Selasa, 29 Oktober 2013

Berharap Kepada Allah (4)


Riyadhush shalihin; Imam nawawi; al-Qur’an-Hadits

Dari Anas ra. ia berkata: ada seseorang datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Wahai Rasulallah, saya telah berbuat sesuatu yang harus dikenakan hukuman. Maka laksanakanlah hukuman itu kepada saya.” Kemudian tibalah waktu shalat, maka ia shalat bersama-sama beliau. Setelah selesai, ia berkata lagi: “Wahai Rasulallah, saya telah berbuat sesuatu yang harus dikenakan hukuman. Maka laksanakanlah hukuman itu kepada saya, sesuai dengan ketentuan Allah.” Beliau bersabda: “Bukankah kamu tadi shalat bersama-sama kami?” Ia menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Dosamu telah diampuni.” (HR Bukhari dan Muslim)
Keterangan: Perbuatan yang dikerjakan oleh orang tersebut tidaklah tergolong perbuatan yang harus dikenakan hukuman berat seperti berbuat zina dan meminum khamr.

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah sangat ridla (senang) kepada orang yang apabila makan ia memuji kepada-Nya, atau apabila minum, ia memuji kepada-Nya, karena merasa telah mendapatkan rahmat.” (HR Muslim)

Dari Abu Musa ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala membentangkan tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima tobat orang yang berdosa pada waktu siang. Dan Ia membentangkan tangan-Nya pada waktu siang untuk menerima tobat orang yang berbuat dosa pada waktu malam, sampai matahari terbit dari barat [hari kiamat].” (HR Muslim)

Dari Abu Najih ‘Amr bin ‘Abasah As-Sulamiy ra. ia berkata: “Pada zaman jahiliyah, saya menduga bahwa semua manusia itu berada dalam kesesatan dan tidak ada yang berada dalam kebenaran, serta semua manusia menyembah berhala. Kemudian saya mendengar, bahwa di Makkah ada seseorang yang mengajarkan ajaran-ajaran yang baik, maka saya segera kesana dengan berkendaraan. Di masa itu Rasulullah saw. masih sembunyi-sembunyi dan dianiaya oleh kaumnya. Saya merasa iba. Sesampainya di Makkah dan berjumpa dengannya, saya bertanya: “Siapa engkau?” Beliau menjawab: “Aku adalah seorang Nabi.” Saya bertanya: “Apakah Nabi itu?” Beliau menjawab: “Allah mengutusku.” Saya bertanya: “Untuk apa Allah mengutusmu?” Beliau menjawab: “Allah mengutusku untuk menyambung tali persaudaraan, menghancurkan berhala dan mengesakan Allah, dan Allah tidak boleh dipersekutukan dengan sesuatu pun.” Saya bertanya: “Siapa sajakah yang mengikuti engkau di dalam ajaran seperti ini?” Beliau menjawab: “Orang merdeka dan hamba sahaya.”
Pada waktu itu orang yang telah mengikuti di antaranya adalah Abu Bakar dan Bilal ra. Saya berkata: “Sesungguhnya saya akan mengikuti engkau.” Beliau menjawab: “Sesungguhnya sekarang kamu belum bisa mengikuti ajaran ini. Bukankah kamu tahu keadaanku dan keadaan orang-orang di sekelilingku. Kembalilah kepada keluargamu, nanti apabila kamu mendengar aku telah mendapatkan kemenangan, maka datanglah kepadaku.”

Kemudian Amr’ kembali kepada keluarganya. Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah saya masih tetap mencari-cari kabar kepada keluargaku, sehingga datanglah sekelompok penduduk Madinah, dan saya bertanya: “Bagaimana berita seseorang yang baru datang di Madinah itu?” Mereka menjawab: “Orang-orang Madinah menyambut kedatangannya, sedangkan kaumnya bermaksud untuk membunuhnya, tetapi mereka tidak mampu.” Kemudian saya pergi ke Madinah dan menemui beliau dan bertanya: “Wahai Rasulallah, apakah engkau masih mengenal saya?” Beliau menjawab: “Ya, kamu adalah orang yang pernah menemuiku di Makkah.” ‘Amr berkata: “Wahai Rasulallah, beritahukan kepada saya tentang apa saja yang diajarkan Allah kepada engkau, dan saya belum mengetahuinya. Beritahukan kepada saya tentang shalat.” Beliau bersabda: “Shalat shubuh-lah kamu, kemudian berhentilah sampai matahari terbit setinggi tombak, karena ketika matahari itu terbit seolah-olah ia terbit di antara dua tanduk setan dan pada saat itu orang-orang kafir sujud kepada matahari. Kemudian shalatlah sekehendak hatimu, karena sesungguhnya shalat itu disaksikan dan dihadiri malaikat, sehingga matahari itu hampir tergelincir kira-kira sepanjang tombak, kemudian berhentilah dari shalat karena waktu itu neraka jahanam sedang dinyalakan. Apabila matahari telah tergelincir, shalatlah, karena shalat itu disaksikan dan dihadiri oleh malaikat sehingga kamu mengerjakan shalat asyar. Lalu berhentilah shalat sampai matahari terbenam karena pada waktu matahari terbenam itu seolah-olah terbenam di antara dua tanduk syaitan. Dan pada waktu itu juga orang-orang kafir sujud kepada matahari.”

‘Amr berkata: “Saya berkata: “Wahai Rasulallah, beritahukan kepada saya tentang wudlu.” Nabi bersabda: “Apabila seseorang di antara kamu mengerjakan wudlu, berkumurlah, dan memasukkan air ke dalam hidung serta semburkanlah lagi keluar, maka berjatuhanlah dosa-dosa muka, mulut dan hidungnya. Apabila ia membasuh muka sebagaimana yang diperintahkan Allah, maka berjatuhanlah dosa-dosa mukanya melalui ujung dagunya bersama-sama dengan air. Apabila ia membasuh kedua tangannya sampai siku, maka berjatuhanlah dosa-dosa kedua tangannya melalui ujung jari-jarinya bersama-sama dengan air. Apabila ia mengusap kepala, maka berjatuhanlah dosa-dosa kepalanya melalui ujung rambutnya bersama-sama dengan air. Apabila ia membasuh kedua kakinya sampai mata kaki, maka berjatuhanlah dosa-dosa kedua kakinya melalui ujung jari-jarinya bersama-sama dengan air. Kemudian apabila ia berdiri untuk mengerjakan shalat dimana ia memuji, menyanjung dan mengagungkan Allah dengan bacaan-bacaan yang telah ditentukan serta membersihkan hatinya, hanya ditujukan kepada Allah Ta’ala saja, maka hilanglah semua dosanya bagaikan keadaannya ketika ia dilahirkan oleh ibunya.”

Ketika ‘Amr bin Abasah menceritakan hadits ini kepada Abu Umamah menegurnya: “Hai ‘Amr perhatikanlah apa yang kamu ucapkan. Apakah mungkin seseorang itu diberi ampunan sebesar itu hanya dengan mengerjakan serangkaian amalan saja?” ‘Amr menjawab: “Wahai Abu Umamah, usiaku sudah lanjut, tulangku sudah rapuh dan ajalku hampir tiba, maka buat apa aku mendustakan Allah Ta’ala. Andaikan aku hanya mendengar satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali, lima kali, enam kali, dan tujuh kali saja dari Rasulullah saw. aku pasti tidak akan menceritakan hal itu selama-lamanya, tetapi aku mendengarnya lebih dari.” (HR Muslim)

Dari Abu Musa al-Asy’ari ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Apabila Allah berkehendak menurunkan rahmat kepada suatu umat, maka Allah mewafatkan Nabi-Nya sebelum umat itu binasa, dimana Nabi itu dijadikan perintis jalan dan simpanan bagi umat itu. Dan apabila Allah berkehendak menyiksa suatu umat, maka disiksa-Nya umat itu di waktu Nabi-Nya masih hidup supaya Nabi itu melihat dan merasa lega atas binasanya umat itu dikarenakan mendustakan dan mendurhakai perintahnya.” (HR Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar