Selasa, 29 Oktober 2013

Adab (Tata Cara) Minta Izin


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits Bukhari-Muslim

Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu, sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.” (an-Nuur: 27)

Allah berfirman: “Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta izin seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin.” (an-Nuur: 29)

Dari Abu Musa al-Asy’ari, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Minta izin itu sampai tiga kali. Apabila diizinkan maka masuklah kamu dan apabila tidak diizinkan maka pulanglah kamu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Sahal bin Sa’ad ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya minta izin itu dijadikan ketentuan karena untuk menjaga pandangan mata.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Rabi’iy bin Hirasy ia berkata: “Seseorang dari bani ‘Amir menceritakan kepada kami sewaktu ia minta izin untuk masuk ke rumah Nabi saw. dan waktu itu beliau berada di dalam rumah. Orang itu mengucapkan: “Bolehkah saya masuk?” Kemudian Rasulullah saw. bersabda kepada pelayannya: “Keluarlah dan ajarkanlah kepada orang itu tentang tata cara meminta izin, katakanlah kepadanya: “Ucapkanlah Assalaamu ‘alaikum, bolehkah saya masuk?” Orang itu mendengar apa yang disabdakan oleh Nabi, maka ia mengucapkan: “Assalaamu ‘alaikum, bolehkah saya masuk?” Kemudian Nabi saw. memberi izin kepadanya, dan ia pun terus masuk.” (HR Abu Dawud)

Dari Kildah bin Hanbal ra. ia berkata: Saya datang ke rumah Nabi saw. dan langsung masuk tanpa mengucapkan salam, kemudian Nabi saw. bersabda: “Kembalilah, dan ucapkanlah: assalaamu ‘alaikum, bolehkah saya masuk?” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)

Berharap Kepada Allah (1)


Riyadhush shalihin; Imam nawawi; al-Qur’an-Hadits

Firman Allah: “Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (az-Zummar; 53)

Firman Allah: “Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu) melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (Saba’: 17)

Firman Allah: “Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling.” (Thaha: 48)

Firman Allah: “Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (al-A’raaf: 156)

Dari ‘Ubadah bin Shamit ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang bersaksi, bahwa tidak ada tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan tidak menyekutukannya, dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba dan utusan –Nya serta bukti kekuasaannya yang diberikan kepada Maryam dan ruh daripada-Nya; serta bersaksi bahwa Surg dan neraka itu itu adalah haq (benar-benar ada) maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga sesuai dengan amal perbuatannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Siapa saja yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka Allah mengharamkannya dari api neraka.”

Dari Abu Dzar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Siapa saja yang mengerjakan satu kebaikan, ia akan dibalas dengan sepuluh kali lipat atau lebih. Dan siapa saja yang mengerjakan satu kejahatan, ia akan dibalas dengan satu kejahatan atau Aku mengampuninya. Siapa saja yang mendekat kepada-Ku sejengkal, maka aku mendekat kepadanya sehasta. Siapa saja yang mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Siapa saja yang datang kepadaku dengan berjalan, maka aku datang kepadanya dengan berlari. Dan siapa saja yang menghadap kepadaku dengan membawa dosa seisi bumi banyaknya, sedangkan ia tidak menyekutukan Aku dengan sesuatupun, maka aku akan menerimanya dengan ampunan sebanyak isi bumi juga.” (HR Muslim)

Dari Jabir ra. ia berkata: Seorang Badui datang kepada Nabi saw. dan bertanya: “Apakah dua hal yang sudah pasti itu?” Beliau menjawab: “Siapa saja meninggal dunia sedangkan ia tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia masuk surga. Dan siapa saja yang meninggal dunia sedangkan ia menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia masuk neraka.” (HR Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Ketika Nabi saw. bepergian, ditemani Mu’adz beliau memanggil: “Wahai Mu’adz.” Ia menjawab: “Ya, ada apa ya Rasulallah?” Beliau memanggil lagi: “Wahai Mu’adz.” Ia menjawab: “Ya, ada apa ya Raasulallah?” Beliau memanggil lagi: “Wahai Mu’adz.” Ia menjawab: “Ya, ada apa ya Raasulallah?” Ini adalah panggilan yang ketiga kalinya. Kemudian beliau bersabda: “Seorang hamba yang bersaksi, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dengan sebenar-benar keluar dari lubuk hati, Allah pasti mengharamkan dirinya dari api neraka.” kemudian Mu’adz bertanya: “Wahai Rasulallah, apakah saya diperbolehkan memberitahukan hal ini kepada orang banyak supaya mereka gembira?” beliau bersabda: “Kalau mereka mengetahui, mungkin akan sembrono.”Tatkala Mu’adz akan meninggal ia memberitahukan hal itu karena takut berdosa.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. atau Abu Sa’id al-Khudriy, ia berkata: ketika perang Tabuk, para shahabat menderita kelaparan. Maka mereka berkata: “Wahai Rasulallah, andaikan engkau mengizinkan, kami akan menyembelih binatang kami untuk dimakan, sehingga dapat menambah kekuatan kami.” Rasulullah saw. bersabda: “Laksanakanlah.” Kemudian Umar ra. datang dan berkata: “Wahai Rasulallah, andaikan engkau memberi izin mereka, maka kendaraan kita tinggal sedikit, tetapi perintahkanlah mereka yang masih mempunyai sisa-sisa bekal makanan, untuk mengumpulkannya kemudian berdoalah kepada Allah agar sisa bekal makanan itu membawa berkah bagi mereka. Dengan demikian semoga Allah memberi keberkahan terhadap sisa bekal makanan itu bagi mereka.” Rasulullah saw. bersabda: “Ya, benar.”
Kemudian beliau menghamparkan kain dan menyeru kepada orang-orang yang masih mempunyai sisa bekal makanan untuk mengumpulkan pada kain itu. Ada seseorang yang menyerahkan segenggam jagung, ada yang menyerahkan segenggam kurma dan ada juga yang menyerahkan segenggam kurma dan ada pula yang menyerahkan sepotong roti, sehingga terkumpul sisa-sisa bekal makanan yang sedikit itu.
Kemudian Rasulullah berdoa agar sisa-sisa makanan yang sedikit itu diberi berkah. Sesudah itu beliau bersabda: “Ambillah dengan membawa bejana (wadah) kalian masing-masing.” Maka mereka membawa bejana dan diisi dengan makanan dari kain yang terhampar itu sampai akhirnya semua bejana mereka penuh dan makan dengan kenyang, bahkan pada kain itu masih tersisa makanan. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku adalah utusan-Nya. Tidak ada seorang hamba pun yang merasa bimbang terhalang dari surga, ketika menghadap kepada Allah dengan dua kalimat ini.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tatkala Allah menciptakan makhluk, Ia menulis pada suatu kitab. Kitab itu berada di sisi-Nya di atas ‘Arsy, bertulis: “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.” (HR Bukhari dan Muslim)

Berharap Kepada Allah (2)


Riyadhush shalihin; Imam nawawi; al-Qur’an-Hadits

Dari ‘Itban bin Malik ra. salah seorang yang mengikuti perang Badar, ia berkata: “Saya biasa menjadi imam bai kaumku, Bani Salim. Antara tempatku dengan tempat mereka terdapat sebuah lembah. Apabila turun hujan, saya kesulitan mendatangi masjid mereka. Maka saya menghadap Rasulullah saw. dan berkata: “Sesungguhnya penglihatanku sudah berkurang, dan lembah antara tempat tinggal saya dengan tempat mereka banjir apabila turun hujan. Sehingga saya kesulitan untuk mendatangi tempat itu. Oleh karena itu sudilah kiranya engkau datang ke rumah saya, dan rumah itu akan saya jadikan mushalla.” Rasulullah bersabda: “Baiklah.” Keesokan harinya, ketika cuaca tidak begitu panas Rasulullah dan Abu Bakar ra. datang ke tempat saya. Rasulullah minta izin untuk masuk, dan saya memperlilakannya, tetapi beliau tidak langsung duduk, dan bertanya: “Bagian manakah yang kamu inginkan agar aku shalat di rumahmu?” saya menunjukkan tempatnya, kemudian Rasulullah saw. berdiri dan bertakbir. Kami mengikuti beliau shalat dua rakaat kemudian salam, dan kamipun mengucapkan salam ketika beliau mengucapkannya. Kemudian saya mempersilakan beliau untuk menikmati hidangan bubur dari tepung gandum yang saya sediakan.
Para tetangga mendengar bahwa Rasulullah berada di rumah saya, maka berbondong-bondonglah mereka memenuhi rumah saya. Lalu salah seorang berkata: “Apa yang dikerjakan oleh Malik, saya tidak tahu.” Lantas ada orang yang berkata: “ lantas ada orang yang berkata: “Dia adalah orang munafik yang tidak cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.” Rasulullah bersabda: “Kamu jangan berkata seperti itu, apakah kamu tidak tahu bahwa ia mengucapkan: laa ilaaHa illallaaH (Tidak ada Tuhan selain Allah), dengan itu mengharapkan keridlaan Allah Ta’ala?” Ia menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Adapun kami, demi Allah tidak mengetahui kecintaan dan pembicaraannya melainkan lebih condong kepada orang-orang munafik.” Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan api neraka kepada orang yang mengucapkan: laa ilaaHa illallaaH Muhammadar rasuulullaaH (Tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah) dengan tujuan untuk mencari ridla Allah). (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Umar bin al-Khaththab ra. ia berkata: Beberapa orang tawanan di hadapkan kepada Rasulullah saw. tiba-tiba ada seorang wanita dalam tawanan itu bingung mencari anaknya. Setiap ia melihat anak kecil dalam rombongan tawanan itu diangkatnya dan disusuinya. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Apakah kamu berpendapat bahwa wanita itu akan melemparkan anaknya ke dalam api?” Kami menjawab:”Demi Allah, tidak.” Beliau bersabda: “Allah lebih sayang kepada hamba-Nya melebihi sayangnya perempuan itu kepada anaknya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tatkala Allah menciptakan makhluk, Ia menulis pada suatu kitab. Kitab itu berada di sisinya di atas ‘Arasy, bertuliskan: “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Allah menjadikan rahmat itu seratus bagian. Sembilan puluh sembilan ditahan di sisi-Nya, satu bagian Ia turunkan ke bumi. Dari satu bagian itulah semua makhluk saling menyayangi sampai binatang itu mengangkat kakinya, karena khawatir menginjak anaknya.”
Dalam riwayat lain dikatakan: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai seratus rahmat dan Ia menurunkan satu di antara seratus rahmat itu untuk jin, manusia, binatang dan serangga. Dengan satu rahmat itulah mereka saling menyayangi dan dengan satu rahmat itulah binatang buas mempunyai rasa kasih sayang terhadap anaknya. Adapun rahmat yang sembilan puluh sembilan, Allah menyimpannya untuk diberikn pada hari kiamat, sebagai rasa sayang terhadap hamba-hamba-Nya. (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits riwayat Muslim dari Salman al-Farisi ra. Ia berkata: RAsulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai rahmat seratus, satu diantaranya rahmat yang menjadikan makhluk itu saling menyayangi. Dan yang Sembilan puluh Sembilan, diturunkan pada hari kiamat.”
Dalam riwayat lain dikatakan, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah menciptakan langit dan bumi, Ia menciptakan pula seratus rahmat. Masing-masing rahmat memenuhi langit dan bumi. Satu di antaranya sebagai rahmat di muka bumi. Dengan satu rahmat itulah seorang ibu mempunyai rasa sayang terhadap anaknya, demikian pula binatang dan burung, mereka saling menyayangi. Apabila hari kiamat tiba, maka disempurnakanlah rahmat itu.”

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. dalam menceritakan wahyu yang diterima dari Tuhannya Yang Maha Pemberi Berkah lagi Mahaluhur, beliau bersabda: “Seorang hamba berdosa, kemudian ia berdoa: ‘Ya Allah ampunilah dosaku.’ Maka Allah Yang Maha Pemberi Berkah lagi Mahaluhur berfirman: ‘Hamba-Ku berbuat dosa kemudian ia mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan akan menuntut dosanya.’”
Kemudian ia melakukan dosa lagi dan berdoa: ‘Ya Tuhanku, ampunilah dosaku.’ Maka Allah Yang Maha Pemberi Berkah lagi Maha Luhur berfirman: ‘Hamba-Ku berbuat dosa kemudian ia mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan akan menuntut dosanya.’ Kemudian ia melakukan dosa lagi dan berdoa: ‘Ya Tuhanku, ampunilah dosaku.’ Maka Allah Yang Maha Pemberi Berkah lagi Maha Luhur berfirman: ‘Hamba-Ku berbuat dosa kemudian ia mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan akan menuntut dosanya. Aku benar-benar memberi ampunan kepada hamba-Ku, maka hendaklah ia berbuat menurut apa yang dikehendakinya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, andaikan kalian tidak berdosa, Allah pasti akan memusnahkan kalian dan mendatangkan kaum yang berdosa kemudian mereka memohon ampunan kepada Allah, maka Allah pun mengampuni dosa mereka.” (HR Muslim)

Dari Abu Ayyub al-Anshariy ra. ia berkata: saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Andaikan kalian tidak berbuat dosa, Allah pasti menciptakan makhluk lain yang berbuat dosa, kemudian mereka memohon ampunan maka Allah pun mengampuni dosa mereka.” (HR Muslim)

Berharap Kepada Allah (4)


Riyadhush shalihin; Imam nawawi; al-Qur’an-Hadits

Dari Anas ra. ia berkata: ada seseorang datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Wahai Rasulallah, saya telah berbuat sesuatu yang harus dikenakan hukuman. Maka laksanakanlah hukuman itu kepada saya.” Kemudian tibalah waktu shalat, maka ia shalat bersama-sama beliau. Setelah selesai, ia berkata lagi: “Wahai Rasulallah, saya telah berbuat sesuatu yang harus dikenakan hukuman. Maka laksanakanlah hukuman itu kepada saya, sesuai dengan ketentuan Allah.” Beliau bersabda: “Bukankah kamu tadi shalat bersama-sama kami?” Ia menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Dosamu telah diampuni.” (HR Bukhari dan Muslim)
Keterangan: Perbuatan yang dikerjakan oleh orang tersebut tidaklah tergolong perbuatan yang harus dikenakan hukuman berat seperti berbuat zina dan meminum khamr.

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah sangat ridla (senang) kepada orang yang apabila makan ia memuji kepada-Nya, atau apabila minum, ia memuji kepada-Nya, karena merasa telah mendapatkan rahmat.” (HR Muslim)

Dari Abu Musa ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala membentangkan tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima tobat orang yang berdosa pada waktu siang. Dan Ia membentangkan tangan-Nya pada waktu siang untuk menerima tobat orang yang berbuat dosa pada waktu malam, sampai matahari terbit dari barat [hari kiamat].” (HR Muslim)

Dari Abu Najih ‘Amr bin ‘Abasah As-Sulamiy ra. ia berkata: “Pada zaman jahiliyah, saya menduga bahwa semua manusia itu berada dalam kesesatan dan tidak ada yang berada dalam kebenaran, serta semua manusia menyembah berhala. Kemudian saya mendengar, bahwa di Makkah ada seseorang yang mengajarkan ajaran-ajaran yang baik, maka saya segera kesana dengan berkendaraan. Di masa itu Rasulullah saw. masih sembunyi-sembunyi dan dianiaya oleh kaumnya. Saya merasa iba. Sesampainya di Makkah dan berjumpa dengannya, saya bertanya: “Siapa engkau?” Beliau menjawab: “Aku adalah seorang Nabi.” Saya bertanya: “Apakah Nabi itu?” Beliau menjawab: “Allah mengutusku.” Saya bertanya: “Untuk apa Allah mengutusmu?” Beliau menjawab: “Allah mengutusku untuk menyambung tali persaudaraan, menghancurkan berhala dan mengesakan Allah, dan Allah tidak boleh dipersekutukan dengan sesuatu pun.” Saya bertanya: “Siapa sajakah yang mengikuti engkau di dalam ajaran seperti ini?” Beliau menjawab: “Orang merdeka dan hamba sahaya.”
Pada waktu itu orang yang telah mengikuti di antaranya adalah Abu Bakar dan Bilal ra. Saya berkata: “Sesungguhnya saya akan mengikuti engkau.” Beliau menjawab: “Sesungguhnya sekarang kamu belum bisa mengikuti ajaran ini. Bukankah kamu tahu keadaanku dan keadaan orang-orang di sekelilingku. Kembalilah kepada keluargamu, nanti apabila kamu mendengar aku telah mendapatkan kemenangan, maka datanglah kepadaku.”

Kemudian Amr’ kembali kepada keluarganya. Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah saya masih tetap mencari-cari kabar kepada keluargaku, sehingga datanglah sekelompok penduduk Madinah, dan saya bertanya: “Bagaimana berita seseorang yang baru datang di Madinah itu?” Mereka menjawab: “Orang-orang Madinah menyambut kedatangannya, sedangkan kaumnya bermaksud untuk membunuhnya, tetapi mereka tidak mampu.” Kemudian saya pergi ke Madinah dan menemui beliau dan bertanya: “Wahai Rasulallah, apakah engkau masih mengenal saya?” Beliau menjawab: “Ya, kamu adalah orang yang pernah menemuiku di Makkah.” ‘Amr berkata: “Wahai Rasulallah, beritahukan kepada saya tentang apa saja yang diajarkan Allah kepada engkau, dan saya belum mengetahuinya. Beritahukan kepada saya tentang shalat.” Beliau bersabda: “Shalat shubuh-lah kamu, kemudian berhentilah sampai matahari terbit setinggi tombak, karena ketika matahari itu terbit seolah-olah ia terbit di antara dua tanduk setan dan pada saat itu orang-orang kafir sujud kepada matahari. Kemudian shalatlah sekehendak hatimu, karena sesungguhnya shalat itu disaksikan dan dihadiri malaikat, sehingga matahari itu hampir tergelincir kira-kira sepanjang tombak, kemudian berhentilah dari shalat karena waktu itu neraka jahanam sedang dinyalakan. Apabila matahari telah tergelincir, shalatlah, karena shalat itu disaksikan dan dihadiri oleh malaikat sehingga kamu mengerjakan shalat asyar. Lalu berhentilah shalat sampai matahari terbenam karena pada waktu matahari terbenam itu seolah-olah terbenam di antara dua tanduk syaitan. Dan pada waktu itu juga orang-orang kafir sujud kepada matahari.”

‘Amr berkata: “Saya berkata: “Wahai Rasulallah, beritahukan kepada saya tentang wudlu.” Nabi bersabda: “Apabila seseorang di antara kamu mengerjakan wudlu, berkumurlah, dan memasukkan air ke dalam hidung serta semburkanlah lagi keluar, maka berjatuhanlah dosa-dosa muka, mulut dan hidungnya. Apabila ia membasuh muka sebagaimana yang diperintahkan Allah, maka berjatuhanlah dosa-dosa mukanya melalui ujung dagunya bersama-sama dengan air. Apabila ia membasuh kedua tangannya sampai siku, maka berjatuhanlah dosa-dosa kedua tangannya melalui ujung jari-jarinya bersama-sama dengan air. Apabila ia mengusap kepala, maka berjatuhanlah dosa-dosa kepalanya melalui ujung rambutnya bersama-sama dengan air. Apabila ia membasuh kedua kakinya sampai mata kaki, maka berjatuhanlah dosa-dosa kedua kakinya melalui ujung jari-jarinya bersama-sama dengan air. Kemudian apabila ia berdiri untuk mengerjakan shalat dimana ia memuji, menyanjung dan mengagungkan Allah dengan bacaan-bacaan yang telah ditentukan serta membersihkan hatinya, hanya ditujukan kepada Allah Ta’ala saja, maka hilanglah semua dosanya bagaikan keadaannya ketika ia dilahirkan oleh ibunya.”

Ketika ‘Amr bin Abasah menceritakan hadits ini kepada Abu Umamah menegurnya: “Hai ‘Amr perhatikanlah apa yang kamu ucapkan. Apakah mungkin seseorang itu diberi ampunan sebesar itu hanya dengan mengerjakan serangkaian amalan saja?” ‘Amr menjawab: “Wahai Abu Umamah, usiaku sudah lanjut, tulangku sudah rapuh dan ajalku hampir tiba, maka buat apa aku mendustakan Allah Ta’ala. Andaikan aku hanya mendengar satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali, lima kali, enam kali, dan tujuh kali saja dari Rasulullah saw. aku pasti tidak akan menceritakan hal itu selama-lamanya, tetapi aku mendengarnya lebih dari.” (HR Muslim)

Dari Abu Musa al-Asy’ari ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Apabila Allah berkehendak menurunkan rahmat kepada suatu umat, maka Allah mewafatkan Nabi-Nya sebelum umat itu binasa, dimana Nabi itu dijadikan perintis jalan dan simpanan bagi umat itu. Dan apabila Allah berkehendak menyiksa suatu umat, maka disiksa-Nya umat itu di waktu Nabi-Nya masih hidup supaya Nabi itu melihat dan merasa lega atas binasanya umat itu dikarenakan mendustakan dan mendurhakai perintahnya.” (HR Muslim)

Berharap Kepada Allah (3)


Riyadhush shalihin; Imam nawawi; al-Qur’an-Hadits

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Kami duduk-duduk dengan Rasulullah saw., Abu Bakar dan Umar ra., serta para sahabat yang lain, kemudian Rasulullah saw. berdiri dan meninggalkan kami. Mak kami menunggu-nunggu, tetapi beliau tidak kembali. Kami merasa khawatir dan cemas kalau-kalau beliau terhalang oleh sesuatu, maka kami semua berdiri dan sayalah orang yang pertama kali merasa cemas. Saya lalu keluar mencari Rasulullah saw. sehingga saya sampai ke pagar tembok seorang Anshar.” Ia bercerita panjang lebar, sampai ia mengucapkan: “Kemudian Rasulullah bersabda: ‘Pergilah dan jumpai siapa saja yang kamu temui di pagar tembok ini menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dengan keyakinan hatinya, maka gembirakanlah dia dengan surga.” (HR Muslim)

Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash ra. ia berkata: Ketika Nabi saw. membaca firman Allah yang menceritakan tentang keadaan Nabi Ibrahim as.: Rabbi innaHunna adl-lalnaa katsiiram minannaasi faman tabi’anii fa innaHuu minnii (“Wahai Rabb-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia. Maka barangsiapa saja yang mengikuti aku, maka sesungguhnya ia termasuk golonganku”) dan juga tentang keadaan Nabi Isa: in tu-‘adz-dzibHum fa innaHum ‘ibaaduka wa in taghfirlaHum fa innaka antal ‘aziizul hakim.” (Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana).” Kemudian Rasulullah mengangkat kedua tangannya seraya berdoa: “AllaaHumma ummatii, ummatii.(Ya Allah tolonglah umatku, tolonglah umatku).” Dan beliau terus menangis. Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Hai Jibril, datanglah kepada Muhammad, dan tanyakan kenapa ia menangis?” kemudian Jibril mendatangi Rasulullah saw. dan menceritakan semua yang barusaja difirmankan-Nya kepada Jibril setelah kembali, kemudian Allah Ta’ala berfirman: “Hai Jibril datanglah kepada Muhammad dan katakanlah: “Sesungguhnya Kami (Allah) akan memberikan keridlaan [kesenangan] kepadamu tentang umatmu dan Kami tidak sampai menyakiti hatimu.” (HR Muslim)

Dari Mu’adz bin Jabal ra. ia berkata: Saya menemani Nabi saw. di atas keledai, kemudian beliau bertanya: “Wahai Mu’adz tahukah kamu apakah hak Allah atas hamba-Nya dan apakah hak hamba atas Allah?” Saya menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya hak Allah atas hamba-Nya, adalah mereka menyembah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Sedangkan hak hamba atas Allah, adalah tidak menyiksa orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” Kemudian saya bertanya: “Wahai Rasulullah, bolehkah saya menyampaikan kabar gembira ini kepada orang banyak?” Beliau menjawab: “Jangan kamu kabarkan berita gembira ini kepada mereka, karena mereka nanti akan berlaku seenaknya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari al-Barra’ bin ‘Azib ra., dari Nabi saw. beliau bersabda: “Seorang muslim, apabila ditanya di dalam kubur, maka ia bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.” Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala yang artinya: “Allah akan menetapkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang baik di kala hidup di dunia maupun di akhirat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya orang kafir itu apabila melakukan kebaikan, ia langsung diberi balasan yang ia rasakan di dunia. Sedangkan bagi orang mukmin, sesungguhnya Allah Ta’ala menyimpan kebaikan-kebaikannya untuk di akhirat, dan ia dikaruniai rizky di dunia karena ketaatannya.”
Dalam riwayat lain dikatakan Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya kebaikan orang mukmin, dia diberi karunia di dunia, karena kebaikannya dan kebaikan itu masih dibalas lagi kelak di akhirat. Adapun orang kafir, ia mendapat karunia di dunia karena kebaikan-kebaikan yang ia kerjakan tidak karena Allah. Sehingga apabila ia pulang ke akhirat, maka ia tidak akan memperoleh balasan apa-apa atas kebaikan yang ia kerjakan itu.” (HR Muslim)

Dari Jabir ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan shalat lima waktu, bagaikan sungai yang penuh dengan air mengalir pada pintu salah satu seorang di antara kalian. Dan ia mandi lima kali setiap hari dari sungai itu.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Seorang Muslim yang meninggal dunia kemudian jenazahnya dishalati oleh empat puluh orang yang tidak mempersekutukan Allah, maka Allah menerima syafaat dan doa mereka terhadap orang yang meninggal dunia itu.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: Kami bersama-sama Rasulullah saw. di dalam suatu majelis yang berbentuk lingkaran berjumlah kurang lebih empat puluh orang, kemudian beliau bertanya:”Apakah kalian suka, seandainya kalian merupakan seperempat penghuni surga?” Kami menjawab: “Ya, suka.” Beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, aku berharap semoga kalian merupakan setengah dari penghuni surga. Dan surga itu hanya akan dimasuki orang Islam. Kalian di tengah-tengah orang musyrik itu, bagaikan rambut putih pada kulit lembu hitam, atau bagaikan rambut hitam pada kulit lembu merah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Musa al-Asy’ari ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:”Jika hari kiamat tiba, Allah akan memberi untuk orang Islam masing-masing seorang Yahudi atau seorang Nasrani seraya berfirman: “Inilah tebusanmu dari neraka.”
Dalam riwayat lain dikatakan: “Dari Abu Musa al-Asy’ari ra. dari Nabi saw. beliau bersabda:”Kelak di hari kiamat orang-orang Islam datang dengan membawa dosa sebesar gunung, kemudian Allah memberi ampunan kepada mereka.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Di hari kiamat, orang mukmin didekatkan kepada Rabb-nya, kemudian memberikan perlindungan kepadanya, dan bertanya: “Tahukah kamu dosa ini?” orang mukmin itu menjawab: “Wahai Rabb-ku, saya tahu.” Allah berfirman: “Sesungguhnya aku telah menutup-nutupi dosamu di duia, dan sekarang Aku ampuni dosa-dosa itu.” Kemudian diberikan kepadanya catatan amal kebaikannya.” (HR Bukhari dan Muslim.)

Dari Ibnu Mas’ud dia berkata: ada seorang laki-laki mencium seorang wanita kemudian ia menghadap Nabi saw. dan menceritakan kepada beliau tentang apa yang telah ia kerjakan, kemudian turunlah firman Allah Ta’ala: aqimish shalaata tharafayin naHaari wa zulfam minal laili innal hasanaati yudz Hibnaa yudz Hibnas sayyi-aati (“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang [pagi dan petang] dan pada sebagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapus [dosa] perbuatan-perbuatan yang buruk.”) orang itu bertanya: “Wahai Rasulallah, apakah ini hanya untuk saya?” Beliau menjawab: “Untuk semua umatku.” (HR Bukhari dan Muslim)

Ziarah Kubur dan Larangan Minta Mati


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits; Bukhari-Muslim

Dari Buraidah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Semula aku melarang kalian untuk ziarah kubur, tetapi sekarang berziarahlah kalian!” (HR Muslim)

Dalam riwayat lain dikatakan: “Maka siapa saja yang menginginkan ziarah kubur, maka berziarahlah. Sesungguhnya ziarah kubur dapat mengingatkan akhirat.”

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: Setiap giliran Rasulullah saw. bermalam di tempat ‘Aisyah, pada akhir malam Rasulullah saw. keluar menuju ke makam Baqi’, kemudian mengucapkan: “Assalaamu ‘alaikum daara qaumim mu’miniin wa ataakum maa tuu-‘aduuna ghadam mu-ajjaluuna. Wa innaa insyaa-allaaHu bikum laahiquun. AllaaHummaghfir li-aHli baqii’il gharqadi (“Salam sejahtera semoga terlimpah atas kalian wahai penghuni perkampungan kaum mukminin, dan akan diberikan kepada kalian apa yang dijanjikan-Nya, pada masa yang telah ditentukan. Sesungguhnya kami insya Allah akan menyusul kalian. Ya Allah, ampunilah dosa penghuni Baqi’al ghardad”)” (HR Muslim)

Dari Buraidah ra. ia berkata: Nabi saw. sering mengajarkan kepada para shahabat apabila mereka berziarah kubur, hendaklah mengucapkan: assalaamu ‘alaikum aHlad diyaari minal mu’miniina wal muslimiina wa innaa insyaa-allaHu bikum laahiquun. As-alullaaHa lanaa wa lakumul ‘aafiyaH (“Salam sejahtera semoga terlimpahkan atas kalian wahai penghuni perkampungan [yang terdiri dari] orang-orang mukmin dan muslim, dan kami insya Allah akan menyusul kalian. Semoga Allah melimpahkan keselamatan kepada kami dan kepada kalian.” (HR Muslim)

Dari Ibnu ‘Abbas ra. ia berkata: Rasulullah saw. melewati sebuah kuburan di Madinah, kemudian beliau menghadapkan wajahnya ke pekuburan dan mengucapkan: assalaamu ‘alaikum yaa aHlal qubuuri yaghfirullaaHu lanaa wa lakum, antum salafunaa wa nahnu bil atsar (“Salam sejahtera semoga terlimpahkan atas kalian wahai penghuni kubur, semoga Allah memberi ampunan kepada kami dan kepada kalian. Kalian telah mendahului kami dan kami akan mengikuti kalian.”)” (HR Tirmdzi)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah sekali-sekali salah seorang di antara kalian mengharapkan mati. Apabia ia orang baik, masih ada kemungkinan dapat menambah kebaikan. Dan apabila ia orang jahat, mungkin ia akan berhenti dari kejahatannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim dikatakan, dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan mati. Dan janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan mati. Dan janganlah berdoa ingin mati sebelum ajal datang. Karena jika ia mati maka terputuslah segala amalnya. Sesungguhnya orang yang bertambah umurnya akan bertambah pula amal baiknya.”

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah sekali-sekali salah seorang di antara kalian mengharapkan mati karena menderita. Andaikan terpaksa menginginkan mati, maka hendaklah ia berdoa: AllaaHumma ahyinii maa kaanatil hayaatu khairan lii, wa tawaffanii idzaa kaanatil wafatu khairan lii (“Ya Allah, panjangkanlah hidupku ini jika hidup lebih baik bagiku. Dan matikanlah, andaikan mati itu lebih baik bagiku.”)” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Qais bin Abu Hazim, ia berkata: Kami berkunjung ke tempat Khabbab bin al-Arat. Ia terkena besi panas pada tujuh tempat, lalu ia berkata: “Sesungguhnya kawan-kawan kami, mereka telah meninggal dan mereka tidak tergoda oleh dunia. Tetapi kini, kami tergoda oleh harta yang tidak pantas diletakkan kecuali di dalam tanah. Andaikan Nabi saw. tidak melarang kami untuk berdoa minta mati, niscaya aku memintanya.” Selang beberapa saat, kami datang lagi dan ia sedang membuat tembok, seraya berkata: “Sesungguhnya orang Islam selalu mendapat pahala dari yang dibelanjakannya, kecuali harta yang dibelanjakan untuk tanah ini.” (HR Bukhari dan Muslim)

Menangis karena Takut kepada Allah


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – Hadits

Firman Allah: “ Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.” (al-Israa’: 109)

Firman Allah: “Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitahuan ini? Dan kamu menertawakan dan tidak menangis?” (an-Najm: 59-60)

Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda kepadaku: “Bacalah al-Qur’an untukku.” Saya menjawab: “Wahai Rasulallah, bagaimana saya harus membacakan buat engkau, padahal al-Qur’an diturunkan kepadamu?” Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku ingin mendengar al-Qur’an itu dibaca oleh orang lain.” Kemudian saya membacakan untuk beliau surat an-Nisaa’. Sampai pada ayat: fa kaifa idzaa ji’naa ming kulli ummatim bisyaHiidiw wa ji’naa bika ‘alaa Haa ulaa-i syaHiidaa (“Maka bagaimanakah [halnya orang kafir itu nanti], apabila Kami mendatangkan seorang saksi [rasul] dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu [Muhammad] sebagai saksi atas mereka itu [sebagai umatmu],” beliau bersabda: “Cukup sampai di situ!” kemudian saya menoleh kepada beliau dan saat itu kedua matanya sedang bercucuran air mata.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. pernah berkhutbah, dan saya belum pernah mendengarny. Beliau bersabda: “Andaikan kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan pasti akan banyak menangis.” Anas berkata: “Mendengar yang demikian para shahabat Rasulullah saw. menutupi muka mereka sambil menangis terisak-isak.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah, sehingga air susu itu kembali ke puntingnya. Tidak akan berkumpul debu yang menempel karena berjuang di jalan Allah dengan asap neraka jahanam.” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Ada tujuh kelompok yang akan memperoleh naungan Allah, pada hati yang tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: 1) pemimpin yang adil. 2) pemuda yang giat beribadah kepada Allah. 3) seseorang yang hatinya selalu digantungkan [ditautkan] dengan masjid. 4) dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah. 5) seorang laki-laki yang dirayu oleh seorang perempuan bangsawan yang cantik rupawan, lalu ia berkata: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah. 6) seseorang yang memberikan sedekah lalu disembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya. 7) seseorang yang mengingat [berdzikir] kepada Allah di tempat yang sunyi kemudian kedua matanya bercucuran air mata.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah bin Asy-Syaikhkhir ra. ia berkata: saya mendatangi Rasulullah saw. sedangkan beliau sedang shalat, dan di dalam perutnya terdengar suara seperti suara air sedang mendidih, saat beliau menangis.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepada Ubay bin Ka’ab: “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla itu menyuruhku untuk membacakan: lam yakunilladziina kafaruu. Ubay bertanya: “Allah menyebut nama saya kepadamu?” Beliau menjawab: “Ya.” Maka Ubay menangis. (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Setelah Rasulullah saw. wafat Abu Bakar mengajak Umar ra. ia berkata: “Mari kita berkunjung ke rumah Ummu Aiman ra. sebagaimana Rasulullah dulu sering mengunjunginya.” Ketika keduanya sampai di tempat Ummu Aiman, ia menangis, lalu keduanya bertanya: “Apa yang menyebabkan engkau menangis? Bukankah engkau sudah tahu bahwa yang disediakan Allah untuk Rasul-Nya itu sangat baik?” ia menjawab: “Sesungguhnya saya menangis bukan sebab itu, saya tahu bahwa apa yang disediakan Allah untuk Rasulullah itu sangat baik, namun saya menangis karena wahyu dari langit telah terputus.” Ternyata perkataan Ummu Aiman itu mendorong keduanya untuk menangis, maka menangislah keduanya.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: ketika Rasulullah saw. sakit keras, ada seseorang yang menanyakan tentang imam shalat, kemudian beliau bersabda: “Suruhlah Abu Bakar untuk mengimami shalat.” ‘Aisyah berkata: “Sesungguhnya Abu Bakar itu orang yang amat lembut hatinya, apabila ia membaca al-Qur’an ia tidak dapat menahan tangisnya.” Namun beliau bersabda: “Suruhlah ia [Abu Bakar] untuk menjadi imam.”
Dalam riwayat Aisyah ra. yang lain dikatakan, bahwa ‘Aisyah berkata: “Sesungguhnya Abu Bakar apabila menempati tempatmu [menjadi imam], orang-orang tidak mendengar bacaan shalatnya karena menangis.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibrahim bin Abdurrahman bin ‘Auf ia berkata: Dihidangkan makanan kepada Abdurrahman bin ‘Auf ra. tetapi waktu itu ia sedang berpuasa, dan ia berkata: “Mush’ab bin Umair ra. adalah orang yang lebih baik daripada aku, ketika ia terbunuh di dalam peperangan tidak ada kain yang dapat mengkafaninya kecuali sepotong selimut yang terbuat dari bulu. Apabila kepalanya ditutupi, maka terbukalah kakinya. Kemudian kami telah diberi kekayaan dunia yang banyak.” Atau ia berkata: “Kami telah diberi kekayaan dunia sebanyak-banyaknya. Kami khawatir, jika kebaikan kami telah dibalas dengan kekayaan ini.” Kemudian ia terus menangis dan meninggalkan makanan itu. (HR Bukhari)

Dari Abu Umamah Shuday bin ‘Ajlan al-Bahiliy ra., dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tidak ada sesuatupun yang lebih dicintai Allah daripada dua tetes dan dua bekas, yaitu tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang menetes sewaktu berjuang di jalan Allah. Adapun dua bekas adalah bekas luka sewaktu berjuang di jalan Allah dan bekas dari menjalankan salah satu kewajiban-kewajiban Allah Ta’ala.” (HR Tirmidzi)

Dari al-‘Irbadh bin Sariyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. telah memberi suatu nasehat kepada kami, nasehat itu dapat menggetarkan hati dan mencucurkan air mata.”

Akhlak Islam


1. Definisi Akhlak
Menurut bahasa: Tabiat dan kebiasaan.
Menurut istilah: kondisi jiwa yang mantap, darinya keluar perbuatan dan perkataan dengan mudah tanpa pikir dan angan-angan.

2. Urgensi Akhlak dalam Islam
a. Perilaku manusia selalu bersesuaian dengan nilai dan sifat yang telah tetap dan melekat di dalam qalbunya. Al-Ghazali berkata: “Semua sifat yang terdapat di dalam qalbu, pasti pengaruhnya akan terlihat dalam perilaku, sehingga manusia tidak akan berperilaku kecuali pasti telah sesuai dengan apa yang ada di dalam qalbunya.” Allah berfirman: “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya Hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (al-A’raaf: 58).
b. Sesungguhnya sikap manusia untuk berbuat atau tidak berbuat, selalu dia timbang dengan menggunakan akhlak sebagai ukurannya, jadi benar dan tidaknya sikap tersebut tergantung pada nilai akhlak yang ada pada qalbunya.

3. Kedudukan Akhlak dalam Islam
a. Sebagai sebab diturunkannya risalah. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya saya diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
b. Sebagai definisi dari agama. Rasulullah ditanya, apakah agama itu? Rasul menjawab: ‘Agama adalah akhlak yang baik’ (HR. Ahmad).
c. Mengantarkan pada iman yang sempurna. Rasulullah bersabda: “Seorang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling sempurna akhlaknya.”
d. Penyebab masuk surga. Rasulullah ditanya; apa yang paling banyak mengantarkan manusia ke surga? Rasulullah menjawab: ‘Akhlak yang baik.’ Rasulullah ditanya, apa yang paling banyak mengantarkan manusia ke neraka? Rasulullah menjawab: ‘Mulut dan kemaluan.’ (HR Tirmidzi)
e. Allah mensifati Rasulullah dengan “Husnul Khuluk” (an-Nisaa’: 67). Ketika ‘Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah, beliau menjawab: akhlaknya adalah al-Qur’an.
f. Rasulullah berdoa kepada Allah agar dibaguskan akhlaknya. “Ya Allah tunjukkanlah saya kepada akhlak yang baik sesungguhnya tiada yang memberi petunjuk kepada akhlak yang baik kecuali Engkau, palingkanlah kami dari akhlak yang buruk, sesungguhnya tiada yang memalingkan kecuali Engkau.”
g. Yang paling dicintai oleh Rasulullah. “Sesungguhnya yang paling aku cintai dan yang paling dekat denganku di hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya.”

4. Karakteristik Akhlak dalam Islam
1. Menyeluruh, meliputi seluruh perilaku manusia, baik hubungannya terhadap diri sendiri maupun dengan orang lain, baik personal, dengan kelompok, negara dll.
2. Komitmen, baik dalam sarana maupun tujuan. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Mahamelihat apa yang kamu kerjakan. (al-Anfaal: 72)
3. Mendapat balasan yang baik bagi yang melakukannya. Demikianlah diberikan pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (QS.65: 2).
4. Sesuai dengan fitrah yang benar. “Kebaikan itu adalah akhlak yang baik dan dosa itu adalah yang tidak nyaman dalam dirimu dan engkau tidak suka dilihat orang lain.” (HR. Muslim)
5. Selalu dikaitkan dengan nilai-nilai iman. “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. 3: 200)
“ Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS: 5: 8). Rasulullah bersabda: “Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.” Shahabat bertanya: “Siapa ya Rasulallah?” Rasulallah menjawab: “Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari)

5. Jalan Menuju Akhlak yang Baik
1. Membekali diri dengan ilmu
a. Ilmu untuk mengetahui akhlak yang baik
b. Ilmu untuk mengetahui akhlak yang buruk
c. Menjaga ilmu
2. Mengokohkan nilai-nilai Islam
3. Berlatih (mengerjakan akhlak yang baik)
4. Menjalankan berbagai macam ibadah
5. Bergaul dengan oang-orang shalih
6. Mengambil teladan yang baik
7. Meninggalkan lingkungan yang jelek dan mencari lingkungan yang baik
8. Membiasakan diri untuk menerima nasehat