Minggu, 20 Oktober 2013

Wahyu kepada Lebah

“Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.” kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An Nahl: 68-69)

Menutup Aib

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits-hadits tentang Menutup Aib

Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.” (An-Nuur: 19)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Orang yang menutupi kejelekan orang lain di dunia, kelak Allah akan menutupi kejelekannya di akhirat.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Umatku akan mendapat ampunan, kecuali orang yang terang-terangan berbuat dosa. Diantaranya, orang berbuat dosa di malam hari dan pada pagi hari ia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi. Ia bercerita: “Hai fulan, saya tadi malam berbuat begini dan begitu.” Sesungguhnya malam itu Allah telah menutupi perbuatannya, namun pagi harinya ia malah membuka sendiri perbuatannya yang telah Allah tutupi.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Jika seorang budak melakukan zina dan nyata zinanya, hendaklah ia didera dan jangan diejek. Jika ia berbuat zina lagi, maka deralah ia dan jangan diejek. Jika ia berbuat zina untuk ketiga kalinya, maka juallah dia meskipun seharga tali yang terbuat dari bulu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Ada seseorang yang minum minuman keras, kemudian dihadapkan kepada Nabi saw. maka beliau bersabda: “Pukullah orang itu.” Abu Hurairah berkata: “Di antara kami ada yang memukul dengan tangan, sandal dan kain. Tatkala orang itu akan pulang, sebagian orang berkata: “Semoga Allah menghinamu.” Maka beliau bersabda: “Janganlah berkata seperti itu, janganlah kalian membantu setan.” (HR Bukhari)

Menjaga Amal-amal

Riyadhush Shalihi; Imam Nawawi; Hadits-hadits tentang Amal

Allah berfirman: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (al-Hadid: 16)

Allah berfirman: “kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan Rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah[1460] Padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik.” (al-Hadid: 27)

Allah berfirman: “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi tercerai berai kembali.” (an-Nahl: 92)

Allah berfirman: “Dan sembahlah Rabb-mu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (al-Hijr: 99)

Dari Aisyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Perbuatan baik yang paling disukai Allah adalah perbuatan yang terus menerus dikerjakan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Umar bin al-Khaththab ra, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang tertidur tidak membaca hizibnya (bacaan wirid yang biasa dibacanya) atau bacaan lainnya pada waktu malam kemudian dia membacanya pada waktu antara shalat shubuh dengan dzuhur (waktu pagi), maka ditulis baginya seolah-olah ia membaca pada waktu malam.” (HR Muslim)

Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash ra, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Wahai Abdullah, janganlah kamu seperti si fulan, tadinya ia suka bangun untuk shalat malam, kemudian ia meninggalkan shalat malamnya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Aisyah ra, ia berkata: “Rasulullah saw. apabila tidak mengerjakan shalat malam, baik disebabkan sakit atau yang lain, maka beliau mengerjakannya pada waktu siang dengan duabelas rakaat.” (HR Muslim)

Methode Ideal untuk Mempelajari Aqidah Islam

Sebaik apapun suatu agama atau ideologi, kalau cara dan methode memahami dan mempelajarinya tidak benar, maka akan melahirkan suatu agama atau ideologi yang tidak benar pula. Oleh karena itu menjadi sangat penting methode yang benar dalam mempelajari aqidah yang benar tersebut. Berikut ini adalah beberapa methode yang harus kita ikuti dalam mempelajari aqidah Islam: 1. Fiqih aqidah bukan ilmu aqidah. Allah berfirman: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (at-Taubah: 122) Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah menjadikan ia faqih dalam agama.” Rasulullah saw. bersabda (untuk doa Ibnu Abbas): Yaa Allah jadikan ia faqih dalam agama dan ajarilah ta’wil (tafsir) 2. Kembali kepada al-Qur’an dan sunnah Rasul bukan taqlid atau fanatik kepada madzab atau orang tertentu. Allah berfirman: “..Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (an-Nuur: 63). Firman Allah dalam ayat lain: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (an-Nisaa’: 59) Rasulullah saw. bersabda: “Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, selama kalian berpegang teguh dengan keduanya kalian tidak akan sesat selamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. 3. Kembali ke pamahaman ulama salaf bukan ahli kalam dan bid’ah kaum khalaf. Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik masa adalah masaku, kemudian masa berikutnya, kemudian berikutnya…” Rasulullah juga bersabda: “Kalian harus berpegang teguh dengan sunnahku, sunnah khulafaur rasyidin almahdiyyiin, gigitlah ia dengan gigi geraham (peganglah erat-erat dan jangan sampai lepas) 4. Perhatian dan focus kepada pokok-pokok aqidah terdahulu sebelum yang cabang. Dalam mempelajari aqidah Islam harus dimulai dari yang pokok-pokok dahulu sebelum yang cabang. Seperti dalam sebuah hadits bahwa Jibril mengajarkan rukun Iman lalu rukun Islam dan Ikhsan. 5. Merasakan kesederhanaan bukan mempersulit dan berbelit-belit. Allah berfirman: “Katakanlah: ‘Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas da’wahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-ada.” (Shaad: 86). Anas berkata: “Dulu kami pada masa ‘Umar bin al-Khaththab, aku mendengar beliau berkata: ‘Kami dilarang untuk mempersulit diri.’” 6. Obyektif, jelas dan mudah bukan tidak jelas dan bukan pula susah, serta menjauhi tanfir (saling mengkafirkan). Rasulullah bersabda: “Permudahlah dan jangan dipersulit, gembirakanlah dan jangan dibuat takut dan lari [dari agama]”. Allah berfirman: “dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan..” (al-Hajj: 78)

Memenuhi Kepentingan Orang Islam

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits-hadits tentang Memenuhi kepentingan Orang Islam

Allah berfirman: “Dan berbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan.” (al-Hajj: 77)

Allah berfirman: “Dan kebajikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahuinya.” (al-Baqarah:215)

Dari Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesama muslim itu bersaudara. Oleh karena itu, jangan menganiaya dan jangan mendiamkannya. Siapa saja yang memperhatikan kepentingan saudaranya, Allah akan memperhatikan kepentingannya. Siapa saja yang melapangkan satu kesulitan sesama muslim, niscaya Allah akan melapangkan satu kesulitan dan beberapa kesulitannya pada hari kiamat. Siapa saja yang menutupi kejelekan seorang muslim Allah akan menutupi kejelekannya pada hari kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Siapa saja yang menghilangkan satu kesulitan dari beberapa kesulitan yang dialami orang mukmin, maka Allah akan menghilangkan satu kesulitan dari beberapa kesulitannya pada hari kiamat. Siapa saja yang memudahkan urusan orang yang mengalami kesulitan, maka Allah akan memudahkan urusannya baik di dunia maupun di akhirat. Siapa saja yang menutupi kejelekan seorang muslim, maka Allah akan menutupi kejelekannya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa memberi pertolongan kepada hamba-Nya selama ia menolong saudaranya.

Siapa saja yang menempuh jalan guna menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan siapa saja yang berkumpul di salah satu rumah Allah Ta’ala dengan membaca kitab-Nya dan memperdalam kandungannya, maka akan turunlah kepada mereka suatu ketenangan dan mereka selalu diliputi rahmat dan para malaikat selalu memohonkan ampun buat mereka, kemudian Allah menyebut-nyebut siapa saja yang berada di sisi-Nya. Dan siapa saja yang lambat beramal, maka ia tidak akan cepat meraih derajat.” (HR Muslim)

Syafaat

Riyadhush Shalihin; Iman Nawawi; hadits-hadits tentang Syafaat

Allah Ta’ala berfirman: “Siapa saja yang memberikan syafaat yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian (pahala) daripadanya.” (an-Nisaa’: 85)

Dasi Abu Musa al-Asy’ari ra. ia berkata: “Apabila ada orang yang datang kepada Nabi saw. untuk meminta pertolongan, maka beliau memandang siapa saja yang berada di hadapannya dan bersabda: “Berilah pertolongan, niscaya kamu akan memperoleh pahala, karena Allah selalu memenuhi apa yang diucapkan oleh Nabi-Nya apapun yang disukainya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Apapun yang dikehendakinya.”

Dari Ibnu Abbas ra. ia menceritakan tentang Barirah dan suaminya: Nabi saw. bersabda kepada Barirah: “Andai saja kamu kembali kepada suamimu.” Barirah berkata: “Wahai Rasulallah, engkau menyuruh saya?” Beliau bersabda: “Tidak. Saya hanya menganjurkan.” Barirah menjawab: “Kalau begitu saya tidak ingin kembali kepadanya.” (HR Bukhari)

*Barirah adalah istri Mughits. Keduanya hamba sahaya. Ketika Barirah merdeka, ia berhak meneruskan perkawinan atau melepaskan, sedangkan suaminya masih mencintainya. Oleh karena itu Nabi saw. menganjurkan: “Andai saja kamu mau kembali kepadanya, kasihan suamimu.” Ini contoh syafaat, atau suatu usaha kebaikan dengan jasa-jasa baik.

Mendamaikan Orang yang Bersengketa

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits tentang Perdamaian

Allah berfirman: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (an-Nisaa’: 114)

Allah berfirman: “Dan perdamaian itu lebih baik.” (an-Nisaa’: 128)

Allah berfirman: “Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu.” (al-Anfaal: 1)

Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua saudaramu.” (al-Hujurat: 10)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkta: Rasulullah saw. bersabda: “Setiap ruas tulang manusia sebaiknya disedekahi (oleh pemiliknya) setiap hari, (sebagai pernyataan syukur kepada Allah atas keselamatan tulang-tulangnya). Dan macam-macam sedekah itu banyak sekali, diantaranya berlaku adil di antara dua orang yang bersengketa, membantu teman ketika menaiki tunggangannya atau menaikkan barang temannya ke punggung tunggangannya, ucapan yang baik, setiap langkah yang kamu ayunkan untuk melakukan shalat adalah sedekah dan menyingkirkan sesuatu yang merugikan di jalan, juga sedekah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ummu Kultsum binti ‘Uqbah bin Abu Mu’aith ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Bukan pendusta orang yang mendamaikan orang yang sedang sengketa, karena ia bermaksud baik atau berkata baik.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits riwayat Muslim ada tambahannya, yaitu: Ummu kultsum berkata: “Saya tidak pernah mendengar beliau membolehkan orang berkata dusta kecuali dalam tiga hal, yaitu: di dalam peperangan, dalam mendamaikan orang yang sedang bersengketa dan seseorang yang menceritakan keadaan istri atau suaminya (untuk menjaga hubungan baik keduanya).”

Dari Aisyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. mendengar suara orang bertengkar amat keras di depan pintu. Salah satunya ada yang meminta keringanan (hutang), dan meminta bantuan kepada yang lain, tetapi yang mengutangi menjawab: “Demi Allah, saya tidak akan memenuhi permaintaanmu.” Kemudian Rasulullah saw. keluar dan mendekati keduanya dan berkata: “Mana yang bersumpah dengan nama Allah untuk tidak akan berbuat kebaikan?” ia menjawab: “Saya wahai Rasulullah.” “Maka bagi orang itu apa saja yang disukainya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Abbas Sahl bin Sa’ad bin as-Sa’idiy ra. ia berkata: Rasulullah saw. mendengar berita, bahwa di kalangan bani ‘Amr bin ‘Auf terjadi persengketaan, maka Rasulullah saw. bersama beberapa sahabat pergi kesana untuk mendamaikan mereka. Setelah selesai mendamaikan beliau dijamu padahal waktu shalat telah tiba, maka Bilal datang ke Abu Bakar dan berkata: ”Wahai Abu Bakar, sesungguhnya Rasulullah saw. sedang ditahan untuk dijamu oleh Bani ‘Amr, bagaimana jika engkau menjadi imam bagi orang-orang yang akan mengerjakan shalat?” Abu Bakar menjawab: “Baiklah, jika engkau menghendaki demikian.”

Kemudian Bilal mengumandangkan iqamah, lalu Abu Bakarpun maju dan bertakbir, dan orang-orangpun ikut bertakbir. Tiba-tiba Rasulullah saw. datang berjalan di tengah-tengah shaf dan berdiri pada shaf pertama. Orang-orang bertepuk tangan memberi isyarat, tetapi Abu Bakar tidak menoleh di dalam shalatnya. Ketika orang-orang ramai bertepuk memberi isyarat iapun menoleh dan melihat Rasulullah saw. beliaupun memberi isyarat padanya agar ia meneruskan shalatnya, tetapi Abu Bakar mengangkat tangannya seraya memuji Allah dan melangkah mundur sehingga ia berdiri pada shaf pertama. Rasulullah saw. lalu maju dan meneruskan shalatnya menjadi imam.

Setelah shalat selesai beliau menoleh kepada para shahabat dan bersabda: “Wahai sekalian manusia, mengapa ketika terjadi sesuatu di dalam shalat kalian bertepuk tangan? Padahal tepuk tangan itu untuk perempuan yang memberi isyarat. Siapa saja yang mengalami sesuatu di dalam shalat hendaknya ia membaca: “SubhaanallaaH.” (Mahasuci Allah). Dan bagi imam jika mendengar bacaan “SubhaanallaaH.” Hendaklah ia menoleh. Hai Abu Bakar, mengapa engkau tidak meneruskan menjadi imam ketika aku memberi isyarat kepadamu?” Abu Bakar menjawab: “Tidaklah selayaknya bagi anak Abu Qahafah untuk menjadi imam di hadapan Rasulullah saw.” (HR Bukhari dan Muslim)

Muslim Yang Lemah dan Fakir

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadit-hadits

Allah berfirman: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridlaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka.” (al-Kahfi: 28)

Dari Haritsah bin Wahab ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Maukah enkau aku beritahu tentang penghuni surga? Yaitu orang yang lemah dan diremehkan, tetapi kalau ia meminta sesuatu kepada Allah, tentu dikabulkan. Dan maukah engkau aku beritahu tentang penghuni neraka? Yaitu setiap orang yang kasar, keras dan sombong.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abbul Abbas Sahl bin Sa’ad as-Sa’idiy ra. ia berkata: ada seorang laki-laki lewat di depan Nabi saw. kemudian beliau bertanya kepada shahabat yang duduk di sampingnya: “Bagaimana pendapatmu tentang laki-laki yang baru lewat itu?” Shahabat itu menjawab: “Orang itu golongan bangsawan, demi Allah orang itu sangat pantas diterima jika meminang, apabila ia minta sesuatu untuk orang lain pasti berhasil.” Rasulullah saw. pun diam. Kemudian ada lagi yang lewat, lantas Rasulullah saw. bertanya kepada shahabatnya: “Bagaimana pendapatmu tentang orang yang baru lewat itu?” Shahabat itu menjawab: “Wahai Rasulullah, orang itu dari golongan umat Islam yang fakir, apabila meminang pantasnya ia ditolak, apabila meminta sesuatu untuk orang lain tidak akan berhasil, dan apabila berbicara tidak akan didengar.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Orang ini lebih baik dari sepenuh bumi orang yang pertama lewat itu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Kali tertentu surga dan neraka berdebat tentang siapa saja bagiannya. Neraka berkata: “Bagianku oranng-orang yang sombong dan takabbur.” Surga berkata: “Bagianku orang-orang yang lemah dan orang-orang miskin.” Kemudian Allah memberi keputusan kepada keduanya: “Wahai surga sesungguhnya kamu adalah rahmat-Ku, dengan keberadaanmu Aku memberi rahmat kepada siapa saja yang Aku kehendaki. Dan kamu wahai neraka, sesungguhnya kamu adalah siksaan-Ku, dengan adanya kamu Aku menyiksa kepada siapa yang Aku kehendaki. Dan kamu berdua (surga dan neraka), Akulah yang menentukan isinya.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Kelak pada hari kiamat akan datang seseorang yang berperawakan besar lagi gemuk tetapi di sisi Allah ia tidak bernilai walaupun seberat sayap nyamuk.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Ada seorang perempuan berkulit hitam atau seorang pemuda yang biasa menyapu masjid. Sudah beberapa hari Rasulullah saw. tidak melihatnya lagi. Kemudian beliau mempertanyakannya. Para shahabat menjawab, bahwa orang itu telah meninggal. Beliau bertanya: “Mengapa kalian tidak memberitahu aku?” Sakan-akan para shahabat menganggap remeh pekerjaan orang yang biasa menyapu masjid itu.” Lalu beliau bersabda: “Tunjukkan kuburannya.” Para shahabat menunjukkan kuburannya, kemudian beliau shalat untuknya dan bersabda: “Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi kegelapan bagi penghuninya, tetapi Allah meneranginya lantaran shalatku atas mereka.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: “Banyak orang yang kusut dan berdebu, bahkan tertolak dari semua pintu, tetapi apabila ia bersungguh-sungguh minta kepada Allah, niscaya Dia akan menerimannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Usamah ra. Nabi saw. beliau bersabda: “Aku berdiri di pintu surga, sedangkan yang aku lihat masuk ke dalamnya kebanyakan orang-orang miskin, sedangkan orang-orang kaya masihh tertahan oleh perhitungan kekayaannya. Orang-orang ahli neraka telah diperintahkan masuk neraka. Dan berdiri di pintu neraka, ternyata kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah perempuan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Hanya tiga orang yang dapat berbicara ketika masih bayi. Pertama, Isa putra Maryam. Kedua, anak yang membebaskan Juraij. Juraij adalah seorang laki-laki yang tekun beribadah dan ia membuat biara (untuk tempat peribadatannya), dia selalu berada di dalamnya. Kali tertentu ibunya datang memanggil: “Hai Juraij.” Sedangkan ia mengerjakan shalat. Dan ia berkata dalam hatinya: “Rabbku, ibuku memanggilku tetapi aku sedang shalat.” Ia menyelesaikan shalatnya. Keesokan harinya ibunyapun mendatanginya lagi dan memanggil: “Hai Juraij.” Namun ia sedang shalat dan iapun berkata dalam hati: “Rabb-ku, ibuku memanggilku tetapi aku baru shalat.” Iapun menyelesaikan shalatnya. Karena kesal, ibunya berdoa: “Ya Allah, janganlah Engkau mematikan Juraij sebelum ia mempunyai masalah dengan pelacur.”

Juraij adalah salah seorang Bani Israil yang terkenal tekun beribadah. Waktu ada perempuan pelacur yang sangat cantik, ia berkata: “Jika kalian menghendaki hai Bani Israil, saya akan menguji Juraij.” Kemudian perempuan itu datang dan mengganggu Juraij, tetapi ia tidak tergoda sedikitpun. Pada akhirnya perempuan itu mendatangi seorang penggembala dan diajaknya ke biara Juraij untuk diajaknya berzina, penggembala itupun mau berzina sehingga perempuan itu hamil.

Ketika melahirkan seorang bayi ia berkata: “Bayi ini adalah hasil persetubuhanku dengan Juraij.” Mendengar berita itu, orang-orang Bani Israil datang kepada Juraij dan memaksanya untuk turun dan merobohkan biara itu serta memukulinya. Juraij bertanya: “Mengapa kalian berbuat seperti ini?” mereka menjawab: “Engkau telah berbuat zina dengan pelacur ini, sehingga telah melahirkan seorang bayi.” Juraij bertanya: “Dimana bayinya?” Mereka membawa bayi itu dan Juraij berkata: “Tunggu sebentar saya akan shalat dulu.” Ketika Juraij telah menyelesaikan shalatnya, ia mendatangi bayi itu, sambil memijit perutnya, ia bertanya: “Hai bayi, akuilah siapa bapakmu?” Bayi itu menjawab: “Bapakku adalah seorang penggembala.” Mendengar jawaban itu, orang-orang Bani Israil menciumi Juraij dan meminta maaf, dan berkata: “Kami akan membangun untukmu sebuah biara dari emas.” Juraij menjawab: “Jangan, bangunlah kembali biara dari tanah seperti semula.” Maka merekapun membangunkan biara untuk Juraij.

Bayi ketiga adalah seorang bayi yang sedang menetek, kemudian lewatlah seorang laki-laki yang berkendaraan bagus dan berwajah tampan, maka ibunya berdoa: “Ya Allah, jadikanlah anak saya serperti orang itu.” Tiba-tiba bayi itu melepasakan tetekannya dan berpaling melihat orang itu. Kemudian bayi itu berdoa: “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti orang itu.” Kemudia ia menetek lagi, saya masih teringat ketika Rasulullah saw. menceritakan cara meneteknya bayi itu, sambil mengisap jari telunjuk beliau dalam mulut kemudian bersabda: “Kemudian ibu bersama bayinya berjalan lagi dan mendapatkan seorang budak perempuan sedang dipukuli orang banyak dan mereka berkata: “Kamu melakukan zina, kamu mencuri.” Tetapi budak itu hanya mengatakan: “HasbiyallaaHu wa ni’mal wakiil.” Maka ibu bayi itu berdoa: “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anak saya seperti budak perempuan itu.” Tiba-tiba bayi itu melepaskan tetekannya seraya berdoa: “Ya Allah, jadikanlah saya seperti budak itu.”

Setelah kejadian itu, terjadilah perbincangan antara ibu dan bayi itu. Ibunya berkata: “Tadi ada seorang laki-laki yang sangat bagus dan saya berdoa: Ya Allah jadikanlah anak saya ini seperti orang itu. Tetapi engkau malah berdoa: Ya Allah janganlah Engkau jadikan saya seperti orang itu.” Dan tatkala ada seorang budak perempuan dipukuli orang banyak dan dituduh: kamu melakukan zina, kamu mencuri, dan saya berdoa: Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anak saya seperti budak perempuan itu. Tetapi engkau malah berdoa: Ya Allah, jadikanlah aku seperti budak itu.”

Bayi itu menjawab: “Sesunggunya laki-laki itu orang yang sombong, oleh karena itu saya berdoa: Ya Allah janganlah Engkau jadikan saya seperti orang itu. Adapun budak yang dituduh melakukan zina, sebenarnya ia tidak zina, dan ia dituduh mencuri, sebenarnya ia tidak mencuri. Oleh karena itu saya berdoa: Ya Allah, jadikanlah saya seperti budak itu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Menyantuni Anak Yatim, Perempuan, Orang Lemah dan Miskin

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits

Allah berfirman: “Dan merendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (al-Hijr: 88)

Allah berfirman: “Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridlaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia.” (al-Kahfi: 88)

Allah berfirman: “Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta, maka janganlah kamu menghardiknya.” (adl-Dluhaa: 9-10)

Allah berfirman: “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (al-Maa’uun: 1-3)

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra. ia berkata: Kami berenam bersama Rasulullah saw. Kemudian berkatalah pemuka-pemuka kamum musyrik: “Usilah mereka dari sisimu, agar tidak kurang ajar terhadap kami.” Saya, Ibnu Mas’ud dan orang dari suku Hudzail, serta Bilal dan dua orang yang sengaja tidak saya sebutkan namanya. Maka tergeraklah dalam hati Rasulullah saw. apa yang akan terjadi pada dirinya, Tiba-tiba Allah menurunkan ayat: wa laa tath-rudil ladziina yad’uuna rabbaHum bil ghadaa-ti wal ‘asyiyyi yuriiduuna wajHaHu (“Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang selalu berdoa kepada rabb-nya pada waktu pagi dan petang dengan mengharapkan keridlaan-Nya.”) (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ‘Aidz bin ‘Amr al-Muzanniy ra, dia salah seorang yang ikut dalam bai’atur Ridwan, ia berkata: Ketika Abu Sufyan mendatangi majelis rombongan Salman, Shuhail dan Bilal, mereka berkata: “Sebenarnya pedang-pedang Allah belum selesai untuk memerangi musuh-musuh Allah.” Maka Abu Bakar berkata: “Mengapa kalian berkata seperti kepada tokoh dan pemimpin bangsa Quraisy?” kemudian Abu Bakar mendatangi Rasulullah saw. dan menceritakan peristiwa yang barusaja terjadi, kemudian beliau bersabda: “Wahai Abu Bakar, kalau Engkau menjengkelkan mereka, berarti telah menyebabkan murka Rabb-mu.” Kemudian Abu Bakar menemui mereka dan bertanya: “Wahai saudara-saudaraku, apakah aku telah memarahi kalian?” Mereka menjawab: “Tidak, semoga Allah mengampuni kamu wahai saudaraku.” (HR Muslim)

Dari Sahl ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Saya dan orang yang menanggung anak yatim berada di surga seperti begini: “Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggangkan sedikit antara kedua jari tersebut.” (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang menanggung anak yatim baik anak yatim itu ada hubungan famili ataupun tidak, maka saya dan orang yang menanggungnya seperti dua jari ini, di dalam surga.” Malik bin Anas perawi hadits itu mengatakan, beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah.” (HR Bukhari)
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Nabi sawl bersabda: “Bukanlah termasuk orang miskin orang yang tidak makan satu atau dua biji kurma dan bukan pula yang tidak bisa makan dua suap makanan, tetapi orang miskin yang sebenarnya, adalah orang yang sopan segan meminta-minta (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan, Rasulullah saw. bersabda: “Orang miskin itu, bukan orang yang berkeliling di antara sesama manusia hingga tidak diberi satu atau dua suap makanan, tetapi orang yang miskin adalah orang yang tidak merasa puas untuk mencukupi kebutuhannya dan tidak diingat orang untuk disedekahinya dan juga tidak keluar untuk meminta pada manusia.”

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Orang yang mengurus janda dan orang miskin, bagaikan orang yang berjuang di jalan Allah.” Saya juga menduga beliau bersabda: “Bagaikan orang yang selalu shalat malam tetapi tidak pernah merasa lelah dan bagaikan orang berpuasa yang tidak pernah berbuka.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Seburuk-buruk makanan adalah makanan walimah. Yang orang berkeinginan datang, tidak diundang. Sedangkan orang yang tidak membutuhkan diundang. Siapa saja yang tidak memenuhi undangan walimah maka ia durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR Muslim)
Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Seburuk-buruk makanan adalah makanan walimah (pesta) dimana yang diundang hanyalah orang-orang kaya sedangkan orang-orang fakir tidak diundang.”

Dari Anas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Siapa saja yang mengasuh dua anak perempuannya hingga dewasa, di hari kiamat aku bersama orang itu seperti dua jari ini.” Beliau menempelkan dua jarinya (jari tengah dan telunjuk).” (HR Muslim)

Dari Aisyah ra. ia berkata: “Ada seorang perempuan yang meminta-minta kepadaku dengan membawa kedua anak perempuannya, ketika itu hanya mempunyai satu biji kurma, dan saya berikan kepadanya. Perempuan itu membagi biji kurma itu kepada dua orang anaknya dan ia sendiri tidak ikut, kemudian ia berdiri lalu keluar. Setelah Nabi saw. datang, maka aku ceritakan kepada beliau tentang peristiwa yang baru saja terjadi. Maka beliau bersabda: “Siapa saja yang diuji dengan anak-anak perempuannya, kemudian ia dapat mengasuhnya dengan baik, maka anak-anak perempuannya akan menjadi tirai api neraka.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Aisyah ra. ia berkata: Kali tertentu ada perempuan miskin dengan menggendong kedua putrinya mendatangiku, maka aku memberinya tiga butir kurma. Dan ia memberikan masing-masing anaknya satu butir dan yang sebutir lagi sudah diangkat ke mulutnya untuk dimakan, tapi tiba-tiba diminta oleh kedua anaknya, lalu ia membelah kurma itu menjadi dua bagian dan diberikan kepada kedua anaknya.
Saya merasa heran dengan perilaku orang perempuan itu. Setelah Rasulullah saw. datang, saya ceritakan kepadanya kejadian itu, kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menentukan surga baginya atau Allah telah membebaskan dari api neraka karena perbuatannya itu.” (HR Muslim)

Dari Abu Syuraih Khuwailid bin ‘Amr al-Khua’iy ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Ya Allah, sesungguhnya saya menganggap berdosa bagi orang yang menyia-nyiakan hak dua orang lemah, yaitu: anak yatim dan perempuan.” (HR an-Nasa-i)

Dari Mush’ab bin Sa’ad Abi Waqqash ra. ia berkata: Sa’ad merasa bahwa dirinya memiliki kelebihan dibandingkan orang-orang di sekitarnya, kemudian Nabi saw. bersabda: “Bukankah kamu mendapatkan pertolongan dan rizky disebabkan orang-orang yang lemah di sekitarmu?” (HR Bukhari)

Dari Abu Darda’ ‘Uwaimir ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Carikan untukku orang-orang yang lemah, karena sesungguhnya kamu mendapatkan pertolongan dan rizky berkat adanya orang-orang yang lemah di sekitarmu.” (HR Abu Dawud)

Sikap Terhadap Wanita

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits

Allah berfirman: “Dan pergaulilah wanita itu dengan cara yang baik.” (an-Nisaa’: 19)

Allah berfirman: “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu Mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (an-Nisaa’: 129)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Berpesan baiklah kamu terhadap wanita, sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Dan paling bengkok adalah bagian atas. Oleh karena itu, apabila kamu paksa untuk meluruskannya, maka akan hancurlah ia, dan apabila kamu membiarkannya, maka akan bengkoklah ia selama-lamanya. Oleh karena itu perpesan baiklah terhadap wanita.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam satu riwayat dalam kitab ash-Shahihain dikatakan: Rasulullah bersabda: “Orang perempuan itu seperti tulang rusuk, apabila kamu paksa untuk meluruskannya, berarti telah menghancurkannya. Tetapi apabila hanya bersenang-senang dengannya kamu akan merasakan kepuasan dan ia masih tetap bengkok.”

Dalam hadits riwayat Muslim dikatakan, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk, tidak ada jalan bagimu untuk meluruskannya. Jika ingin bersenang-senang dengannya saja kamu akan merasa puas, tetapi ia masih tetap bengkok. Jika kamu paksa untuk diluruskan, berarti kamu menghancurkannya. Dan hancurnya berarti perceraian. Jadi, menghadapi wanita harus tetap bijaksana, agar tetap menjadi baik.”

Dari Abdullah bin Zam’ah ra. ia mendengar Nabi saw. berkhutbah dan bercerita tentang unta sebagai mu’jizat nabi Shaleh dan orang yang membunuhnya. Rasulullah saw. bersabda: “Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, yaitu seorang laki-laki yang amat kuat dan gagah perkasa serta disegani kaumnya. Setelah selesai, beliau melanjutkan khutbahnya tentang wanita, dan memberi nasehat tentang bergaul dengan wanita. Beliau bersabda: “Salah seorang di antara kalian ada yang sengaja memarahi istrinya bahkan memukul bagaikan budaknya, lalu pada malam harinya mungkin ia bersetubuh dengannya.” Selanjutnya beliau menasehati para shahabat karena mereka tertawa ada yang kentut, beliau bertanya: “Mengapa salah seorang di antara kamu menertawakan sesuatu yang dia sendiri juga melakukannya?” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah seorang laki-laki mukmin memarahi seorang perempuan mukmin. Apabila tidak suka terhadap salah satu perangainya, maka masih ada perangai lain yang menyenangkan.” (HR Muslim)

Dari ‘Amr bin al-Ahwash al-Jusyamiy ra. ia mendengar Nabi saw. pada haji Wada’ berkhutbah. Setelah beliau memanjatkan pujian, sanjungan kepada Allah Ta’ala dan selesai memberi peringatan dan nasehat, beliau bersabda: “Ingatlah, berpesan baiklah terhadap istri-istri kalian. Sesungguhnya mereka memerlukan perlindunganmu. Sedikitpun kamu tidak boleh berbuat kejam terhadap mereka, kecuali mereka telah nyata melakukan kejahatan. Jika mereka melakukan kejahatan, janganlah kamu menemani mereka di dalam tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Bila mereka telah taat, janganlah kalian berlaku keras terhadap mereka. Ingatlah, sesungguhnya kalian mempunyai hak atas istrimu, dan istrimu juga mempunyai hak pada diri kalian. Hak kamu atas mereka, yaitu tidak boleh memasukkan orang yang tidak kamu sukai ke dalam kamarmu dan tidak mengizinkan orang yang tidak kamu sukai masuk ke dalam rumahmu. Ingatlah, hak mereka atas kamu adalah kamu bergaul dengan cara yang baik, terutama dalam memberi pakaian dan makanan.” (HR Tirmidzi)

Dari Mu’awiyah bin Haidah ra. ia berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah: “Apakah hak istri terhadap suaminya?” Beliau menjawab: “Kamu harus memberinya makan apabila kamu makan, harus memberinya pakaian apabila kamu berpakaian, tidak boleh memukul mukanya dan tidak boleh menjelek-jelekkannya, serta tidak boleh mendiamkannya kecuali di dalam rumah.” (HR Abu Daud)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik budi pekertinya. Dan orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling baik terhadap istrinya.” (HR Tirmidzi)

Dari Iyas bin Abdullah bin Abu Dzubab ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kammu memukul kaum wanita.” Kemudian Umar mendatangi Rasulullah saw. dan berkata: “Wanita-wanita kini berani kepada suaminya.” Mendengar yang demikian beliau membolehkan untuk memukulnya. Kemudian banyak wanita yang mengerumuni Rasulullah saw. mengadukan perlakuan suaminya. Lalu Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh banyak wanita yang mengerumuni rumah Muhammad untuk mengadukan perlakuan suaminya, maka mereka (suaminya) itu bukanlah orang-orang yang terbaik di antara kalian.” (HR Abu Dawud)

Dari Abdullah bin ‘Amr al-Ash ra, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Dunia adalah suatu kesenangan, dan sebaik-baik kesenangan di dunia adalah wanita yang shalih.” (HR Muslim)

Hak Suami Atas Istri

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits

Allah berfirman: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (an-Nisaa’: 34)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila seorang suami mengajak istrinya untuk tidur bersama, kemudian ia menolak lalu suaminya marah kepada istrinya pada malam itu, maka istrinya akan mendapat laknat (kutukan) malaikat sampai pagi.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila seorang istri meninggalkan tempat tidur suaminya semalam, maka akan mendapat laknat (kutukan) malaikat sampai pagi.”

Dalam riwayat lain juga disebutkan: Rasulullah saw. bersabda: “Demi zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, seorang suami yang mengajak istrinya untuk tidur bersama, kemudian istrinya menolak, maka semua makhluk yang ada di langit memarahi istrinya itu sampai suaminya meridlai.”

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Seorang istri tidak diperbolehkan berpuasa sunnah sewaktu suaminya ada di rumah, kecuali dengan seizin suaminya, juga tidak diperbolehkan mengizinkan orang masuk ke rumahnya kecuali dengan seizin suaminya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian. Seorang penguasa adalah pemimpin, seorang suami adalah pemimpin seluruh keluarganya, demikian pula seorang istri adalah pemimpin atas rumah suami dan anaknya. Kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abi Ali Thalq bin Ali ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila seorang suami mengajak istrinya untuk bersetubuh maka ia harus memenuhi walaupun ia sedang masak di dapur.” (HR Tirmidzi dan Nasa-i)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw, beliau bersabda: “Seandainya aku boleh memerintah seseorang untuk bersujud kepada seseorang niscaya aku menyuruh seorang istri untuk bersujud kepada suaminya.” (HR Tirmidzi)

Dari Ummu Salamah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Setiap istri yang meninggal dunia dan suaminya meridlainya, ia pasti masuk surga.” (HR Tirmidzi)

Dari Mu’adz bin Jabal ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tiada seorang istri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan calon istrinya di akhirat (bidadari) berkata: “Jangan kamu menyakitinya, semoga Allah mencelakaimu, sebab ia hanya sementara berkumpul denganmu, sebentar lagi ia akan berpisah dan akan kembali kepada kami.” (HR Tirmidzi)

Dari Usamah bin Zaid ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tiada aku tinggalkan suatu fitnah (ujian) yang lebih berbahaya bagi laki-laki dari fitnah perempuan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Memberi Nafkah Terhadap Keluarga

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits

Allah berfirman: “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf.” (al-Baqarah: 233)

Allah berfirman: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (at-Thalaq: 7)

Allah berfirman: “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya.” (Saba’: 39)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Satu dinar yang kamu nafkahkan di jalan Allah, satu dinar yang kamu nafkahkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang kamu berikan kepada orang miskin dan satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya yaitu satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.” (HR Muslim)

Dari Abu Abdullah (Abu Abdurrahman) Tsauban bin Bujdud, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Dinar yang paling utama adalah dinar yang dinafkahkan seseorang pada keluarganya, dinar yang dinafkahkan untuk kendaraan di jalan Allah, dan dinar yang dinafkahkan untuk membantu teman seperjuangan di jalan Allah.” (HR Muslim)

Dari Ummu Salamah ra. ia berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah saw.: “Apakah saya mendapat pahala apabila saya memberi nafkah kepada putera-putera Abu Salamah, karena saya tidak akan membiarkan mereka berkeliaran mencari makan kesana-kemari. Sesungguhnya merekapun anak-anak saya?” Beliau menjawab: “Ya, kamu mendapat pahala terhadap apa yang kamu nafkahkan kepada mereka.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra. dalam hadits yang panjang kami tulis pada bab niat, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepadanya: “Sesungguhnya apa yang kamu nafkahkan dengan maksud kamu mencari keridlaan Allah, niscaya kamu akan diberi pahala sampai apa saja yang kamu sediakan untuk istrimu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Mas’ud al-Badriy ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Apabila seseorang menafkahkan harta untuk keperluan keluarganya dan hanya berharap dapat memperoleh pahala, maka hal itu akan dicatat sebagai sedekah baginya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Seseorang cukup dianggap berdosa apabila ia menyia-nyiakan orang yang harus diberi belanja.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Nabi saw. bersabda: “Setiap ada dua malaikat yang datang kepada seseorang, yang satu berdoa: Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang menafkahkan hartanya. Dan yang lain berdoa: Ya Allah, binasakanlah harta orang yang kikir.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tangan di atas (pemberi) itu lebih baik daripada tangan yang di bawah (yang meminta) dan dahulukanlah orang yang menjadi tanggunganmu. Sebaik-baik sedekah adalah sedekah yang diberikan oleh orang yang mempunyai kelebihan. Siapa saja yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah akan menjaga kehormatannya, dan siapa saja yang merasa dirinya cukup, maka Allah akan mencukupkannya.” (HR Bukhari)

Sedekah (Shodaqah)

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits

Allah berfirman: “Kamu sekali-sekali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cinta.” (Ali Imraan: 92)

Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu nafkahkan daripadanya.” (al-Baqarah: 267)

Dari Anas ra. ia berkata: Abu Thalhah ra. ia seorang sahabat Anshar yang terkaya dengan pohon kurma di Madinah. Harta yang paling disukainya adalah kebun Bairuha’ yang terletak di dekat masjid. Rasulullah saw. sering masuk kebun itu dan minum air bersih yang ada di dalamnya.”

Anas berkata: “Ketika turun ayat yang berbunyi: lan tanaalul birra hattaa tunfiquu mimmaa tuhibbuun (“Kamu sekali-sekali tidak sampai pada kebaktian [yang sempurna], sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai”), maka Thalhah datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah berfirman: lan tanaalul birra hattaa tunfiquu mimmaa tuhibbuun, dan sesungguhnya harta yang paling saya cintai adalah kebun Bairuha’.

Maka kebun itu saya sedekahkan kepada Allah Ta’ala dengan harapan bisa menjadi kebaktian dan simpanan di sisi Allah Ta’ala, maka pergunakanlah wahai Rasulullah sesuai petunjuk Allah kepada engkau.” Rasulullah bersabda: “Bagus, itulah harta (yang mendatangkan) untung. Saya telah mendengar apa yang kamu katakan, dan kebun itu akan saya bagikan kepada sanak kerabat.” Maka Abu Thalhah berkata: “Wahai Rasulallah, saya akan melaksanakan petunjukmu.” Kemudian Abu Thalhah membagi-bagi kebun itu kepada sanak kerabat dan anak pamannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Adab Bertetangga

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits

Allah berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu.” (an-Nisaa’: 36)

Dari Ibnu Umar ra. dan ‘Aisyah ra. mereka berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Malaikat Jibril selalu berpesan kepadaku untuk senantiasa berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku menyangka bahwa tetangga itu akan ikut mewarisinya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Dzar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Wahai Abu Dzar, apabila kamu memasak makanan yang berkuah, maka perbanyaklah airnya dan perhatikanlah tetanggamu.” (HR Muslim)

Dalam riwayat lain diriwayatkan dari Abu Dzar, ia berkata: Sesungguhnya kekasih saya Rasulullah saw. berpesan: “Kamu memasak makanan yang berkuah, maka perbanyaklah airnya, kemudian perhatikanlah tetangga-tetanggamu dan berilah mereka dengan cara yang baik.”

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Demi Allah, seseorang itu belum bisa dikatakan sempurna imannya (diulang sampai tiga kali).” Ada seorang shahabat yang bertanya: “Siapakah orang yangbelum sempurna imannya itu?” Beliau menjawab: “Orang yang tetangganya tidak aman karena gangguannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Tidaklah masuk surga orang yang tetangganya tidak aman karena gangguannya.”

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Wahai kaum Muslimah, janganlah kalian merasa hina untuk memberi sesuatu kepada tetangga kalian, walaupun hanya kikil kambing.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah seorang tetangga menolak tetangganya yang akan menancapkan kayu pada dindingnya.” Kemudian Abu Hurairah berkata: “Kenapa saya masih melihat kalian mengabaikan tuntunan ini, demi Allah saya akan memikulkan tanggung jawab atas ajaran beliau di atas bahumu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka tidak boleh mengganggu tetangganya. Dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata yang baik atau kalau tidak hendaklah ia diam.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Syuraih al-Khuza’i ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya, siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya, siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik, kalau tidak, ia diam.” (HR Muslim)

Dari Aisyah ra. ia berkata: Saya bertanya: “Wahai Rasulallah, sesungguhnya saya mempunyai dua tetangga, maka siapakah yang harus saya dahulukan?” Beliau menjawab: “Kepada tetangga yang lebih dekat pintunya.” (HR Bukhari)

Dari Abdullah bin Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik teman di sisi Allah adalah orang yang paling baik terhadap temannya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah Ta’ala adalah orang yang paling baik terhadap tetangganya.” (HR Tirmidzi)

Wajib Mendidik Keluarga Agar Taat Kepada Allah

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits

Allah berfirman: “Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (ThaaHaa: 132)

Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (at-Tahrim: 6)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Al-Hasan putera Ali ra. mengambil sebutir kurma sedekah dan ia menyuapnya, kemudian Rasulullah saw bersabda: “Ikh, ikh, buanglah kurma itu. Tidaklah kau ketahui bahwa keluarga kami (keluarga Bani Hasyim) tidak boleh makan sedekah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya sedekah itu tidak halal bagi keluarga kami.”

Dari Abu Hafs Umar bin Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad, anak tiri Rasulullah saw. ia berkata: “Ketika saya masih kecil, saya berada dalam asuhan Rasulullah saw. dan saya sering berganti-ganti tangan untuk mengambil makanan di piring, kemudian Rasulullah saw. bersabda kepada saya: “Hai anak, sebutlah nama Allah Ta’ala dan makanlah dengan tangan kananmu (dan makanlah dari makanan yang terdekat).” Seperti itulah cara makan saya setelah itu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya dari kakeknya ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Perintahlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan shala bila berumur sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan).” (HR Abu Daud)

Dari Abu Tsurayyah Sabrah bin Ma’bad al-Juhanniy ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Ajarilah anakmu mengerjakan shalat apabila berumur tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat apabila berumur sepuluh tahun.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)
Dalam riwayat lain dikatakan: Rasulullah saw. bersabda: “Perintahkanlah anakmu mengerjakan shalat apabila mencapai umur tujuh tahun.”

Berbuat Baik Kepada Orang Tua dan Silaturahim (1)

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits

Allah berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu.” (an-Nisaa’: 36)

Allah berfirman: “Dan bertakwalah kepada Allah, dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim.” (an-Nisaa’: 1)

Allah berfirman: “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkah supaya dihubungkan.” (ar-Ra’du: 21)

Allah berfirman: “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tua.” (al-Ankabut: 8)

Allah berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (al-Israa’: 23-24)

Allah berfirman: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, dimana ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” (Lukman: 14)

Dari Abu Abdurrahman bin Mas’ud ra. ia berkata: Saya bertanya kepada Nabi saw.: “Amal apakah yang paling disukai oleh Allah Ta’ala?” Beliau menjawab: “Berbuat baik kepada kedua orang tua.” Saya bertanya lagi: “Kemudian apa?” Beliau menjawab: “Berjihad (berjuang) di jalan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Seseorang tidak dapat membalas budi kedua orang tuanya, kecuali jika mendapatkan orang tuanya menjadi budak, kemudian ia beli dan memerdekakannya.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghubungkan tali persaudaraan. Dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik, kalau tidak, hendaklah ia diam saja.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan makhlu, bangkitlah rahimnya makhluk dan berkata: Ini adalah tempat orang meminta perlindungan kepada-Mu dari dari pemutusan hubungan persaudaraan.” Allah berfirman: “Ya, belum puaskah engkau bahwa aku akan menghubungkan orang yang menghubungimu, dan memutus orang yang memutuskan hubungan. Rahim menjawab: “Ya, baiklah.” Allah berfirman: “Itulah bagianmu.” Kemudian Rasulullah saw. melanjutkan sabda beliau: “Bacalah jika kalian mau ayat: faHal ‘asaitum in tawallaitum an tufsiduu fil ardli wa tuqaththi-‘uu arhaamakum ulaa-ika la’anaHumullaaHu fa ashammaHum wa a’maa abshaaraHum (“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan telinga mereka dan dibutakan penglihatakan mereka.”) (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Kali tertentu seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw. lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak aku pergauli dengan baik?” Rasulullah saw. menjawab: “Ibumu.” “Lalu siapa?” Rasululullah menjawab: “Ibumu.” Sekali lagi orang itu bertanya: “Kemudian siapa?” Rasulullah menjawab: “Bapakmu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain dikatakan: “Wahai Rasulullah siapakah yang paling berhak aku pergauli dengan baik?” Beliau menjawab: “Ibumu, ibumu, kemudian bapakmu, dan orang yang lebih dekat serta orang yang lebih dekat dengan kamu.”

Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Sungguh hina, sungguh hina, dan sungguh hina, orang yang salah satu atau kedua orang tuannya masih hidup tapi tidak bisa masuk surga” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Ada seorang yang berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami mempunyai beberapa saudara, dan saya menghubungkan tali kekeluargaan dengan mereka, tetapi mereka memutuskannya. Saya berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka berbuat jahat kepada saya. Saya senantiasa berbuat ramah kepada mereka, tetapi mereka tidak tahu diri.” Beliau bersabda: “Seandainya benar seperti apa yang kamu katakan, maka seakan-akan kamu menyuapkan abu panas kepada mereka. Dan Allah senantiasa memberikan pertolongan karena perbuatan mereka jika kamu tetap berbuat demikian.” (HR Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda: “Siapa saya yang menyukai untuk mendapatkan kelapangan rizky dan panjang umurnya, hendaklah ia menyambung hubungan dengan familinya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash ra. ia berkata: Seorang lelaki datang menghadap Rasulullah saw. lalu berkata: “Aku akan berbaiat kepadamu, untuk hijrah dan jihad demi mengharapkan pahala dari Allah Ta’ala.” Rasulullah bertanya: “Apakah salah seorang dari kedua orang tuamu masih hidup?” Orang itu menjawab: “Ya, bahkan dua-duanya.” Beliau bertanya lagi: “Apakah kamu mengharapkan pahala dari Allah?” Orang itu menjawab: “Ya.” Rasulullah menjawab: “Kembalilah kepada kedua orang tuamu, layani mereka dengan baik.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain dikatakan: “Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah saw. dan minta izin untuk ikut berjihad. Rasulullah bertanya: “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Orang itu menjawab: “Ya.” Rasulullah bersabda: “Berjuanglah dengan berbakti kepada mereka.”

Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Yang dimaksud penyambung hubungan kekeluargaan bukan sekedar mengimbangi kebajikan sanak keluarga. Tetapi penyambung hubungan kekeluargaan adalah orang ketika ada sanak keluarga yang memutuskan hubungan dengannya, maka ia menyambungnya.” (HR Bukhari)

Berbuat Baik Kepada Orang Tua dan Silaturahim (2)

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits

Dari Aisyah ra, dari Nabi saw. beliau bersabda: “Rahim (kekeluargaan) itu tergantung di ‘Arsy. Rahim itu berkata: “Siapa saja yang menyambungku, Allah akan menyambungnya dan siapa saja yang memutuskan denganku, Allah akan memutuskan hubungan dengannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ummul Mukminin Maimunah binti al-Harits ra. waktu itu ia memerdekakan budak perempuannya dan tidak minta izin kepada Nabi saw., ketika tiba gilirannya ia berkata: “Wahai Rasulullah, apakah engkau merasa bahwa saya telah memerdekakan budak perempuan saya?” Beliau bertanya: “Seandainya kamu memberikan kepada bibimu, niscaya engkau mendapat pahala lebih besar.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Asma’ binti Abu Bakar ash-Shiddiq ra. ia berkata: Pada Masa Rasulullah saw, ibuku masih musyrik mendatangi aku. Maka saya bertanya kepada Rasulullah saw.: “Wahai Rasulullah, ibuku mengunjungiku dengan mengharapkan hubungan baik, apakah boleh aku menyambung hubungan dengan ibuku tadi?” Rasulullah saw. bersabda: “Ya. Jalinlah hubungan dengannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari itri Abdullah bin Mas’ud, Zainab ats-Tsaqafiyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Hai kaum wanita, bersedekahlah kalian walaupun dari perhiasanmu.” Kemudian saya pulang menemui Abdullah bin Mas’ud dan berkata: “Sesungguhnya kamu adalah orang yang tidak mampu dan Rasulullah saw. menyuruh kami untuk bersedekah. Pergilah dan tanyakan kepada beliau, apakah aku diperbolehkan bersedekah kepadamu. Jika tidak, aku akan memberikannya kepada orang lain.” Abdullah berkata: “Kamu sajalah yang datang kesana.” Maka sayapun berangkat ke tempat Rasulullah saw. dan disana ada seorang wanita Anshar berada di pintu rumah beliau untuk menyampaikan permasalahan yang sama. Maka keluarlah Bilal untuk menemui kami dan kami berkata: “Beritahukan kepada Rasulullah saw. bahwa ada dua orang wanita berada di depan pintu akan menanyakan kepada beliau, apakah sedekah boleh diberikan kepada suami dan anak-anak yatim yang diasuhnya. Tetapi jangan engkau beritahukan siapa kami.” Bilal kemudian masuk dan menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw. sebelum menjawab beliau bertanya: “Siapakah dua wanita itu?” Bilal menjawab: “Seorang wanita Anshar dan Zainab.” Beliau bertanya lagi: “Zainab yang mana?” ia menjawab: “Istri Abdullah.” Kemudian Rasulullah saw. menjawab: “Kedua wanita itu mendapat dua macam pahala. Yaitu pahala membantu kerabat dan pahala sedekah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sufyan Shakhr bin Harb ra. di dalam hadits yang panjang tentang kisah Heraklius, ia berkata: “Heraklius bertanya kepada Abu Sufyan: “Apakah yang diperintahkan oleh Nabi kepada kalian?” Abu Sufyan menjawab: “Nabi bersabda: Sembahlah Allah Yang Maha Esa dan jangan mempersekutukan-Nya. Tinggalkanlah kepercayaan nenek moyangmu. Nabi saw. juga memerintahkan kami untuk mendirikan shalat, berlaku jujur, menjaga diri dan menyambung tali kekeluargaan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Dzarr ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Nanti kalian akan menaklukkan suatu tempat yang disebut al-Qirath.” Dalam riwayat lain dikatakan: Rasulullah bersabda: “Kamu semua akan menaklukkan Mesir, yaitu tempat yang disebut dengan al-Qirath. Maka berwasiat baiklah terhadap warganya karena di antara mereka ada yang harus dilindungi, termasuk sanak kerabat.”
Dalam riwayat lain dikatakan: “Jika kamu menaklukkannya maka berbuat baiklah terhadap warganya, karena di antara mereka ada yang harus dilindungi, termasuk sanak kerabat.” Atau beliau bersabda: “Ada yang harus dilindungi dan termasuk ipar.” (HR Muslim)

Para ulama berkata, yang dimaksud dengan “sanak kerabat” dikarenakan Hajar ibu Isma’il as. berasal dari Mesir. Sedangkan yang dimaksud dengan “ipar” dikarenakan Mariyah istri Nabi berasal dari Mesir.

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Tatkala turun ayat: wa andzir ‘asyiiratakal aqrabiin. (“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.”) Rasulullah memanggil bangsa Quraisy. Sesudah mereka berkumpul, kemudian beliau memanggil secara umum dan khusus. Beliau memanggil: “Hai Bani Ka’ab bin Lu’ay selamatkanlah dirimu dari api neraka. Hai Bani Murrah bin Ka’ab selamatkanlah dirimu dari api neraka. Hai bani Abdi Syamsy, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Hai bani Abdi Manaf, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Hai bani Hasyim selamatkanlah dirimu dari api neraka. Hai bani Abdul Muthalib selamatkanlah dirimu dari api neraka. Hai Fatimah, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Sungguh aku tidak mempunyai kemampuan untuk menolong diri kalian dari siksa Allah, namun aku masih mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kalian, maka akupun akan menjalin hubungan dengan sebaik-baiknya.” (HR Muslim)

Dari Abu Abdullah ‘Amr al-‘Ash ra. ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya keluarga bani Fulan bukan waliku. Sesungguhnya yang menjadi waliku adalah Allah dan orang-orang mukmin yang saleh. Tetapi, bagi mereka yang mempunyai hubungan kerabat, aku akan melakukan hubungan itu dengan sebaik-baiknya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Ayyub Khalid bin Zaid al-Anshariy ra. ia berkata: ada seseorang bertanya kepada Rasulullah saw: “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku amal apa yang dapat memasukkanku ke dalam surga.” Nabi saw. menjawab: “Sembahlah Allah dan janganlah mempersekutukan-Nya, dirikanlah shalat, bayarlah zakat, dan sambunglah tali kekerabatan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Salman bin ‘Amr ra, dari Nabi saw. beliau bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian berbuka puasa, hendaklah ia berbuka dengan kurma, karena mengandung berkah. Jika tidak ada, hendaklah dengan air karena air itu suci.” Beliau juga bersabda: “Sedekah kepada orang miskin hanya mendapatkan pahala sedekah saja, sedangkan sedekah kepada sanak kerabat mengandung dua macam keutamaan, yaitu sedekah dan menghubungkan tali kekerabatan.” (HR Tirmidzi)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Saya mempunyai istri yang sangat saya cintai, namun ayahku tidak senang padanya, sehingga ia berkata: “Talaklah istrimu.” Tetapi saya enggan untuk menceraikannya. Maka Umar mendatangi Nabi saw. dan menceritakan kepada beliau, kemudian beliau bersabda: “Ceraikanlah istrimu.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Dari Abu Darda’ ra. ia berkata: Ada seseorang mendatanginya dan berkata: “Wahai Abu Darda’, saya mempunyai istri, dan ibuku menyuruhku menceraikannya.” Kemudian Abu Darda’ berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Orang tua itu bagaikan pintu surga yang paling tengah. Terserah kamu apakah akan menyia-nyiakan ataukah menjaganya.” (HR Tirmidzi)

Dari al-Barra bin ‘Azib ra, dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Bibi kedudukannya sama dengan ibu.” (HR Tirmidzi)

Dari ‘Amr bin ‘Abasah ra. ia berkata: Saya mendatangi Nabi saw. di Makkah pada permulaan kenabiannya, dan saya bertanya: “Apakah jabatanmu?” Beliau menjawab: “Nabi.” Saya bertanya lagi: “Apakah Nabi itu?” beliau menjawab: “Allah Ta’ala mengutusku.” Saya bertanya: “Untuk apa Allah mengutusmu?” Beliau menjawab: “Allah mengutusku untuk menghubungkan tali persaudaraan, menghancurkan berhala dan meng-Esa-kan Allah dengan tidak menyekutukan-Nya.” Hadits ini masih ada terusannya.

Larangan Durhaka kepada Orang Tua dan Memutuskan Silaturahim

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits

Allah berfirman: “Maka Apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka Itulah orang-orang yang dila’nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (Muhammad: 22-23)

Allah berfirman: “Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan Mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang Itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” (ar-Ra’du: 25)

Allah berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (al-Israa’: 23-24)

Dari Abu Bakrah Nufai’ bin al-Harits ra. ia berkata: Rasulullah saw. bertanya: “Tidakkah kalian ingin tahu tentang tiga dosa terbesar di antara dosa-dosa besar?” Kami menjawab: “Tentu, kami ingin mengetahuinya.” Rasulullah menjelaskan: “Yaitu menyekutukan Allah, dan mendurhakai kedua orang tua.” Semula Rasulullah bersandar, lalu ia duduk tegak seraya meneruskan sabdanya: “Ingatlah. Juga perkataan yang bohong dan persaksian palsu.” Rasulullah mengulang-ulang perkataan itu, sampai-sampai kami berkata dalam hati: “Semoga beliau diam.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah, mendurhakai kedua orang tua, membunuh orang dan sumpah palsu.” (HR Bukhari)

Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Di antara dosa-dosa besar, yaitu seseorang memaki kedua orang tuanya.” Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah ada seseorang yang memaki kedua orang tuanya?” Beliau menjawab: “Ya, apabila seseorang memaki ayah orang lain, kemudian orang itu membalas memaki ayahnya kemudian ia memaki ibu orang lain, dan orang itu memaki ibunya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain dikatakan: “Sesungguhnya yang termasuk dosa besar di antara dosa-dosa besar adalah orang yang mengutuk kedua orang tuanya.” Ada shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin seseorang mengutuk kedua orang tuanya?” Beliau menjawab: “Ia memaki ayah orang lain, kemudian orang itu membalas memaki ayahnya, dan ia memai ibu orang lain, kemudian orang itu membalas memaki ibunya.”

Dari Abu Muhammad Jubair bin Muth’im ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang suka memutuskan tali persaudaraan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu ‘Isa al-Mughirah bin Syu’bah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sungguh Allah Ta’ala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga membenci orang yang banyak bicara, banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kepada Teman Ayah dan Ibu, Kerabat, Istri dan Orang-orang yang Pantas Dihormati

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits Dari Ibnu Umar dia berkata: Nabi saw. bersabda: “Sebaik-baik kebajikan adalah seseorang yang menyambung tali persaudaraan kenalan bapaknya.” Dari Abdullah bin Dinar, dari Abdullah bin Umar ra. ia berkata: kami bertemu seorang lelaki Badui di tengah perjalanan menuju ke Makkah, kemudian Abdullah bin Umar memberi salam dan mengajaknya untuk naik ke atas keledai serta memberikan surban yang dipakai di kepalanya. Ibnu Dinar berkata kepada Ibnu Umar: “Semoga Allah selalu memberikan kebaikan kepadamu, sesungguhnya orang itu adalah orang Badui dan mereka senang sekali diberi, walaupun hanya sedikit.” Abdullah bin Umar berkata: “Sesungguhnya orang itu adalah kenalan baik (ayahku) Umar Ibnul Khaththab ra. sesungguhnya sebaik-baik kebajikan adalah seseorang yang menyambung tali persaudaraan dengan kenalan ayahnya.” Dalam riwayat lain, Ibnu Dinar bercerita tentang Ibnu Umar ra. menurutnya apabila Ibnu Umar pergi ke Makkah selalu membawa keledai sebagai gantinya onta apabila ia merasa jemu, dan ia biasa memakai surban di kepalanya. Kali tertentu, ketika ia pergi ke Makkah dengan keledainya, tiba-tiba ada seorang Badui lewat, dan bertanya: “Apakah kamu fulan bin fulan?” Orang Badui itu menjawab: “Benar.” Kemudian Ibnu Umar memberikan keledai itu kepadanya dan berkata: “Naikilah keledai ini.” Ia juga memberikan surbannya seraya berkata: “Pakailah surban ini di kepalamu.” Salah seorang teman Ibnu Umar berkata kepadanya: “Semoga Allah memberikan ampunan kepadamu yang telah memberikan kepada orang Badui ini seekor keledai yang biasa untuk gantian, dan surban yang biasa kamu pakai di kepalamu.” Ibnu Umar berkata: “Sesungguhnya sebaik-baik kebajikan yaitu seseorang yang menyambung tali persaudaraan dengan kenalan baik ayahnya setelah meninggal dunia, sesungguhnya ayah orang ini adalah kenalan baik (ayahku) Umar ra.” (HR Muslim) Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah as-Sa’idiy ra. ia berkata: “Tatkala kami duduk di hadapan Rasulullah saw. tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dari Bani Salimah dan bertanya: “Wahai Rasulallah, apakah ada kebaikan yang dapat saya lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tua saya setelah mereka meninggal dunia?” Beliau menjawab: “Ya. Yaitu menshalati, memohonkan ampun, melaksanakan janji (wasiat) menghubungi keluarga yang tidak dapat dihubungi, kecuali dengan keduanya dan memuliakan kenalan baik mereka. (HR Abu Daud) Dari Aisyah ra. ia berkata: “Saya tidak pernah merasa cemburu terhadap istri-istri Nabi saw. yang lain kecuali terhadap Khadijah ra. padahal saya tidak pernah berjumpa dengannya, tetapi karena Nabi sering menyebut-nyebutnya, dan beliau sering menyembelih kambing kemudian memotong beberapa bagian dan dikirimkan kepada kenalan-kenalan baik Khadijah. Saya sering berkata kepadanya: “Seolah-olah dunia ini tidak ada wanita selain Khadijah.” Maka beliau menjawab: “Sesungguhnya Khadijah itu begini dan begitu, dan hanya dengan dialah aku dikaruniai anak.” (HR Bukhari dan Muslim) Dalam riwayat lain dikatakan: Apabila beliau menyembelih kambing, beliau memberi kenalan-kenalan baik Khadijah apa yang mereka inginkan.” Dalam riwayat lain dikatakan: “Apabila beliau menyembelih kambing, beliau bersabda: “Kirimlah daging ini kepada kenalan-kenalan Khadijah.” Dalam riwayat lain dikatakan: “Halal binti Khuwailid saudari Khadijah pernah meminta izin untuk masuk ke rumah Rasulullah saw. kemudian beliau teringat cara Khadijah meminta izin, maka terharulah beliau seraya bersabda: “Ya Allah, inilah Halal binti Khuwailid.” Dari Anas bin Malik ra. ia berkata: “Aku keluar bersama-sama Jarir Ibnu Abdullah al-Bajaliy ra. dalam suatu perjalanan, ia selalu melayani saya, maka saya katakan kepadanya: “Kamu jangan berbuat seperti itu.” Ia menjawab: “Sesungguhnya saya melihat shahabat Anshar senantiasa melayani Rasulullah saw. dalam segala hal, maka aku pun bersumpah pada diriku untuk tidak berkawan dengan shahabat Anshar kecuali saya harus melayaninya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Memuliakan Keluarga Rasulullah saw.

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits-hadits

Firman Allah: “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (al-Ahzab: 33)

Allah berfirman: “Dan siapa saja mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (al-Hajj: 32)

Dari Yazid bin Hayyan, ia berkata: “Saya, Hushain bin Sairah dan ‘Amr bin Muslim datang ke tempat Zaid bin Arqam ra.. Setelah kami duduk, Hushain berkata kepada Zaid: “Wahai Zaid, sungguh kamu telah mendapatkan keuntungan yang besar, yaitu kamu bertemu Rasulullah saw. dan mendengar haditsnya, berperang bersamanya, shalat bersamanya, sungguh kamu benar-benar mendapatkan keuntungan yang besar. Oleh karena itu ceritakanlah wahai Zaid tentang apa saja yang pernah kamu dengar dari Rasulullah saw.” Zaid menjawab: “Hai keponakanku. Demi Allah usiaku telah lanjut, sudah lama aku ditinggal beliau dan aku lupa sebagian apa yang aku peroleh dari beliau. Maka apa yang dapat aku sampaikan, terimalah dengan baik. Sedangkan yang tidak dapat, janganlah kamu menuntutnya.” Kemudian Zaid melanjutkan ceitanya: “Pada suatu hari Rasulullah saw. berdiri di tengah-tengah kami di Khum, yaitu sebuah tempat antara Makkah dan Madinah guna menyampaikan khutbah. Waktu itu beliau memuji serta menyanjung Allah, memberi nasehat dan peringatan. Setelah itu beliau bersabda: “Ketahuilah wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku ini adalah manusia biasa, mungkin saja utusan Rabb-ku (malaikat Izrail) hampir datang dan aku harus menerimanya. Aku tinggalkan kalian dua perkara yang berat, yang pertama yaitu kitabullah yang di dalamnya penuh dengan petunjuk dan cahaya, maka ambillah dan pegang teguhlah kitabullah itu.” Beliau menegaskan agar kita benar-benar berpegang teguh pada kitabullah. Lanjutnya ia bersabda lagi: “Dan ahli baitku (keluargaku), aku memperingatkan kamu sekalian kepada Allah tentang ahli baitku (keluargaku).” Husein menyela: “Wahai Zaid, siapakah ahli bait beliau, bukankah istri-istri beliau itu ahli baitnya?” Zaid menjawab: “Ya, juga orang-orang yang diharamkan menerima sedekah sesudah beliau wafat.” Husein bertanya lagi: “Siapakah mereka itu?” Zaid menjawab: “Mereka adalah keluarga /keturunan Ali, Aqil, Ja’far dan Abbas.” Husein bertanya lagi: “Apakah masing-masing dari mereka diharamkan menerima sedekah?” Zaid menjawab: “Benar.” (HR Muslim)

Dalam riwayat lain dikatakan: “Ingatlah, sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian semua dua perkara yang berat, salah satunya adalah kitabullah yaitu tali (pedoman hidup) dari Allah. Siapa saja yang mengikutinya, maka ia berada dalam petunjuk, dan siapa saja yang meninggalkannya maka ia dalam kesesatan.”

Dari Umar ra. dari Abu Bakar ash-Shiddiq ra. ia berkata: “Peliharalah kehormatan Nabi Muhammad saw. yaitu dengan memuliakan ahli baitnya (keluarganya).” (HR Bukhari)

Menghormati Ulama, Tokoh dan Orang yang Berjasa

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits-hadits

Allah berfirman: “Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (az-Zummar: 9)

Dari Abu Mas’ud Uqbah bin ‘Amr al-Badriy al-Anshari ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Yang berhak mengimami satu kaum adalah yang paling ahli baca al-Qur’an. Jika dalam bacaan mereka sama saja, maka (yang berhak menjadi imam ialah) yang paling mengerti tentang sunnah Rasulullah saw. kalau hal itu sama, maka (yang berhak menjadi imam ialah) di antara mereka yang lebih dulu hijrahnya. Jika hijrah mereka sama, maka (yang berhak menjadi imam adalah) orang yang lebih dahulu masuk Islam.” Dan janganlah seorang mengimami di daerah kekuasaan orang lain, dan jangan pula ia berdiam di rumah orang lain pada tempat khusus, kecuali dengan seizin pemiliknya.” (HR Muslim)

Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr al-Badriy al-Anshari ra. ia berkata: Rasulullah saw. selalu menyamakan pundak-pundak kami menjelang shalat dan beliau bersabda: “Ratakan shaf kalian dan jangan sampai tidak rata, yang akan mengakibatkan berbedanya hati kalian. Hendaknya mendekat kepadaku orang-orang dewasa dan yang pandai-pandai, kemudian berikutnya dan berikutnya lagi.” (HR Muslim)

Dari Abdullah bin Mas’ud ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Orang-orang yang dewasa dan yang pandai hendaklah mendekat denganku. Kemudian berikutnya kemudian berikutnya lagi. Janganlah kamu sekalian bercampur dan berdesak-desakan di pasar.” (HR Muslim)

Dari Abu Yahya (Sahl) bin Abu Hatsamah al-Anshariy ra. ia berkata: Abdullah bin Sahl dan Muhayyishah bin Mas’ud pergi ke Khaibar, pada masa damai, kemudian berpisahlah keduanya. Tatkala Muhayyishah mendatangi tempat Abdullah bin Sahl, didapatinya mati berlumuran darah dan Muhayyishah langsung menguburnya. Setelah itu ia lalu ke Madinah, kemudian Abdurrahman bin Sahl, Muhayyishah bin Mas’ud dan Huwayyishah bin Mas’ud datang ke Madinah menemui Nabi saw. dan memberitahu tentang peristiwa itu. Ketika Abdurrahman membuka pembicaraan, Rasulullah menyela dan bersabda: “Dahulukanlah orang tua, dahulukanlah orang tua.” Abdurrahman yang termuda, maka iapun diam, lalu Muhayyishah dan Huwayyishah berbicara. Beliau bersabda: “Apakah kamu mau bersumpah dan menuntut hak kepada pembunuhnya?” (Hadits ini masih ada terusannya) (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Jabir ra. ia bersabda: Nabi saw. mengumpulkan dua orang yang mati terbunuh dalam perang Uhud dan dalam satu liang kubur, kemudian beliau bersabda: “Yang mana di antara keduanya yang lebih banyak mengerti tentang al-Qur’an?” Tatkala ada seseorang yang menunjuk kepada salah satunya, maka beliau mendahulukannya (orang yang lebih banyak mengerti tentang al-Qur’an) ke dalam liang lahad.” (HR Bukhari)

Dari Umar ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: “Dalam tidurku aku bermimpi bahwa aku sedang bersiwak (bersuci) dengan sebatang kayu siwak, lalu datang dua orang laki-laki. Salah seorang diantaranya lebih tua dari yang lain. Lalu aku memberikan siwak kepada yang lebih muda. Kemudian berkata kepadaku: “Dahulukan yang lebih tua!” Akupun memberikan siwak itu kepada yang lebih tua.” ()

Dari Abu Musa ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya termasuk mengagungkan kehormatan Allah dengan memuliakan orang Islam yang tua usia, orang yang pandai tentang al-Qur’an dan tidak sombong dan tidak mengabaikannya, serta memuliakan penguasa yang adil.” (HR Abu Daud)

Dari ‘Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tidak termasuk golonganku orang yang tidak belas kasih terhadap yang lebih muda dan tidak mau menghormati orang yang lebih tua.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

Dari Maimun bin Abi Syabib, ia berkata: Ada seorang pengemis lewat di depan Aisyah, maka ia memberinya sepotong roti. Kemudian datang lagi seorang peminta-minta yang berpakaian compang-camping dan berperilaku sopan kemudian ia mempersilakannya duduk dan disuruh makan. Ketika ia ditegur tentang sikapnya, maka ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda: ‘Tempatkanlah manusia itu sesuai dengan kedudukannya.’” (HR Abu Daud)

Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: Uyainah bin Hishn datang ke tempat keponakannya al-Hurr bin Qais dan menginap. Al-Hurr termasuk orang-orang yang dekat dengan Umar ra. karena Umar memang menjadikan orang-orang yang pandai tentang al-Qur’an sebagai teman duduk dan teman musyawarah, baik tua maupun muda, maka Uyainah berkata kepada al-Hurr: “Hai keponakanku, kamu adalah orang yang dekat dengan Amirul Mukminin (Umar), maka mintakan aku izin untuk menghadapinya.” Al-Hurr pun memintakan izin untuk Uyainah kemudian Uyainah masuk dan berkata: “Wahai putera al-Khaththab, demi Allah engkau tidak memperhatikan kami dan tidak mengadili kami dengan adil.” Mendengar hal itu mendadak Umar ra. marah, hampir saja ia memukulnya. Kemudian al-Hurr berkata: “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya: khudzil ‘afwa wa’mur bil ‘urfi wa a’rid ‘anil jaaHiliin (“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”) Demi Allah Umar ra. seolah-olah belum pernah mendengar ketika ayat itu dibaca, padahal Umar adalah orang yang paling jeli terhadap kitab Allah Ta’ala.” (HR Bukhari)

Dari Abu Sa’id Samurah bin Jundub ra. ia berkata: Pada masa Rasulullah saw. aku masih muda belia. Aku selalu hafal apa yang datangnya dari Rasulullah. Beliau tidak mencegahku berbicara, kecuali jika di sana ada orang-orang yang lebih tua dariku.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Orang muda yang memuliakan orang yang tua karena usianya, kelak Allah akan membalas kepadanya, yaitu orang-orang muda akan memuliakannya apabila ia telah tua.” (HR Tirmdizi)

Allah berfirman: “Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya: ‘Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.’” (al-Kahfi: 60)
Sampai pada firman-Nya: “Musa berkata kepada Khidhir: “Bolehkah aku mengikutimu supaya engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (al-Kahfi: 66)

Allah berfirman: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridlaan-Nya.” (al-Kahfi: 28)

Dari Anas ra. ia berkata: Ketika Rasulullah saw. wafat, Abu Bakar mengajak Umar ra. seraya berkata: “Mari kita berkunjung ke tempat Ummu Aiman ra. sebagaimana Rasulullah sering mengunjunginya.” Ketika keduanya sampai di tempat Ummu Aiman, wanita itu menangis. Keduanya berkata: “Apa yang menyebabkan engkau menangis, bukankah apa yang disediakan Allah untuk Rasul-Nya sangat baik?” Ia menjawab: “Saya menangis bukan karena itu, saya tahu bahwa apa yang disediakan Allah untuk Rasul-Nya sangat baik. Saya menangis karena wahyu dari langit telah terputus.” Perkataan Ummu Aiman itu membuat keduanya terkesan, sehingga membuat mereka menangis.” (HR Muslim)

Iman

Aqidah Islam Iman secara bahasa adalah: membenarkan/jujur Iman secara istilah/syar’i adalah: membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Atau, iman adalah: ucapan, perbuatan dan niat. Bertambah dengan ketakwaan dan berkurang dengan kemaksiatan. Rasulullah saw. bersabda: “Iman bukanlah sekedar angan-angan dan bukan pula pemanis bibir, tapi iman adalah apa yang terpatri dalam hati/qalbu dan dibenarkan oleh amal perbuatan. Di antara sifat-sifat orang beriman berdasarkan surat al-Anfaal ayat 2-4: sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang: 1. Bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka 2. Apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka [karenanya], 3. Hanya kepada Allah mereka bertawakal 4. Mendirikan shalat 5. Yang menafkahkan sebagian rizky yang Allah berikan kepada mereka Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya, mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rizky [nikmat] yang mulia. Berdasarkan surat al-Hujuraat ayat 15; sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang: 1. Percaya [beriman] kepada Allah dan Rasul-Nya 2. Mereka tidak ragu-ragu 3. Mereka berjuang [berjihad] dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. Sebab-sebab yang bisa meningkatkan iman: 1. Ilmu Dengan ilmu pengetahuan, terutama ilmu-ilmu tentang Allah swt dan sifat-sifat-Nya serta ciptaan-Nya akan bisa menambah keimanan seseorang. Allah berfirman: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Mahapengampun. 2. Memperhatikan dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (Ali ‘Imraan: 19) 3. Mengerjakan amal-amal ketaatan dan kewajiban untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. sesungguhnya iman akan bertambah dengan amal-amal ketaatan, dan dan ini sangat ditentukan oleh: 1) husnul amal [kwalitas amal] semakin berkwalitas maka semakin banyak dalam meningkatkan keimanan. 2) jinsul amal (jenis amal), semakin bagus jenis amal, maka semakin besar peluang untuk meningkatkan iman. 3) katsrotul amal (jumlah amal), semakin banyak amal tanpa mengabaikan kwalitas, maka semakin banyak dalam meningkatkan keimanan. 4. Meninggalkan kemaksiatan karena takut kepada Allah. Iman akan bertambah dengan meninggalkan kemaksiatan, dan itu sangat ditentukan oleh beberapa hal: 1) jinsul ma’shiyah [jenis kemaksiatan yang ditinggalkannya] semakin jelek suatu kemaksiatan yang ditinggalkannya, maka semakin besar potensi untuk menambah iman. 2) adadul ma’shiyah [jumlah kemaksiatan yang ditinggalkannya]. 3) Quwwatud da’i ilal ma’shiyah [kekuatan daya tarik kemaksiatan yang ditinggalkannya].

Tanda-tanda Keimanan

Aqidah Islam 1. Mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari segala-galanya. Rasulullah saw. bersabda: “Ada tiga hal yang barang siapa memilikinya akan merasakan nikmatnya iman: 1) hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari yang lainnya 2) ketika mencintai seseorang tidak ada tujuan lain kecuali karena Allah swt. 3) benci kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci kalau dilempar ke dalam api neraka. 2. Sambutan yang sempurna terhadap perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya. “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar Rasul menghukum [mengadili] di antara mereka ialah ucapan: ‘Kami mendengar, dan kami patuh.’ Dan itulah orang-orang yang beruntung.” (an-Nuur: 15) “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (an-Nisaa’: 65) Dari Ibnu Abbas: Sesungguhnya Rasulullah saw. melihat cincin emas di jari tangan seseorang lalu Rasulullah mencabut cincin tersebut lalu membuangnya dan berkata: “Apakah salah seorang dari kalian sengaja mengambil bara api lalu menaruhnya di tangannya?” ketika Rasulullah sudah pergi ada seseorang berkata kepada orang tersebut: “Ambillah cincinmu dan gunakan untuk hal lain.” Dia mengatakan: “Tidak, demi Allah selamanya aku tidak akan mengambilnya karena Rasulullah saw. sudah membuangnya.” 3. Cinta dan benci karena Allah. “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan[*] yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (al-Mujaadilah: 22) [*] yang dimaksud dengan pertolongan ialah kemauan batin, kebersihan hati, kemenangan terhadap musuh dan lain-lain. Dari Abi Umamah al-Bahili, Rasulullah saw. bersabda: “Barangisapa yang cinta karena Allah dan benci karena Allah, memberi karena Allah dan menahan [tidak memberi] karena Allah maka dia telah menyempurnakan keimanannya.” (HR Abu Dawud) 4. Lebih mengutamakan akhirat atas dunia. “ Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, Maka Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).” (an-Naazi’aat: 37-41) 5. Memakmurkan masjid. “hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (at-Taubah: 18) “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang,” (an-Nuur: 36) 6. Mencintai ketaatan dan membenci kemaksiatan. Rasulullah saw. bersabda: “Jika kebaikanmu membuat kamu senang dan bahagia dan kejelekanmu membuat kamu sedih maka kamu adalah mukmin.” 7. Ridla terhadap qadla dan qadar Allah. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (al-Baqarah: 155) Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah menimpa seorang mukmin –meskipun hanya duri yang menusuk- kecuali Allah swt. menjadikan dengannya kebaikan [pahala] baginya dan menghapus dengannya kesalahannya.”

Berteman dengan Orang Shalih (1)

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits

Allah berfirman: “Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya: ‘Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.’” (al-Kahfi: 60)
Sampai pada firman-Nya: “Musa berkata kepada Khidhir: “Bolehkah aku mengikutimu supaya engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (al-Kahfi: 66)

Allah berfirman: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridlaan-Nya.” (al-Kahfi: 28)

Dari Anas ra. ia berkata: Ketika Rasulullah saw. wafat, Abu Bakar mengajak Umar ra. seraya berkata: “Mari kita berkunjung ke tempat Ummu Aiman ra. sebagaimana Rasulullah sering mengunjunginya.” Ketika keduanya sampai di tempat Ummu Aiman, wanita itu menangis. Keduanya berkata: “Apa yang menyebabkan engkau menangis, bukankah apa yang disediakan Allah untuk Rasul-Nya sangat baik?” Ia menjawab: “Saya menangis bukan karena itu, saya tahu bahwa apa yang disediakan Allah untuk Rasul-Nya sangat baik. Saya menangis karena wahyu dari langit telah terputus.” Perkataan Ummu Aiman itu membuat keduanya terkesan, sehingga membuat mereka menangis.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya ada seseorang yang akan berkunjung ke tempat saudaranya yang berada di desa lain, kemudian Allah Ta’ala mengutus malaikat untuk mengujinya. Setelah malaikat itu berjumpa dengannya, ia bertanya: ‘Hendak kemanakah engkau?’ Ia menjawab: ‘Saya akan berkunjung ke tempat saudaraku yang berada di desa itu.’ Malaikat itu bertanya: ‘Apakah engkau merasa berhutang budi sehingga engkau mengunjunginya?’ Ia menjawab: ‘Tidak, saya mengunjungi dan mencintainya karena Allah Ta’ala.’ Malaikat itu berkata: ‘Sesungguhnya saya adalah utusan Allah untuk menjumpaimu, dan Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena Allah.’” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka ada dua malaikat yang memuji dan mendoakannya: ‘Bagus engkau dan bagus pula perjalananmu, maka surgalah tempatmu.’” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Musa al-Asy’ari ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan orang yang bergaul dengan orang saleh dan orang jahat, seperti orang yang bergaul dengan orang yang membawa minyak kasturi dan orang yang meniup api. Orang yang membawa minyak kasturi, mungkin memberi minyak kepadamu atau membeli minyak kepadanya, paling tidak engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan orang yang meniup api, mungkin ia akan membakar kainmu atau kamu akan mendapatkan bau tidak enak darinya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Pilihlah perempuan yang akan dinikahi karena empat perkara: hartanya, derajatnya, kecantikannya atau karena agamanya. Utamakanlah agamanya niscaya kamu beruntung.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu ‘Abbas ra. ia berkata: Nabi saw. bertanya kepada Jibril as.: “Apa yang mencegahmu untuk sering datang kepada kami?” maka turunlah ayat: “Wa maa natanazzalu illaa bi amri rabbika laHuu maa baina aidiinaa wa maa khalafnaa wa maa baina dzaalika (dan tidaklah kami [Jibril] turun, kecuali dengan perintah Rabb-mu. Kepunyaan-Nya lah semua yang ada di hadapan kita, di belakang kita dan di antara keduanya.)” (HR Bukhari)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Janganlah kalian berteman kecuali dengan orang yang beriman dan janganlah ada yang memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Sesungguhnya Nabi saw. bersabda: “Seseorang bisa terpengaruh oleh agama sahabat karibnya. Oleh sebab itu, perhatikanlah salah seorang di antara kamu dengan siapa ia bergaul.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

Dari Abu Musa al-Asy’ari ra. ia berkata: Sesungguhnya Nabi saw. bersabda: “Seorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan: “Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi saw. tentang seorang yang mencintai suatu kaum, tetapi ia belum pernah bertemu dengan mereka, maka beliau menjawab: ‘Ia akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya.’”

Dari Anas ra., sesungguhnya ada seorang Badui bertanya kepada Rasulullah saw.: “Kapankah hari kiamat?” Rasulullah saw. balik bertanya: “Bekal apakah yang sudah engkau siapkan untuk menghadapinya?” Ia menjawab: “Mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Beliau bersabda: “Engkau akan bersama-sama dengan orang yang engkau cintai [nanti di akhirat].” (HR Bukhari dan Muslim)

Berteman dengan Orang Shalih (2)

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits

Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: Seseorang mendatangi Rasulullah saw. dan bertanya: “Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang mencintai suatu kaum, tetapi ia belum pernah bertemu dengan mereka?” Rasulullah saw. menjawab: “Seseorang itu akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya [kelak di akhirat].” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Manusia itu berbeda-beda dalam watak dan baik dan buruknya, bagaikan tambang emas dan perak. Orang yang paling baik pada masa jahiliyah adalah orang yang terbaik pula di masa Islam, apabila mereka memahami syariat. Roh itu berkelompok-kelompok dan berpisah-pisah. Roh yang saling mengenal itu berkumpul dan yang tidak saling mengenal berpisah.” (HR Muslim)

Dari Usair bin ‘Amr (Ibnu Jabir), ia berkata: Tatkala Umar bin al-Khaththab ra. kedatangan serombongan penduduk Yaman, ia bertanya: ‘Apakah ada di antara kalian yang bernama Uwais bin ‘Amr?’ Ia menjawab: ‘Ya.’ Umar bertanya lagi: ‘Apakah kamu dari Murad dan Qaran?’ Ia menjawab: ‘Ya.’ Umar bertanya: ‘Apakah kamu dulu pernah mengalami sakit belang kemudian sembuh kecuali tinggal sebesar dirham?’ Ia menjawab: ‘Ya.’ Umar kembali bertanya: ‘Apakah engkau masih memiliki ibu?’ Ia menjawab: ‘Ya.’ Umar menjelaskan: ‘Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Nanti kamu akan kedatangan seseorang yang bernama Uwais bin ‘Amr bersama serombongan penduduk Yaman. Ciri-cirinya, ia dari Murad dan Qaran, pernah berpenyakit belang dan sembuh, kecuali sebesar dirham. Ia mempunyai ibu dan sangat berbakti kepadanya. Seandainya ia berbuat baik kepada Allah, pasti Allah akan berbuat baik kepadanya. Mintalah agar ia memohonkan ampun buat dirimu. Oleh karena itu, mohonkanlah ampun buat diriku.’ Kemudian dia memohonkan ampun untuk Umar. Setelah itu Umar bertanya: ‘Engkau akan kemana lagi?’ Ia menjawab: ‘Ke Kufah.’ Umar menawarkan: ‘Bolehkah aku menulis surat kepada ‘Amil (bendaharawan) di Kufah untuk membantu kamu?’ Ia menjawab: ‘Saya lebih senang menjadi orang biasa.’
Pada tahun berikutnya, ada seorang terkemuka dari penduduk Yaman mengerjakan ibadah haji dan berjumpa dengan Umar. Kemudian Umar menanyakan kepadanya tentang Uwais. Orang itu menjawab: “Saya meninggalkan dia dalam keadaan menyedihkan, rumahnya sangat kecil dan tergolong miskin.” Umar berkata: “Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Nanti kamu akan kedatangan seseorang yang bernama Uwais bin ‘Amr bersama serombongan penduduk Yaman. Ciri-cirinya, ia dari Murad dan Qaran, pernah berpenyakit belang dan sembuh, kecuali sebesar dirham. Ia mempunyai ibu dan sangat berbakti kepadanya. Seandainya ia berbuat baik kepada Allah, pasti Allah akan berbuat baik kepadanya. Mintalah agar ia memohonkan ampun buat dirimu.
Setelah pulang orang itu menemui Uwais dan berkata: “Mohonkan ampun buat diriku.” Uwais menjawab: “Sebenarnya engkaulah yang mendoakan saya, karena baru pulang dari bepergian yang baik. Maka mohonkan ampun buat diriku.” Orang itu bertanya: “Kamu pernah bertemu Umar?” Uwais menjawab: “Ya.” Kemudian Uwais menyadari dan memohonkan ampun buat orang itu. Sesudah itu orang-orang mengenalnya dan berbondong-bondong meminta agar dia memohonkan ampun untuk mereka. Melihat hal demikian Uwais pergi untuk menyendiri.” (HR Muslim)

Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Usair bin Jabir ra. ia berkata: penduduk Kufah mengutus suatu rombongan untuk menghadap Umar ra. di antara mereka ada yang mengejek Uwais, kemudian Umar bertanya: “Apakah di sini ada seseorang yang berasal dari Qaran?” Maka Uwais mendekatinya, dan Umar berkata: “Rasulullah saw. bersabda: Nanti kamu kedatangan seseorang dari Yaman bernama Uwais, dia tidak meninggalkan apa-apa di Yaman selain ibu yang ditaatinya. Dia berpenyakit belang, setelah berdoa, Allah menyembuhkannya kecuali sebesar dinar atau dirham. Siapa saja di antara kamu bertemu dengannya, mintalah agar dia memohonkan ampun buat kalian.”
Pada riwayat lain, dari Umar ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in adalah seseorang yang bernama Uwais, dia mempunyai ibu dan pernah berpenyakit belang, mintalah kalian kepadanya agar memohonkan ampun buat kamu.”

Dari Umar bin al-Khaththab ra. ia berkata: Saya minta izin kepada Nabi saw. untuk mengerjakan umrah. Beliau mengizinkanku, seraya bersabda: “Wahai saudaraku, janganlah engkau lupakan kami dari doamu.” Umar berkata: “Itu adalah suatu ungkapan yang sangat menggembirakan saya, dan ungkapan itu lebih berharga daripada dunia.”
Dalam riwayat lain, Nabi saw. bersabda: “Wahai saudaraku, sertakan kami dalam doamu.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Nabi saw. sering berziarah ke Kuba’ baik naik kendaraan maupun berjalan. Di sana beliau shalat dua rakaat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain dikatakan: “Setiap hari Sabtu Nabi saw. datang ke masjid Kuba’, baik berkendaraan maupun berjalan. Ibnu Umar juga mencontohnya.”

Menghukumi Menurut Dhahirnya

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Al-Qur’an dan Hadits

Allah berfirman: “Jika mereka bertobat dan mendirikan shalat serta menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan.” (at-Taubah: 5)

Dari Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia, sehingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Apabila mereka telah melaksanakan, maka terjagalah darah dan harta mereka, kecuali dalam kewajiban Islam. Adapun perhitungan mereka terserah pada Allah Ta’ala.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah Thariq bin Asy-yam ra. ia berkata: saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang mengucapkan ‘laa ilaaHa illallaaH [tidak ada Tuhan kecuali Allah] dan ingkar terhadap yang disembah kecuali Allah, maka haramlah diganggu harta dan darahnya. Adapun perhitungannya terserah pada Allah Ta’ala.” (HR Muslim)

Dari Ma’bad al-Miqdad bin al-Aswad ra. ia berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah saw.: “Bagaima pendapatmu seandainya saya bertemu dengan seorang kafir dan kami berperang, kemudian ia memotong salah satu tangan saya, kemudian ia menyembunyikan diri daripadaku dengan berlindung di balik pohon serta berkata: “Saya sekarang masuk Islam karena Allah.” Maka apakah boleh saya membunuhnya setelah ia mengucapkan perkataan itu wahai Rasulallah?” Beliau menjawab: “Janganlah kemu membunuhnya.” Ma’bad bertanya: “Wahai Rasulallah, ia telah memotong salah satu tangan saya, kemudian mengucapkan perkataan itu.” Jawab beliau: “Janganlah kamu membunuhnya, seandainya kamu membunuhnya, maka ia menduduki kedudukanmu sebelum kamu membunuhnya, dan kamu menduduki kedudukannya sebelum ia mengucapkan perkataan yang diucapkannya itu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Usamah bin Zaid ra. ia berkata: “Rasulullah saw. mengutus kami ke Huragah di suku Juhainah. Pada suatu pagi kami menyerbu mereka. Saya dan seorang shahabat Anshar, berpapasan dengan salah seorang di antar mereka. Ketika kami telah mengepungnya, ia mengucapkan “Laa ilaaHa illallaaH” (Tiada Tuhan selain Alla); shahabat Anshar tadi melepaskannya tetapi saya menikamnya dengan tombak sehingga terbunuh. Ketika kami sampai di Madinah, berita itu telah sampai pada Nabi saw. maka beliau memanggil saya: “Hai Usamah, kenapa kamu membunuh orang padahal ia telah mengucapkan “Laa ilaaHa illallaaH”?” Saya menjawab: “Wahai Rasulallah, sesungguhnya ia hanya berusaha menyelamatkan diri.” Beliau bersabda: “Kenapa kamu membunuh orang padahal ia telah mengucapkan “Laa ilaaHa illallaaH”?” Beliau mengulang-ulang sabdanya itu sehingga perasaan saya ingin andaikan saya baru masuk Islam hari itu.” (HR Bukhari)

Dalam riwayat lain dikatakan: Rasulullah saw. bertanya: “Apakah ia telah mengucapkan “Laa ilaaHa illallaaH” kemudian kamu membunuhnya?” Saya menjawab: “Wahai Rasulallah, sesungguhnya ia mengucapkan kalimat itu hanya karena takut pada pedang.” Beliau bertanya: “Apakah sudah kamu belah dadanya, sehingga kamu mengetahui isi hatinya, apakah ia mengucapkan kalimat itu dengan tulus atau tidak?” Beliau mengulang-ulangi pertanyaan itu, sehingga perasaan saya ingin untuk baru masuk Islam pada hari itu.”

Dari Jundub bin Abdullah ra. ia berkata: Rasulullah saw. mengutus suatu pasukan muslimin untuk memerangi pasukan musyrik. Ketika kedua pasukan itu saling berhadapan, ada seorang musyrik yang mendekati seorang muslim dan membunuhnya. Kemudian ada seorang muslim yang mencari lengahnya dan membunuhnya. Dan kami yakin bahwa orang itu adalah Usamah bin Zaid. Ketika Usamah mengangkat pedangnya orang musyrik itu mengucapkan “Laa ilaaHa illallaaH” tetapi kemudian Usamah membunuhnya. Ketika juru kabar sampai di hadapan Rasulullah saw. ia menanyakan dan menceritakan tentang jalannya peperangan, sehingga ia menceritakan tentang bagaimana orang itu bertindak. Setelah itu beliau memanggil Usamah dan bertanya: “Kenapa kamu membunuhnya?” Usamah menjawab: “Wahai Rasulallah, sesungguhnya ia sangat merugikan pasukan muslimin dan ia telah membunuh fulan dan si fulan. Ia membahayakan pasukan kita. Oleh karena itu saya bermaksud untuk menyerangnya. Tetapi ketika melihat pedang, ia mengucapkan “Laa ilaaHa illallaaH.” Rasulullah saw. bertanya: “Kamu terus membunuhnya?” Usamah menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Bagaimana kamu mempertanggungjawabkan “Laa ilaaHa illallaaH” nanti apabila hari kiamat tiba?” Usamah berkata: “Wahai Rasulallah, mohonkan ampun untuk diri saya.” Beliau bersabda: “Bagaimana kamu mempertanggungjawabkan “Laa ilaaHa illallaaH” nanti apabila hari kiamat tiba?” beliau tidak bersabda apa-apa selain hanya: “Bagaimana kamu mempertanggungjawabkan “Laa ilaaHa illallaaH” nanti apabila hari kiamat tiba?” (HR Muslim)

Dari Abdullah bin Utbah bin Mas’ud, ia berkata: “Saya mendengar Umar bin Khaththab ra. berkata: “Sesungguhnya manusia pada masa Rasulullah saw. itu diberi keputusan dengan petunjuk wahyu, dan sekarang wahyu itu telah terhenti. Oleh karena itu, sekarang kami memberi keputusan kepada kalian sesuai dengan perbuatan yang nampak bagi kami. Maka siapa saja yang nampa berbuat baik kepada kami niscaya kami mempercayai dan mendekatinya dan kami tidak perlu mempermasalahkan urusan batin. Allah lah yang memperhitungkan masalah batinnya. Dan siapa saja yang nampak berbuat jahat kepada kami niscaya kami tidak mempercayai dan membenarkannya walaupun ia mengatakan bahwa batinnya (niat)nya baik.” (HR Bukhari)