk dulu sebelum mengerjakan shalat dua rakaat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari jabir ra. ia berkata: Saya datang kepada Nabi saw. sedangkan beliau sedang berada di masjid, kemudian bersabda: “Shalatlah dua rakaat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Shalat sunnah sebelum wudlu:
Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda kepada Bilal: “Hai Bilal. Ceritakanlah kepadaku tentang amal yang kamu harapkan akan mendapat pahala, yang telah kamu kerjakan dalam Islam. Karena sesungguhnya aku mendengar suara terompahmu di hadapanku di surga.” Bilal menjawab: “Saya tidak beramal dengan sesuatu amal pun yang lebih saya harapkan pahalanya, kecuali saya mengerjakan shalat dengan bersuci baik di waktu siang atau malam sesuai dengan apa yang telah ditentukan buatku untuk shalat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Memelihara Lidah

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – Hadits

Firman Allah: “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (al-Hujurat: 12)

Firman Allah: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan diminta pertanggungjawabannya.” (al-Israa’: 36)

Firman Allah: “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan adanya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf: 18)

Setiap orang Mukallaf harus menjaga lidahnya dari semua ucapan, kecuali yang baik. Jika sekiranya sama baiknya antara diam dan bicara, maka lebih baik diam, karena bicara yang baik bisa jadi melantur kepada bicara yang tidak baik.

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia selalu berkata baik atau hendaklah ia diam.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Musa ra. ia berkata: Saya bertanya: “Wahai Rasulallah, siapakah di antara orang-orang Muslim yang paling utama?” Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang Islam yang selamat dari gangguan lidah dan tangannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Sahl bin Sa’ad ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa berani memberi jaminan kepadaku atas selamatnya apa yang ada di antar dua tulang mulutnya dan apa yang ada di antara kedua pahanya, maka aku berani memberi jaminan surga kepadanya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Ada hamba yang mengucap satu kalimat tanpa ia pikir tentang (baik buruknya) kalimat itu yang menyebabkan ia tergelincir ke dalam neraka, yang lebih jauh daripada timur dan barat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Ada seorang hamba yang berbicara dengan satu kalimat yang membuat ridla Allah Ta’ala, yang tanpa ia sadari Allah mengangkat derajatnya karena kalimat itu. Dan tentu ada seorang hamba yang berkata dengan satu kalimat yang membuat murka Allah, yang tanpa ia sadari Allah menjebloskannya ke dalam neraka karena kalimat itu.” (HR Bukhari)

Dari Abu Abdurrahman Bilal bin al-Harits al-Muzanni ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya seseorang bisa karena mengucapkan satu kalimat yang diridlai Allah Ta’ala, yang tanpa ia sangka akan sampai sedemikian rupa, kemudian Allah mencatat dalam keridlaan-Nya karena kalimat itu, sampai hari ia bertemu dengan-Nya. Dan sesungguhnya seseorang tentu ada yang mengucapkan satu kalimat yang membuat murka Allah, yang tanpa ia sangka akan sampai sedemikian rupa, kemudian Allah mencatat dalam kemurkaan-Nya, karena kalimat itu sampai hari ia bertemu dengan-Nya. (HR Malik)

Dari Sufyan bin Abdullah ra. ia berkata: Saya berkata: “Wahai Rasulallah terangkanlah kepadaku sesuatu yang dapat saya gunakan sebagai pegangan.” Beliau bersabda: “Katakanlah: Tuhanku adalah Allah kemudian tetaplah dalam jalan yang benar.” Saya bertanya: “Wahai Rasulallah, apakah yang paling engkau khawatirkan terhadap diriku?” Beliau memegang lidahnya sambil bersabda: “ini.” (HR Turmudzi)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kalian banyak bicara selain untuk berdzikir kepada Allah Ta’ala. Maka sesungguhnya banyaknya bicara selain berdzikir kepada Allah akan membuat kerasnya hati, dan sesungguhnya manusia yang paling jauh dari Allah Ta’ala adalah orang yang berhati keras.” (HR Turmudzi)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa dijaga oleh Allah dari kejahatan apa yang ada di antara dua tulang dagunya dan kejahatan apa yang berada di antara dua pahanya, maka ia akan masuk surga.” (HR Turmudzi)

Dari Uqbah binn Amir ra. ia berkata: Saya bertanya: “Wahai Rasulallah, apakah yang dapat menyelamatkan?” Beliau menjawab: “Kekanglah lidahmu, tetaplah dalam rumahmu, dan menangislah karena dosamu.” (HR Turmudzi)

Dari Abu Sa’id al Khudriy ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Apabila datang waktu pagi maka semua anggota badan anak Adam (manusia) memperingatkan kepada lidahnya, dimana anggota-anggota badan itu berkata: Takutlah kepada Allah dalam memelihara keselamatan kami, karena nasib kami tergantung kamu, apabila kamu lurus maka kamipun lurus, dan apabila kamu menyeleweng maka kamipun menyeleweng.” (HR Turmudzi)

Dari Mu’adz ra. ia berkata: Saya berkata: “Wahai Rasulallah, beritahukanlah kepada saya tentang amal perbuatan yang dapat memasukkan ke surga dan menjauhkan dari neraka.” Beliau menjawab: “Sungguh kamu telah menanyakan sesuatu (perkara) yang benar, sedangkan itu adalah mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah untuk melakukannya. Hendaklah kamu menyembah Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, kamu mendirikan shalat, memberikan zakat, puasa pada bulan Ramadlan, dan menunaikan haji ke Baitullah.”
Kemudian beliau bersabda: “Maukah kamu aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai. Sedekah itu adalah menghapuskan kesalahan, sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di tengah malam.”
Kemudian beliau membaca ayat: “Tatajaafaa junuubuHum ‘anil ma-dlaaji-‘i… (sampai) ya’maluun. (Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian rizky yang kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang Kami berikan kepada mereka yaitu [bermacam-macam nikmat] yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.)”
Kemudian beliau bersabda: “Maukah kamu aku beritahu tentang pokok (agama), tiang-tiangnya dan puncak punggungnya?” saya menjawab: “Mau wahai Rasulallah.” Beliau bersabda: “Pokok perkara (agama) ialah Islam, tiang-tiangnya adalah shalat, dan puncak punggungnya adalah jihad.”
Kemudian beliau bersabda: “Maukah kamu aku beritahu tentang kunci semua perkara?” Lalu beliau memegang lidahnya dan bersabda: “Jagalah ini.” Lalu saya berkata: “Wahai Rasulallah, apakah kami akan dituntut (disiksa) karena apa yang saya katakan?” Maka beliau bersabda: “Celaka kamu, dan bukankah manusia dimasukkan ke dalam neraka atas mukanya, kecuali karena ulah lidahnya [ucapannya]” (HR Turmudzi, ia berkata hadits hasan shahih)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bertanya: “Tahukah kalian, apakah ghibah (menggunjing) itu?” Para shahabat berkata: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda: “Yaitu apabila kamu menceritakan keadaan saudaramu yang tidak disenanginya.” Ada seorang shahabat bertanya: “Bagaimana jika yang saya katakan itu benar?” Beliau menjawab: “Apabila kamu menceritakan apa yang sebenarnya pada shahabatmu berarti kamu telah menggunjingnya, dan apabila kamu menceritakan apa yang sebenarnya tidak terjadi pada shahabatmu, berarti kamu benar-benar mendustakannya.” (HR Muslim)

Dari Abu Bakar ra. bahwasannya Rasulullah saw. dalam khutbahnya pada haji wada’ di Mina pada Idul ‘Adha beliau bersabda: “Sesungguhnya darahmu, hartamu, dan kehormatanmu itu adalah haram diganggu sebagaimana haramnya harimu ini di bulanmu ini dan di negerimu ini. Ingatlah bukankah aku telah menyampaikannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: saya berkata kepada Nabi saw.: “Puaskah engkau terhadap keadaan Syafiyyah yang begini, dan begitu?” Sebagian perawi mengatakan: “Yaitu keadaan Syafiyyah yang pendek.” Kemudian beliau bersabda: “Kamu telah mengatakan suatu perkataan yang seandainya dicampur dengan air laut niscaya dapat mempengaruhinya.” ‘Aisyah berkata: “Saya pernah menceritakan keadaan seseorang kepada beliau, kemudian beliau bersabda: “Aku tidak suka menceritakan keadaan seseorang walaupun aku akan mendapat upah sekian dan sekian banyaknya.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Ketika aku dimi’rajkan aku melewati suatu kaum yang mempunyai kuku dari tembaga dimana mereka mencakar-cakar muka dan dada mereka, kemudian aku bertanya: “Siapakah mereka itu wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Mereka itu adalah orang-orang yang suka memakan daging sesama manusia dan mengganggu kehormatan sesama manusia (yakni suka menggunjing).” (HR Abu Dawud)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Setiap orang Islam terhadap orang Islam yang lain adalah haram darahnya, kehormatannya, dan hartanya.” (HR Muslim)

Shalat Witir

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits

Dari Ali ra. ia berkata: Shalat witir itu tidak diharuskan sebagaimana shalat fardlu, tetapi Rasulullah saw. selalu mengerjakannya serta bersabda: “Sesungguhnya Allah itu witir [ganjil/esa] dan suka pada yang ganjil, maka shalat witir-lah kalian wahai ahli Qur’an.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: “Dari semua waktu-waktu malam, Rasulullah saw. selalu mengerjakan shalat Witir. beliau pernah mengerjakan shalat Witir pada permulaan malam, pernah pada tengah malam, dan pernah pada akhir malam, serta paling akhir beliau mengerjakan shalat Witir sampai habis waktu sahur.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tutuplah shalat malam dengan shalat witir.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. bahwasannya Nabi saw. bersabda: “Shalat Witir-lah kalian sebelum shubuh.” (HR Muslim)

Dari ‘Aisyah ra. bahwasannya Nabi saw. biasa shalat sunnah pada waktu malam, sedang ‘Aisyah membujur di depannya, apabila beliau tinggal mengerjakan shalat Witir beliau membangunkan ‘Aisyah, kemudian mengerjakan shalat Witir.” (HR Muslim)
Dan di dalam riwayat yang lain dikatakan: “Apabila beliau tinggal mengerjakan shalat Witir, beliau bersabda: ‘Wahai ‘Aisyah bangun dan berwitirlah kamu.”

Dari Ibnu Umar ra. bahwasannya Nabi saw. bersabda: “Kerjakanlah shalat itu dengan Witir.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)

Dari Jabir ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang khawatir untuk tidak bangun pada akhir malam, maka shalatlah Witir pada permulaannya. Dan barangsiapa berkeyakinan akan bisa bangun pada akhir malam, maka shalatlah Witir pada akhir malam, karena sesungguhnya shalat pada akhir malam itu disaksikan oleh malaikat dan hal itu adalah lebih utama.” (HR Bukhari)

Larangan Mengganggu, Membenci, Memutuskan Tali Persaudaraan dan Dengki

Firman Allah: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang Mukmin dan Mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka itu telah memikul kebohongan dan dosa yang besar.” (al-Ahzab: 58)
Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Orang Islam adalah kaum mukminin yang terhindar dari gangguan lidah dan tangannya; sedangkan orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan segala apa yang dilarang Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang ingin dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaklah apa yang menjadi angan-angannya itu benar-benar diusahakan, dimana ia harus beriman kepada Allah dan hari akhir, serta berbuat senang kepada orang lain, sebagaimana ia sendiri senang apabila diperbuat seperti itu.” (HR Muslim)
Firman Allah: “Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara.” (al-Hujurat: 10)
Firman Allah: “Yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang Mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir.” (al-Maidah: 54)
Firman Allah: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (al-Fath: 29)
Dari Anas ra. bahwasannya Nabi saw. bersabda: “Janganlah kalian saling membenci, saling hasud, saling membelakangi dan saling memutuskan tali persaudaraan, tetapi jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim tidak diperbolehkan mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Pintu-pintu surga dibuka tiap hari Senin dan Kamis, kemudian pada hari itu diampuni dosa setiap hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali orang yang berselisih dengan saudaranya, dimana dikatakan: “Tunggulah dua orang ini sampai damai.” (HR Muslim)
Dalam riwayat yang lain dikatakan: “Amal-amal perbuatan itu dihadapkan setiap hari Senin dan Kamis…” (dan seterusnya seperti tersebut di atas)
Firman Allah: “Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepada manusia itu?” (an-Nisaa’: 54)
Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Nabi saw. bersabda: “Jauhilah oleh kalian sifat dengki, karena sesungguhnya sifat dengki itu dapat menghabiskan amal-amal kebaikan, sebagaimana api itu menghabiskan kayu bakar.” Atau beliau bersabda: “Dapat menghabiskan rumput.” (HR Abu Dawud)

Larangan Membiarkan Api di Rumah Ketika Tidur

Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Janganlah kalian membiarkan api di rumah kalian ketika kalian tidur.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Musa al-Asy’ariy ra. ia berkata: Ada sebuah rumah di Madinah yang terbakar di suatu malam karena penghuninya sendiri. Ketika kejadian itu diceritakan kepada Rasulullah saw. maka beliau bersabda: “Sesungguhnya api itu merupakan musuh bagi kalian, oleh sebab itu apabila kalian tidur maka padamkanlah api itu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Jabir ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Tutuplah bejana, ikatlah tempat air, tutuplah pintu-pintu dan padamkan lampu, sesungguhny setan itu tidak akan bisa melepaskan ikatan, tidak bisa membuka pintu dan tidak bisa membuka bejana. Seandainya salah seorang di antara kalian tidak bisa mendapatkan sesuatu untuk menutupnya kecuali hanya meletakkan lidi di atas bejana itu, maka lakukanlah yang demikian itu dengan menyebut nama Allah, karena sesungguhnya tikus itu tidak bisa menyebabkan terbakarnya rumah.” (HR Muslim)

Larangan Buang Air di Tempat Umum dan di Air yang Tidak Mengalir

Allah berfirman: “Dan orang-orang yang menyakiti orang Mukmin dan Mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (a-Ahzab: 58)
Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Takutlah kalian terhadap dua hal yang terkutuk.” Para shahabat bertanya: “Apakah dua hal yang terkutuk itu?” Rasulullah saw. menjawab: “Yaitu orang yang buang air di jalan umum, atau orang yang buang air di tempat orang berlindung.” (HR Muslim)
Dari Jabi ra. bahwasannya Rasulullah saw. melarang kencing pada air yang tidak mengalir.” (HR Muslim)

Larangan Banyak Bicara, Berkata Kotor dan Berbuat Keji

Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Bukanlah orang Mukmin itu orang yang suka mencela, mengutuk, berbuat keji dan berkata kotor.” (HR Turmudzi)
Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Semua perbuatan keji itu pasti menjelekkan dirinya sendiri, dan semua perbuatan yang diperhitungkan itu pasti akan menghiasi diri sendiri.” (HR Turmudzi)
Dari Ibnu Mas’ud ra. bahwasannya Nabi saw. bersabda: “Binasalah orang-orang yang suka berlebih-lebihan.” Beliau mengulangi sabdanya tiga kali.” (HR Muslim)
Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah membenci orang yang berlagak fasih dalam berbicara, yaitu orang yang memainkan lidahnya sebagaimana lembu yang memainkan lidahnya.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)
Dari Jabir bin Abdullah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang paling aku cintai dan orang yang paling dekat tempat duduknya dengan aku pada hari kiamat nanti, adalah orang-orang yang sangat baik budi pekertinya. Dan orang-orang yang sangat aku benci dan orang yang tempat duduknya sangat jauh denganku pada hari kiamat nanti, adalah orang-orang yang suka berbicara (banyak bicara), orang-orang yang berlagak fasih dan orang-orang yang bermulut besar.” (HR Turmudzi)
Dari ‘Aisyah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Jangan sekali-sekali salah seorang di antara kalian mengucapkan: Nafsuku busuk, tetapi hendaklah ia mengucapkan: nafsuku tercela.” (HR Bukhari dan Muslim)

Janji Allah Bagi Orang yang Beriman

Firman Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). (Dikatakan kepada mereka): “Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman.” Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.” (al-Hijr: 45-48)
Firman Allah: “Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan”. Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya”. Dan Itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan.” (az-Zukhruf: 68-73)
Firman Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata-air; mereka memakai sutera yang Halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan, demikianlah. dan Kami berikan kepada mereka bidadari. Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran), mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. dan Allah memelihara mereka dari azab neraka, sebagai karunia dari Tuhanmu. yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar.” (ad-Dukhaan: 51-57)
Firman Allah: “Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (syurga), mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. Dan campuran khamar murni itu adalah dari tasnim, (yaitu) mata air yang minum daripadanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah.” (al-Muthaffifiin: 22-28)
Dari Jabi ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Ahli surga itu makan dan minum di dalam surga, tetapi mereka tidak buang air besar, tidak buang ingus dan tidak kencing, akan tetapi apa yang mereka makan di dalam surga itu menjadi sendawa seperti minyak kasturi. Mereka diilhamkan untuk bertasbih dan bertakbir sebagaimana mereka diilhamkan untuk bernafas.” (HR Muslim)
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: ‘Aku menyediakan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih, apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah pula terbetik pada hati manusia.” Dan bacalah jika kalian kehendaki: Falaa ta’lamu nafsum maa ukhfiya laHum ming qurrati a’yun (Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu berbagai nikmat yang menyedapkan pandangan mata).” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Kelompok pertama yang masuk surga itu menurut bentuk bulan pada bulan purnama, kemudian orang-orang di belakangnya menurut bentuk bintang yang paling gemerlap cahayanya langit. Mereka ini tidak kencing, tidak berak, tidak meludah dan tidak membuang ingus. Sisir-sisir mereka adalah emas, peluh mereka adalah minyak kasturi, perapian mereka adalah kayu gaharu yang sangat harum. Istri-istri mereka adalah bidadari-bidadari yang bening matanya. Bentuk dan besar badan mereka sama rata, menurut bentuk kakek moyang mereka Adam, enam puluh hasta di langit.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim yang lain disebutkan: “Bejana mereka di dalam surga terbuat dari emas, keringat mereka berbau minyak kasturi. Masing-masing dari mereka mempunyai dua istri yang dapat terlihat sumsum betisnya dari balik daging karena cantiknya. Di antara mereka tidak pernah terjadi pertengkaran maupun saling benci. Hati mereka seperti orang satu. Mereka senantiasa bertasbih kepada Allah baik pagi maupun sore.”
Dari Al-Mughirah bin Syu’ban ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Nabi Musa a.s. bertanya kepada Rabb: “Bagaimana serendah-rendah ahli surga itu?” Rabb menjawab: “Yaitu seseorang yang datang setelah ahli surga dimasukkan ke dalam surga, kemudian diperintahkan kepadanya: ‘Masuklah kamu ke dalam surga.’ Ia berkata: ‘Wahai Rabb, bagaimana saya harus masuk sedangkan manusia telah masuk pada masing-masing tempatnya dan telah mengambil bagiannya?’ Dikatakan kepadanya: ‘Puaskah kamu bila disediakan bagimu seluas kerajaan seorang raja di dunia?’ Ia menjawab: ‘Wahai Rabb-ku, aku puas.’ Rabb berfirman: ‘Bagimu seluas itu dan sepadan dengan itu.’ Sewaktu Rabb berfirman untuk yang kelima kalinya, ia berkata: ‘Wahai Rabb, saya puas.’ Rabb berfirman: ‘Inilah bagianmu dan sepuluh kali dari itu, serta segala apa yang diingini dan disenangi oleh nafsu dan matamu.’ Ia berkata: ‘Wahai Rabb, saya puas.’
Nabi Musa bertanya: “Wahai Rabb, bagaimana setinggi-tinggi tingkatan ahli surga itu?” Rabb berfirman: “Yaitu orang-orang yang telah Aku sediakan kehormatan mereka dengan tangan-Ku kemudian Aku tutup, sehingga tidak terlihat oleh mata, tidak terdengar oleh telinga, dan tidak terlintas di hati manusia.” (HR Muslim)
Dari Ibnu Mas’ud ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya saya mengetahui ahli neraka yang terakhir keluar dari neraka dan ahli surga yang terakhir masuk ke dalam surga. Yaitu seseorang yang keluar dari neraka dengan merangkak, kemudian Allah Azza wa Jalla berfirman kepadanya: “Pergilah dan masuklah ke dalam surga.” Kemudian pergilah ia menuju surga dan ia membayangkan bahwa surga itu telah penuh.” Maka ia kembali dan berkata: “Wahai Rabb, saya mendapati surga itu telah penuh.” Allah Azza wa Jalla berfirman kepadanya: “Pergilah dan masuklah ke dalam surga. Karena bagimu seluas dunia dan sepuluh kali lipat daripada dunia.” Kemudian dia berkata: “Apakah Engkau mengejek saya atau menertawakan saya, sedangkan Engkau adalah Maha Raja?” Ibnu Mas’ud berkata: “Sungguh saya melihat Rasulullah saw. tertawa sehingga tampak gigi-gigi gerahamnya, serta beliau bersabda: “Demikian itulah serendah-rendah tingkatan ahli surga.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Musa ra. bahwasannya Nabi saw. bersabda: “Sungguh untuk orang mukmin di surga disediakan kemah yang terbuat dari satu mutiara berongga, tingginya di langit enam puluh mil. Bila keluarga orang mukmin itu berada di dalam kemah tersebut, lalu ia mengitari mereka, maka satu sama lain tidak dapat melihat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Sa’id al-Khudriy ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pohon, yang mana apabila seorang berkendaraan kuda yang sangat cepat larinya mengelilingi pohon itu selama seratus tahun, niscaya ia tidak dapat mengelilinginya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahih-nya juga meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Nabi saw. bersabda: “Orang yang berkendaraan berjalan di bawah naungan selama seratus tahun tidak dapat mengelilinginya.”
Dari Abu Sa’id al Khudriy ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “ Sesungguhnya ahli surga itu dapat melihat penghuni kamar-kamar yang berada di atas mereka, sebagaimana mereka melihat bintang gemerlap yang tinggi pada kaki langit, baik di timur maupun di barat, karena kelebihan yang ada para penghuni kamar-kamar tersebut.” Para shahabat bertanya: “Ya Rasulallah. Mungkin itu tingkat para Nabi yang tidak dapat dicapai orang lain?” Jawab Nabi saw.: “Benar, tingkat orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para utusan-Nya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Haram Menjadi Saksi Palsu

Firman Allah: “Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.” (al-Hajj: 30)
Firman Allah: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (al-Israa’: 36)
Firman Allah: “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya, melainkan di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf: 18)
Firman Allah: “Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.” (al-Fajr: 14)
Firman Allah: “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu.” (al-Furqaan: 72)
Dari Abu Bakar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Maukah kalian aku beritahu tentang dosa yang paling besar di antara dosa-dosa besar?” Kami (para shahabat) menjawab: “Mau ya Rasulallah.” Beliau bersabda: “Yaitu menyekutukan Allah dan mendurhakai kedua orang tua.” Beliau semula bersandar, lalu duduk seraya meneruskan sabdanya: “Ingat, ingatlah! Juga [termasuk dosa besar] persaksian palsu.” (HR Bukhari dan Muslim)