Selasa, 12 November 2013

Ghibah yang Diperbolehkan


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits

Ghibah (menggunjing) diperbolehkan apabila mencapai tujuan yang dibenarkan oleh syara’, dimana tujuan itu tidak akan tercapai kecuali dengan jalan ghibah. Yakni ada enam:

1. Untuk mengadukan orang yang menganiaya kepada penguasa atau wali hakim. Misalnya orang yang dianiaya itu mengatakan: “Si fulan menganiaya saya dengan demikian.”

2. Minta tolong untuk mengubah (melenyapkan) orang yang berbuat kemungkaran dan mengembalikannya ke jalan yang benar. Misalnya seseorang berkata kepada orang yang diharapkan mampu membantu melenyapkan kemungkaran: “Si fulan berbuat begini.” Dan lain sebagainya, dengan maksud untuk melenyapkan kemungkaran.

3. Minta fatwa (nasehat). Misalnya seseorang berkata kepada mufti (yang memberi nasehat): “Saya diperlakukan begini, oleh bapak saya, saudara saya dan istri saya, atau oleh si fulan; lalu bagamana sebaiknya?”

4. Memberi peringatan atau nasehat kepada kaum muslimin, agar tidak terjerumus ke dalam kejahatan.

5. Dengan terus terang menegur orang yang melakukan kafasikan dengan terus terang seperti menegur orang yang meminum minuman keras, merampas harta orang lain, orang yang menerapkan kebatilan dan lain sebagainya.

6. Memberi penjelasan atau pengertian, misalnya ada seseorang yang lebih dikenal dengan gelar: “Si Buta, Si Tuli, Si Bisu.” Dan lain sebagainya. Dalam hal ini seseorang diperbolehkan menyebutnya dengan gelar tetapi tidak bermaksud mengejek atau menghina, kalau bisa hendaknya dihindari menyebut gelar-gelar semacam itu. Enam hal di atas telah disepakati oleh para ulama berlandaskan hadist-hadits yang shahih berikut ini:

Dari ‘Aisyah ra. bahwasannya ada seseorang minta izin kepada Nabi saw. kemudian beliau bersabda: “Berilah izin orang ini, ia adalah orang yang sangat jahat di tengah-tengah keluarganya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Aku tidak mengira sedikitpun kalau si fulan dan si fulan itu mengetahui tengang agama kami.” (HR Bukhari)

Dari Fathimah binti Qais ra. ia berkata: Saya datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Sesungguhny saya telah dilamar oleh Abu Jahm dan Mu’awiyah.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Adapun Mu’awiyah ialah orang yang miskin yang tidak mempunyai harta kekayaan, dan Abu Jahm itu tidak pernah menaruh tongkat dari bahunya (orang yang suka memukul).” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Adapun Abul Jahm ia adalah orang yang suka memukul istri.”

Dari Zaid bin Arqam ra. ia berkata: Ketika kami berada dalam perjalanan bersama Rasulullah saw. tiba-tiba rombongan itu mendapat kesulitan, kemudian Abdullah bin Ubay berkata: “Janganlah kalian membantu orang-orang yang bersama Rasulullah saw. sehingga mereka meninggalkan tempat ini. Seandainya kami telah sampai itu mengusir orang-orang yang rendahan.” Kemudian saya datang kepada Rasulullah saw. dan menyampaikan hal itu, beliau lantas mengutus seseorang untuk memanggil Abdullah bin Ubay tetapi ia tidak mengakui terhadap apa yang telah diperbuatnya dan ia menguatkan pengakuannya itu dengan sumpah, sehingga orang-orang disitu mengatkan: “Zaid telah berdusta kepada Rasulullah saw.” maka betapa sedihnya hatiku di dalam menanggapi apa yang mereka katakan. Akhirnya Allah Ta’ala menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya untuk membenarkan saya, yang berbunyi: “Idzaa jaa-akal munaafiquuna… dan seterusnya. Kemudian Nabi saw. memanggil mereka agar mereka mau memohon ampun, tetapi mereka menggelengkan kepala.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: Hindun yang istri Abu Sufyan itu berkata kepada Nabi saw.: “Sesungguhnya Abu Sufyan adalah suami yang kikir. Ia tidak pernah memberi belanja yang cukup bagi saya dan anak saya, kecuali apabila saya mengambil tanpa sepengetahuannya.” Beliau bersabda: “Ambillah belanja yang cukup untuk kamu dan anakmu dengan cara yang baik.” (HR Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Ada tiga macam orang yang terkena laknat Allah SWT iaitu seorang yang membenci kedua ibu bapanya, seseorang yang berusaha menceraikan sepasang suami isteri, kemudian setelah isteri tersebut dicerai ia menggantikannya sebagai suaminya dan seseorang yang berusaha agar orang-orang mukmin saling membenci dan saling mendengki antara sesamanya dengan hasutan-hasutannya". (Hadis Riwayat Ad Dailami daripada Umar r.a)

Adab Terhadap Orang Sakit dan Jenazah

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits Bukhari-Muslim

Dari al-Barra’ bin Azib ra. ia berkata: Rasulullah saw. memerintahkan kepada kami untuk menjenguk orang sakit, mengiring jenazah, mendoakan orang bersin (yang memuji Allah), menepati sumpah, menolong orang teraniaya, memenuhi undangan dan menyebarluaskan salam.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Hak orang Islam atas orang Islam lain ada lima: menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, memenuhi undangan, mendoakan orang yang bersin (yang memuji Allah).” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Pada hari kiamat, Allah Azza wa Jalla berfirman: “Hai anak Adam (manusia)! Aku sakit tetapi engkau tidak menjenguk-Ku.” Anak Adam menjawab: “Wahai Tuhanku, bagaimana aku meski menjenguk-MU, sedang Engkau adalah Tuhan semesta alam.” Allah berfirman: “Tidakkah kamu tahu bahwa hamba-Ku si Fulan sakit, tetapi kamu tidak mau menjenguknya. Tidakkah kamu tahu bahwa seandainya kamu mau menjenguknya, niscaya kamu menemukan Aku ada di sisinya. Wahai anak Adam, aku minta makan kepadamu tetapi kamu tidak mau memberi makan kepada-Ku.” Anak Adam menjawab: “Wahai Tuhanku, bagaimana aku mesti memberi makan kepada-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?” Allah berfirman: “Apakah kamu tidak tahu bahwa hamba-Ku si fulan minta makan kepadamu tetapi kamu tidak mau memberinya makan. Apakah kamu tidak tahu bahwa seandainya kamu memberinya makan niscaya kamu mendapatkan hal itu tertulis di sisi-Ku. Wahai anak Adam, Aku minta minum kepadamu tetapi kamu tidak mau memberi minum kepada-Ku.” Anak Adam menjawab: “Wahai Tuhanku bagaimana aku mesti memberimu sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam.” Allah berfirman: “Hamba-Ku si fulan minta minum kepadamu sedangkan kamu tidak mau memberinya minum. Sungguh seandainya kamu memberinya minum niscaya kamu akan menemukan hal itu tertulis di sisi-Ku.” (HR Muslim)

Dari Abu Musa ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Kalian tengoklah orang sakit, berilah makan orang yang lapar dan lepaskanlah (tolonglah) orang yang menderita.” (HR Bukhari)

Dari Tsauban ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: Sungguh orang Islam itu apabila ia mengunjungi saudaranya sesama muslim, maka ia tetap berada di kebun surga hingga ia kembali.” Ditanyakan: “Wahai Rasulallah. Apakah khurfatul jannah itu?” Rasulullah saw. bersabda: “Kebun yang sedang berbuah di surga.” (HR Muslim)

Dari Ali ra ia berkata: saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Setiap orang muslim yang menjenguk sesama muslim pada waktu pagi, maka ia akan dimintakan rahmat oleh tujuh puluh ribu malaikat sampai waktu sore. Dan apabila ia menjenguknya pada waktu sore, maka ia akan dimintakan rahmat oleh tujuh puluh ribu malaikat sampai waktu pagi, serta ia mendapat jaminan buah-buahan yang siap dimakan di dalam surga.” (HR Turmudzi)

Dari Anas ra. ia berkata: Ada seorang pemuda Yahudi yang biasa melayani Nabi saw. sakit dan Nabi datang untuk untuk menjenguknya, lantas beliau duduk dekat kepalanya seraya bersabda: “[Masuk] Islam-lah.” Ia melihat ayahnya yang berada di situ juga, kemudian ayahnya berkata: “Patuhilah Abu Qasim.” Maka ia pun masuk Islam. Kemudian Nabi saw. keluar sambil mengucapkan: alhamdu lillaaHil ladzii anqadzaHuu minan naar (segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari neraka.) (HR Bukhari)

Dari Ibu ‘Abbas ra. bahwasannya Ali bin Abi Thalib ra. keluar dari rumah Rasulullah saw. pada waktu beliau sakit menjelang meninggal, kemudian para shahabat bertanya: “Wahai Abul Hasan, bagaimana keadaan Rasulullah saw. pagi ini?” Ali menjawab: “Alhamdulillah, pagi ini agak baik.” (HR Bukhari)

Sunnah Berjabat Tangan


Riyadhush shalihin; Imam nawawi; al-Qur’an-Hadits

Dari Abul Khaththab (Qatadah) ia berkata: “Saya bertanya kepada Anas: “Apakah para shahabat saw. itu biasa berjabat tangan?” ia menjawab: “Ya.” (HR Bukhari)

Dari Anas ra. ia berkata: Ketika orang-orang dari negeri Yaman datang, maka Rasulullah saw. bersabda: “Kini telah datang penduduk kota Yaman dan mereka itulah orang yang pertama kali datang dengan berjabat tangan.” (HR Abu Dawud)

Dari Al-Barra’ ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:”Dua orang Islam yang bertemu kemudian mereka berjabat tangan maka dosa kedua orang itu diampuni sebelum keduanya berpisah.” (HR Abu Dawud)

Dari Anas ra. ia berkata: ada seorang bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulallah, apabila seorang di antara kami bertemu dengan saudara atau kawannya apakah ia harus membungkukkan diri?” Beliau menjawab: “Tidak.” Ia bertanya: “Apakah ia harus mendekap dan menciumnya?” Beliau menjawab: “Tidak.” Ia bertanya lagi: “Apakah ia harus memegang tangannya dan menjwabatnya?” Beliau menjawab: “Ya.” (HR Turmudzi)

Dari Saffan bin ‘Assal ra, ia menceritakan bahwa ada seorang Yahudi berkata kepada kawannya: “Marilah kita pergi menemui Nabi.” Maka keduanya datang kepada Rasulullah saw. dan menanyakan tentang sembilan ayat. Setelah dijawab oleh Nabi saw. kemudian mereka mencium tangan dan kaki Rasulullah saw. seraya berkata: “Kami bersaksi sesungguhnya engkau adalah seorang Nabi.” (HR Turmudzi)

Dari Ibnu Umar ra. ia menceritakan sebuah kisah yang di dalamnya terdapat kalimat: “Kemudian kami mendekat Nabi saw. dan mencium tangan beliau.” (HR Abu Dawud)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: “Zaid dan Haritsah datang ke Madinah dan Rasulullah saw. sedang berada dirumahku, kemudian ia datang dan mengetuk pintu, lantas Nabi saw. bangkit dan menarik kainnya, serta memeluk dan menciumnya.” (HR Turmudzi)

Dari Abu Dzar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepada saya: “Janganlah kamu sekali-sekali meremehkan kebaikan, walaupun hanya dengan bermuka manis apabila kamu berjumpa dengan saudaramu.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Nabi saw. mencium al-Hasan bin Ali ra. kemudian al-Aqra bin Habis berkata: “Sesungguhnya saya mempunyai sepuluh anak, tetapi saya tidak pernah mencium seorangpun dari mereka.” Maka Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa tidak mengasihi maka tidak akan dikasihi.” (HR Bukhari dan Muslim)

Tanda Allah Mencintai Hamba-Nya


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits
Allah berfirman: “Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imraan: 31)

“Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui.” (al-Maa’idah: 54)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda, bahwa Allah Ta’ala berfirman: “Siapa saja yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku menyatakan perang kepadanya. Sesuatu yang paling Aku sukai dari yang dikerjakan hamba-Ku untuk mendekatkan diri kepada-Ku, yaitu apabila ia mengerjakan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Seseorang itu senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengerjakan amalan-amalan sunnah, sehingga aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, maka Aku merupakan pendengaran yang ia pergunakan untuk mendengar, Aku merupakan penglihatan yang ia pergunakan untuk melihat, Aku merupakan tangan yang ia pergunakan untuk menyerang dan Aku merupakan kaki yang ia pergunakan untuk berjalan. Seandainya ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya, seandainya ia berlindung diri kepada-Ku, niscaya Aku melindunginya.” (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil Jibril seraya berfirman: ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai Fulan, maka cintailah ia.’ Kemudian Jibril mencintai oran itu dan berkata kepada penghuni langit: ‘Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia.’ Penghuni langit pun akhirnya mencintai orang itu. Setelah itu kecintaannya diteruskan kepada penghuni bumi.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim yang lain dikatakan: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya apabila Allah Ta’ala mencintai seseorang hamba, maka Allah memanggil Jibril dan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mencintai fulan, maka cintailah ia.’ Kemudian Jibril mencintai orang itu. Setelah itu Jibril berkata kepada penghuni langit: ‘Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia.’ Penghuni langit pun mencintai orang itu. Setelah itu kecintaannya diteruskan kepada penghuni bumi. Dan apabila Allah membenci seseorang, maka Allah memanggil Jibril dan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku membenci fulan, maka bencilah ia.’ Kemudian Jibril membenci orang itu. Setelah itu Jibril berkata kepada penghuni langit: ‘Sesungguhnya Allah membenci fulan, maka bencilah ia.” Kemudian kebencian itu diteruskan kepada penghuni bumi.”

Dari Aisyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. mengutus seseorang untuk mengimami shalat pada suatu pasukan. Dalam shalatnya, ia selalu menutup bacaannya dengan ucapan: qul HuwallaaHu ahad (surat al-Ikhlash). Ketika pulang mereka menceritakan hal yang demikian itu kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda: “Tanyakan kepadanya, mengapa ia berbuat demikian.” Merekapun menanyakannya dan orang itu menjawab: “Karena ayat ini mengandung sifat Dzat yang Maha Pemurah, maka saya senang membacanya.” Setelah disampaikan kepada Rasulullah saw. beliau bersabda: “Beritahukan kepadanya, bahwa Allah Ta’ala mencintainya.” (HR Bukhari dan Muslim)