Senin, 21 Oktober 2013

Tolong Menolong dalam Kebajikan dan Takwa

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits tentang Tolong Menolong dalam Kebajikan dan Takwa

Allah berfirman: “Tolong menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa.” (al-Maidah: 2)

Allah berfirman: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati dalam menetapi kesabaran.” (al-Ashr: 1-3)

Dari Abu Abdirrahman bin Zaid bin Khalid al-Juhaniy ra. Ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang menyediakan perbekalan perang di jalan Allah, maka ia disamakan dengan perang, dan siapa saja yang tidak ikut perang lalu menjaga baik-baik keluarga yang ditinggalkan orang yang ikut perang, berarti ia ikut berperang.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. ia berkata: Rasulullah saw. mengutus sepasukan tentara ke Bani Lihyan yang termasuk suku Huzail, kemudian beliau bersabda: “Hendaklah tiap dua orang dalam satu keluarga, yang satu keluar dan yang lain menjaga keluarga-keluarga yang ditinggal, niscaya pahalanya terbagi antara keduanya sama.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bertemu dengan sebuah rombongan di Rauha’, kemudian beliau bertanya: “Siapakah kalian ini?” mereka menjawab: “Kami umat Islam.” Mereka balik bertanya: “Siapakah engkau?” Beliau menjawab: “Rasulullah.” Tiba-tiba ada seorang wanita yang mengangkat anaknya sambil bertanya: “Apakah sah hajinya anak ini?” Beliau menjawab: “Ya. Dan pahalanya untukmu.” (HR Muslim)

Dari Abu Musa al-Asy’ariy ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Seorang muslim yang menjadi bendahara, adalah orang yang dapat dipercaya. Ia melaksanakan tugas yang dilimpahkan dengan sempurna dan senang hati, serta memberikan sesuatu kepada siapa yang diperintahkan, maka ia termasuk salah seorang yang mendapat pahala bersedekah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Nasehat

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits-hadits tentang Nasehat

Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara.” (al-Hujurat: 10)

“Dan aku memberi nasehat kepadamu.” (al-A’raaf: 62)

“Dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” (al-A’raaf: 68)

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad-Daariy ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: “Agama itu adalah nasehat.” Kami bertanya: “Bagi siapa?” Beliau bersabda: “Bagi Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin-pemimpin umat Islam dan umat Islam pada umumnya.” (HR Muslim)

Dari Jarir bin Abdullah ra. ia berkata: “Saya berbaiat kepada Rasulullah saw. untuk senantiasa mengerjakan shalat, menunaikan zakat dan memberi nasehat kepada sesama muslim.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim)

Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar (1)

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadit-hadits tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Allah berfirman: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan merekalah termasuk orang-orang yang beruntung.” (Ali Imraan: 105)

Allah berfirman: “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar.” (Ali Imraan: 110)

Allah berfirman: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (al-A’raaf: 199)

Allah berfirman: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar.” (at-Taubah: 71)

Allah berfirman: “Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan Munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (al-Maaidah: 78-79)

Allah berfirman: “Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Rabb-mu, maka siapa saja yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan siapa saja yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.” (al-Kahfi: 29)

Allah berfirman: “Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala sesuatu yang diperintahkan (kepadamu).” (al-Hijr: 94)

Allah berfirman: “Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (al-A’raaf: 165)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja di antara kalian melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, apabila ia tidak mampu, maka rubahlah dengan lisannya, bila ia tidak mampu rubahlah dengan hatinya, dan itu adalah paling lemahnya iman.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Nabi-nabi yang diutus sebelumku pasti didampingi shahabat-shahabat yang setia. Mereka mengikuti sunnahnya dan mengerjakan apa yang diperintahkan. Sesudah mereka, muncullah orang-orang yang suka berbicaya dan tidak suka beramal, mereka mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan. Siapa saja yang memerangi mereka dengan tangannya (kekuasaannya), maka ia adalah orang yang beriman, siapa saja yang memerangi mereka dengan lisannya maka ia adalah orang yang beriman. Dan siapa saja yang memerangi mereka dengan hatinya, maka ia juga orang yang beriman. Selain dari itu, maka tidak ada lagi iman walaupun sebesar biji sawi.” (HR Muslim)

Dari Abul Walid ‘Ubadah bin Shamit ra. ia berkata: Kami berbaiat kepada Rasulullah saw. untuk selalu mendengar dan taat, baik dalam kesusahan maupun dalam kesenangan, baik pada yang disenangi maupun yang dibenci. Bahkan terhadap perebutan kekuasaan atas kami, dan kami berbaiat pula untuk tidak menentang pemerintahan dari yang berhak kecuali terbukti adanya pelanggaran yang jelas sesuai adanya dalil-dalil yang datangnya dari Allah Ta’ala, serta kami berbaiat untuk selalu berkata benar dimana saja kami berada, kami tidak takut terhadap celaan siapapun dalam membela (agama) Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Nu’man bin Basyir ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Perumpamaan orang yang selalu melaksanakan hukum-hukum Allah dan orang yang terjerumus di dalamnya, bagaikan orang yang membagi tempat di dalam kapal. Sebagian mendapat bagian di atas dan sebagian di bawah. Ketika orang-orang yang di bawah membutuhkan air, mereka harus naik ke atas, tentu akan mengganggu orang yang di atas. Sehingga (yang di bawah) berkata: “Kami akan melubangi kapal ini agar tidak mengganggu orang-orang yang berada di atas.” Jika yang di atas membiarkan hal itu, niscaya semuanya akan binasa, tetapi jika yang di atas menyadari dan mencegah mereka yang di bawah, maka semua akan selamat.” (HR Bukhari)

Dari Ummul Mukminin Salamah Hindun binti Abu Umayyah Hudzaifah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya akan diangkat untuk kalian beberapa penguasa, dan kalian akan mengetahui kemungkarannya. Maka siapa saja yang benci bebaslah dia, dan siapa saja yang mengingkarinya maka selamatlah dia, tetapi orang yang senang dan mengikutinya maka tersesatlah dia.” Para shahabat bertanya: “Apakah tidak sebaiknya kita memerangi mereka?” Beliau menjawab: “Jangan, selama mereka masih mengerjakan shalat bersamamu.” (HR Muslim)

Dari Ummul Mukminin Ummul Hakam Zainab binti Jahsy ra, ia berkata: Nabi saw. masuk ke rumah dengan perasaan cemas seraya bersabda: “Tidak ada tuhan selain Allah, hendaknya bangsa Arab selalu waspada terhadap bencana yang hampir menimpanya, dimana saat itu telah terbuka tirai Ya’juj dan Ma’juj sebesar ibu jari. Saya bertanya: “Wahai Rasulallah, apakah kami akan binasa sedangkan di tengah-tengah kami banyak orang-orang yang berbuat kebajikan?” Beliau menjawab: “Ya, apabila kejahatan merajalela.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Jauhilah duduk-duduk di tepi jalan.” Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulallah, kami tidak bisa meninggalkan tempat-tempat itu, karena di tempat itulah kami membicarakan sesuatu.” Rasulullah bersabda: “Apabila kalian merasa tidak bisa meninggalkan duduk-duduk di sana maka penuhilah hak jalan itu.” Para shahabat bertanya: “Apakah hak jalan itu, wahai Rasulallah?” Beliau menjawab: “Memejamkan mata, tidak mengganggu, menjawab salam, amar ma’ruf dan nahi munkar.” (HR Bukhari dan Muslim)

Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar (2)

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadit-hadits tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: Rasulullah saw. melihat cincin emas yang dipakai oleh seseorang, kemudian beliau melepas dan membuangnya seraya bersabda: “Salah seorang di antara kalian sengaja mengambil bara api dan meletakkannya di tangan.” Setelah Rasulullah saw. pergi ada seseorang yang berkata kepadanya: “Ambillah cincinmu dan manfaatkanlah.” Ia menjawab: “Tidak, demi Allah saya tidak akan mengambil cincin itu selamanya, karena Rasulullah saw. telah membuangnya.” (HR Muslim)

Dari Abu Sa’id al-Hasan al-Bashriy, ia berkata: ‘Aidz bin ‘Amr ra. datang ke rumah ‘Ubaidillah bin Ziyad kemudian ia berkata: Hai anakku, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Sejahat-jahat pemimpin adalah pemimpin yang kejam, maka janganlah kamu termasuk golongan mereka.” Kemudian ‘Ubaidillah berkata kepadanya: “Duduklah, sesungguhnya kamu hanyalah shahabat Muhammad yang terbuang.” Iapun bertanya: “Apakah ada di antara shahabat-shahabat beliau yang terbuang? Sesungguhnya yang terbuang adalah mereka yang hidup sesudah para shahabat dan orang-orang yang bukan shahabat.” (HR Muslim)

Dari Hudzaifah ra. dari Nabi saw. beliau berkata: “Demi Dzat yang jiwaku berada di genggaman-Nya, seharusnyalah kalian menyuruh untuk berbuat baik dan mencegah dari perbuatan yang munkar. Jika tidak, sungguh Allah akan menurunkan siksa kepad kalian, kemudian kamu berdoa kepada-Nya, tetapi Ia tidak mengabulkan doamu.” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Paling utamanya jihad adalah mengatakan keadilan di hadapan penguasa yang menyeleweng.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

Dari Abu Abdullah Thariq bin Syihab al-Bajaliy al-Ahmasiy ra. ia berkata: Sesungguhnya ada seorang lelaki bertanya kepada Nabi saw. padahal ia sudah meletakkan kakinya di atas pelana: “Wahai Rasulallah, jihad apa yang paling utama?” Beliau menjawab: “Mengatakan kebenaran pada penguasa yang menyeleweng.” (HR an-Nasa-i)

Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Penyebab pertama terjadinya kerusakan pada Bani Israil yaitu, apabila seseorang bertemu dengan kawannya berbuat sesuatu yang dilarang Allah, ia berkata: “Hai kawanku, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah apa yang kamu lakukan itu.” Akan tetapi keesokan harinya, ia bertemu kembali, dan kawannya sedang melakukan perbuatan itu lagi, tetapi ia tidak mengingatkan bahkan menemaninya untuk makan, minum dan duduk-duduk.

Jika mereka telah berbuat demikian, maka Allah mengunci hati masing-masing dari mereka. Rasulullah pun kemudian membacakan ayat al-Qur’an yang artinya: “Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan Munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya Amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, Yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.” (al-Maaidah: 78-81)

Kemudian beliau bersabda pula: “Janganlah kalian seperti mereka. Demi Allah, kalian harus selalu mengajak untuk berbuat baik dan melarang dari perbuatan munkar, cegahlah orang yang berbuat aniaya dan kembalikanlah ia ke jalan yang benar serta batasilah diri dalam mengajak kepada kebenaran. Tidak. Allah pasti akan mengunci hati kalian, kemudian Allah akan mengutuk kalian sebagaimana bani Israil.” (HR Daud dan Tirmidzi)

Hadits di atas adalah menurut lafalnya Abu Daud, adapun menurut lafal yang disampaikan Tirmidzi: Rasulullah saw. menceritakan tentang keadaan Bani Israil, yaitu: “Ketika orang-orang Bani Israil tenggelam dalam kemaksiatan, maka ulama-ulama mereka memperingatkannya, namun mereka tidak mau berhenti. Akhirnya para ulama itu ikut serta dalam majelis mereka, makan dan minum yang dilarang Allah. Maka Allah swt. menutup hati mereka melalui lisan Daud dan Nabi Isa putera Maryam. Hal itu disebabkan karena mereka durhaka dan senantiasa melampaui batas.” Rasulullah yang tadinya bersandar kemudian duduk seraya bersabda: “Janganlah kalian berbuat demikian, demi Allah yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, kalian luruskan mereka ke jalan yang benar.”

Dari Abu Bakar ash-Shiddiq ra. ia berkata: Wahai manusia, hendaknya kalian membaca ayat ini: yaa ayyuHalladziina aamanuu ‘alaikum anfusakum laa yadlurrukum man dlalla idzaHtadaitum (“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiada orang yang sesat itu akan memberi mudlarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.”) dan sesungguhnya saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya apabila orang-orang melihat orang yang bertindak aniaya kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkinan besar Allah akan meratakan siksaan kepada mereka, disebabkan perbuatan tersebut.” (HR Abu Daud, Tirmidzi dan an-Nasa-i)

Menunaikan Amanah

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits-hadits tentang Menunaikan Amanah

Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (an-Nisaa’: 58)

Allah berfirman: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh,” (al-Ahzab: 72)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga: apabila berkata ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari dan bila dipercaya ia berkhianat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Walaupun ia berpuasa dan mengerjakan shalat serta mengaku bahwa dirinya muslim.”

Dari Hudzifah bin al-Yaman ra. ia berkata: Rasulullah saw. bercerita tentang dua peristiwa, yang pertama saya sudah mengetahui kenyatannya, sedangkan yang kedua itu saya masih menunggunya.
Pertama, beliau bercerita bahwa amanat itu datang ke lubuk hati manusia, kemudian turunlah al-Qur’an maka mereka mau mempelajari al-Qur’an dan as-Sunnah.
Kedua, beliau menceritakan tentang dicabutnya amanat, yaitu: “Ada seorang laki-laki yang sedang tidur kemudian dicabutlah amanat itu dari hatinya, sehingga sisa sedikit saja, kemudian ia tidur lagi maka tercabut pula sisa amanat itu, dan yang ada hanya bekasnya seperti bara api yang terinjak telapak kaki dan menimbulkan benkak, sedangkan kamu melihat bahwa di situ tidak apa-apa.” Sambil memberi contoh, beliau lalu mengambil batu kecil dan diinjak dengan kakinya. Setelah itu orang-orang seperti biasanya (berjual beli), tetapi tidak terdapat lagi orang yang jujur. Sehingga kalau ada seseorang yang dapat dipercaya dan mendapat pujian: Alangkah sabarnya, alangkah cerdiknya dan alangkah pandainya, padahal menurut beliau di dalam hatinya tidak sedikitpun terselip keimanan walaupun sebesar biji sawi.” Hudzaifah berkata: “Sungguh saya sudah mengalami suatu masa, dimana saya tidak memilih orang dalam berbaiat, bila ia seorang muslim, ia patuh dan taat pada agamanya. Apabila ia Nasrani atau Yahudi ia takut kepada hukum negara. Adapun kin, saya tidak bisa mempercayai dalam berbaiat kecuali pada si fulan dan fulan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Hudzaifah dan Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Allah Yang Maha Pemberi Berkah lagi Maha Tinggi, kelak akan mengumpulkan manusia, kemudian orang-orang mukminin berdiri dekat surga. Mereka lalu mendatangi nabi Adam as. dan berkata: “Wahai bapak kami, bukakan pintu surga ini untuk kami.” Beliau menjawab: “Bukankah yang mengeluarkan kalian dari surga adalah dosa bapakmu? Datanglah kepada Ibrahim khalilullah.” Merekapun mendatanginya, tetapi beliau menjawab: “Itu bukan hakku, aku hanyalah khalilullah (kekasih Allah) dan berada di belakang sekali, datanglah kepada Musa, karena Allah berfirman langsung kepadanya.” Merekapun mendatanginya, tetapi beliau menjawab: “Itu bukan hakku. Datanglah kepada nabi Isa Kalimah dan Ruhullah.” Maka Isa pun menjawab: “Itu bukan bagianku.” Kemudian mereka mendatangi nabi Muhammad saw. dan diminta untuk membuka pintu surga, beliau berdiri dan diizinkan untuk membukanya. Kemudian dilepaskanlah amanat dan kasih sayang dan keduanya itu berada di kanan dan kiri beliau sebagai titian menuju ke surga. Beliau bersabda: orang pertama yang melewatinya, berjalan secepat kilat.” Hudzifah bertanya: “Apakah ada yang berjalan secepat kilat?” Beliau menjawab: “Bukankah kalian dapat membayangkan bagaimana berjalan hanya sekejap mata? Kemudian ada seseorang yang melewatinya bagaikan terbangnya burung dan ada pula orang yang melintasinya bagaikan orang yang berlari kencang sekali. Semua itu, menurut beliau, tergantung amal perbuatan mereka.” Sedangkan Nabi Muhammad saw. berdiri di atas shirat (titian) seraya berdoa: “Wahai Rabb-ku, selamatkanlah, selamatkanlah.” Sehingga sampai pada giliran orang-orang yang amal baiknya sedikit bahkan sampai datang seseorang yang tidak bisa berjalan melainkan dengan merangkak. Dan di antara kedua tepi (titian), tergantung alat-alat yang dibuat dari besi, dan bertugas mengambil orang-orang yang harus diambilnya. Di antaranya ada orang yang terluka tetapi selamat dan ada pula orang-orang yang dicakar-cakarnya lalu dilemparkan ke dalam api neraka.” Menurut Abu Hurairah: Sesungguhnya dasar neraka jahanam itu sejauh perjalanan tujuh puluh tahun.” (HR Muslim)

Dari Abu Khubaib Abdullah bin az-Zubair bin al-Awwam al-Quraisy ra. ia berkata: Tatkala az-Zubair (ayahku) berdiri pada perang Jamal, ia memanggilku maka akupun berdiri di sampingnya. Ia berkata: “Hai anakku, sesungguhnya hari ini tidak ada yang terbunuh kecuali orang yang menganiaya atau teraniaya. Saya merasa hari ini saya akan dibunuh teraniaya, dan yang paling saya takuti adalah hutang saya, apakah kamu menyadari bahwa hutang itu akan meninggalkan sisa dari harta kekayaan kita?” kemudian ia berkata: “Hai anakku, juallah semua harta benda yang kita miliki dan lunasilah hutang itu.” Juga berwasiat bahwa sepertiga dari hartanya, sedang sepertiga dari sepertiga itu diwasiatkan untuk cucu-cucunya yakni untuk anak-anak Abdullah bin az-Zubair. Anak-anak az-Zubair waktu itu ada delapan belas orang, sembilan laki-laki dan sembilan perempuan. Menurut Abdullah: az-Zubair selalu berwasiat untuk melunasi hutangnya. Ia berkata: “Hai anakku, seandainya kamu tidak mampu melunasinya maka hendaklah memohon pertolongan kepada Pemimpinku.” Abdullah berkata: Demi Allah, saya tidak mengetahui apa yang dimaksud olehnya, sehingga saya berkata: “Wahai ayahku, siapa Pemimpinmu?” Ia menjawab: “Allah.” Abdullah berkata: “Maka demi Allah, seandainya saya mengalami kesulitan dalam melunasi hutangnya saya berdoa: “Wahai Pemimpin Zubair, lunaskanlah hutangnya.” Akhirnya ia dapat melunasi hutangnya. Abdullah mengatakan: “Setelah itu terbunuhlah az-Zubair, dan ia tidak meninggalkan dinar ataupun dirham, kecuali beberapa bidang tanah di Ghobah, sebelas buah rumah di Madinah, dua buah rumah di Bashrah, satu buah rumah di Kufah dan sebuah rumah di Mesir.
Hutang itu disebabkan seseorang yang datang dengan membawa harta dan menitipkan kepadanya, kemudian az-Zubair berkata: “Tidak, saya tidak senang dititipi, khawatir kalau hilang, tetapi saya hutang saja.” Sebenarnyalah az-Zubair tidak pernah menjadi petugas penarik pajak, dan ia selalu ikut berperang bersama-sama Rasulullah saw., Abu Bakar, Umar, dan Utsman ra. Lanjutnya, setelah saya hitung ternyata saya mempunyai hutang dua juta dua ratus ribu.”
Kali tertentu Abdullah bin Hizam bertemu dengan Abdullah bin az-Zubair dan berkata: “Wahai kemenakanku, berapakah hutang saudaraku?” Saya sembunyikan dan saya katakan: “Seratus ribu.” Hakim berkata: “Demi Allah, saya tidak tahu apakah engkau dapat melunasinya?” Abdullah berkata: “Bagaimana pendapatmu apabila hutangnya mencapai dua juta dua ratus ribu?” Ia menjawab: “Saya tidak tahu apakah kamu dapat melunasinya atau tidak, jika kamu tidak mampu melunasinya mintalah bantuan kepadaku.”
Menurut Abdullah: “Az-Zubair dulu membeli tanah al-Ahobah seharga seratus tujuh puluh ribu.” Abdullah bermaksud untuk menjualnya seharga satu juta enam ratus ribu, kemudian ia berdiri dan berkata: “Siapa saja yang menghutangi az-Zubair, maka saya akan melunasinya, dan datanglah kepada kami di Ghobah.” Maka datanglah Abdullah bin Ja’far, ia menghutangi Zubair sebanyak empat ratus ribu, dan ia berkata kepada Abdullah: “Kalau kamu mau, saya tidak akan menagihnya kepadamu. Kalau kamu mau, lunasilah belakangan.” Abdullah bin Zubair berkata: “Tidak.” Abdullah bin Ja’far menjawab: “Kalau begitu berilah saya sebagian tanah di Ghobah ini.” Abdullah bin Zubair berkata: “Kalau begitu, kamu mendapat bagian dari sini sampai sini.”
Abdullah kemudian menjual sisa hutan itu untuk melunasi hutang ayahnya dan masih tersisa empat setengah bagian. Kemudian ia datang ke tempat Mu’awiyah. Waktu itu di tempat Mu’awiyah ada beberapa orang yaitu ‘Amr bin Utsman, al-Mundzir bin Zubair dan Ibnu Zam’ah. Mu’awiyah pun bertanya kepada Abdullah: “Hutan itu dijual berapa?” Abdullah menjawab: “Setiap bagian seratus ribu.” Mu’awiyah bertanya: “Masih tersisa berapa?” Abdullah menjawab: “Masih tersisa empat setengah bagian.” Al-Mundzir bin Zubair berkata: “Kalau begitu saya mengambil sebagian dengan harga seratus ribu.” Demikian pula dengan Ibnu Zam’ah: “Saya mengambil sebagian dari seratus ribu.” Kemudian Mu’awiyah bertanya: “Masih sisa berapa?” Abdullah menjawab: “Masih tersisa satu setengah bagian.”
Mu’awiyah berkata: “Saya yang mengambilnya dengan harga seratus lima puluh ribu.” Kemudian Abdullah bin Za’far menjual bagiannya kepada Mu’awiyah dengan harga enam ratus ribu.
Setelah Abdullah bin Zubair selesai melunasi hutang ayahnya, maka putri-putri az-Zubair berkata: “Bagilah warisan kami.” Abdullah menjawab: “Demi Allah, saya membagi untuk kalian sebelum empat tahun, sebab pada setiap musim, saya akan menyiarkan siapa saja yang menghutangi Zubair hendaknya datang kepada kami, dan kami pasti akan melunasinya.
Demikianlah pada setiap tahunnya Abdullah menyiarkannya. Sesudah melewati empat tahun maka Abdullah membagi harta warisan itu dan mengambil sepertiga yang diwasiatkan. Dan az-Zubair meninggalkan empat istri, masing-masing mendapat bagian satu juta dua ratus ribu. Jadi semua harta kekayaan az-Zubair berjumlah lima puluh juta dua ratus ribu.” (HR Bukhari)

Menjunjung Kehormatan Umat Islam

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits tentang Persaudaraan & Kehormatan Muslim

Allah berfirman: “Dan siapa saja yang mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabb-nya.” (al-Hajj: 30)

Allah berfirman: “Dan siapa saja yang mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (al-Hajj: 32)

Allah berfirman: “Dan merendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (al-Hijr: 88)

Allah berfirman: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya…” (al-Maaidah: 32)

Dari Abu Musa ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Orang mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan satu bangunan, satu bagian dengan bagian yang lain saling mengokohkan.” Sambil memperagakan dengan menyusupkan jari-jemarinya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Musa ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang berjalan di masjid dan pasar sedangkan ia membawa anak panah, hendaklah ia menyembunyikan atau memegang ujungnya agar jangan sampai mengenai (mengganggu) seseorang di antara umat Islam.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Nu’man bin Basyir ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan orang yang beriman yang saling mencintai dan saling menyayangi serta saling mengasihi bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota menderita sakit, maka yang lain ikut merasakan hingga tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. mencium cucunya al-Hasan bin Ali. Waktu itu al-Aqra’ berada di hadapan beliau, kemudian al-Aqra’ berkata: “Wahai Rasulullah, saya mempunyai sepuluh orang anak, dan belum pernah kucium seorangpun.” Rasulullah menoleh kepada al-Aqra’ seraya bersabda: “Siapa saja yang tidak mau mengasihi, maka tidak akan dikasihi.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: Beberapa orang Badui datang menghadap Rasulullah saw. sebagian bertanya kepada yang lain: “Apakah kamu biasa mencium anak-anak?” Sebagian menjawab: “Ya.” Dan yang lain ada yang menjawab: “Demi Allah, kami tidak pernah menciumnya.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Bagaimana jika Allah mencabut rasa kasih sayang dari kalian?” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Jarir bin Abdullah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang tidak mengasihi sesama manusia, maka Allah tidak akan mengasihinya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang dari kamu menjadi imam shalat bagi orang banyak hendaknya ia memperingan (mempercepat)nya, karena di antara mereka ada yang lemah, ada yang sakit dan ada pula yang sudah lanjut usia. Apabila ia shalat sendirian, perpanjanglah sesuai kemampuannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Karena di antaranya ada yang mempunyai keperluan lain.”

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: “Apabila Rasulullah saw. meninggalkan amal yang beliau sukai, hal itu dikarenakan beliau khawatir jika umat Islam menganggap bahwa amal itu diwajibkan atas mereka.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: Nabi saw. melarang umat Islam puasa wishal (bersambung siang malam), dikarenakan rasa sayang terhadap mereka. Para shahabat berkata: “Sesungguhnya engkau berpuasa wishal.” Beliau menjawab: “Sesungguhnya keadaanku lain dengan keadaanmu. Aku selalu diberi makan dan minum oleh Rabb-ku.” (HR Bukhari dan Muslim)
Maksudnya: “Aku diberi kekuatan oleh Allah sebagaimana kekuatannya orang yang makan dan minum.”

Dari Abu Qatadah al-Harits bin Rabiiy ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Ketika saya sedang shalat dan hendak memperpanjangnya, tiba-tiba mendengar tangisan anak kecil, maka kusegerakan shalat karena tidak ingin merepotkan ibunya.” (HR Bukhari)

Dari Jundub bin Abdullah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang mengerjakan salat Shubuh berjamaah, maka ia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu, jangan sampai Allah meminta jaminan sedikitpun. Dan siapa saja yang dituntut jaminan-Nya, maka Allah akan menemukan, kemudian menjerumuskannya ke dalam api neraka.” (HR Bukhari)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesama muslim itu bersaudara. Karena itu jangan menganiaya dan mendiamkannya. Siapa saja yang memperhatikan kepentingan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kepentingannya. Siapa saja yang melapangkan satu kesulitan terhadap sesama muslim, maka Allah akan melapangkan satu kesulitan dari beberapa kesulitan di hari kiamat. Dan siapa saja yang menutupi kejelekan orang lain maka Allah akan menutupi kejelekannya di hari kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesama muslim, jangan mengkhianati, mendustai dan membiarkannya. Sesama muslim haram mengganggu kehormatan, harta dan darahnya. Takwa itu ada di sini (sambil menunjuk dadanya). Seseorang cukup dianggap jahat apabila ia menghina saudaranya yang muslim.” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kalian saling dengki, saling menipu dan saling membelakangi, dan jangan menjual atas penjualan orang lain, dan jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Sesama muslim bersaudara. Oleh karena itu, jangan menganiaya, membiarkan dan menghinanya. Takwa itu ada di sini (sambil menunjuk dadanya, beliau mengucapkan tiga kali). Seseorang cukup dianggap jahat, apabila ia menghina saudaranya yang muslim.” (HR Muslim)

Dari Anas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tidaklah dianggap sempurna iman seseorang, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tolonglah saudaramu yang berbuat aniaya dan yang teraniaya.” Kemudian ada yang bertanya: “Wahai Rasulallah, saya menolongnya jika ia teraniaya. Lalu bagaimana saya menolongnya jika ia berbuat aniaya?” Beliau menjawab: “Kamu mencegah atau kamu melarang dia dari berbuat aniaya, demikian itu cara menolongnya.” (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Hak seorang muslim terhadap muslim yang lain ada lima, yaitu membalas salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangannya dan menjawab apabila ia bersin.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim dikatakan: Rasulullah saw. bersabda: “Hak seorang muslimm terhadap muslim yang lain ada enam, yaitu: Apabila bertemu, ucapkan salam. Apabila ia mengundangmu, penuhilah undangannya. Apabila ia meminta nasehat, nasehatilah dia. Apabila ia bersin kemudian membaca “alhamdulillaaH” maka jawablah (dengan ucapan “yarhamukallaaH” [semoga Allah mengasihimu]). Apabila ia sakit, jenguklah dan apabila ia meninggal iringilah jenazahnya.” (HR Muslim)

Dari Abu ‘Umarah al-Barra’ bin ‘Azib ra. ia berkata: Rasulullah saw. menyuruh dan melarang kami, dalam tujuh hal. Yaitu, beliau menyuruh kami untuk menjenguk orang yang sakit, mengiring jenazah, menjawab orang yang bersin ketika mengucapkan alhamdulillaaH, menepati sumpah, menolong orang yang teraniaya, mendatangi undangan, dan menyebarluaskan salam. Kemudian beliau melarang kami dari memakai cincin emas, minum dari bejana perak, memuji-muji keledai, bersikap keras, mengenakan kain sutera baik sutera tipis maupun yang tebal.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Dan menanyakan barang yang hilang.” Sebagai tambahan tujuh yang pertama.