Minggu, 20 Oktober 2013

Berteman dengan Orang Shalih (2)

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits

Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: Seseorang mendatangi Rasulullah saw. dan bertanya: “Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang mencintai suatu kaum, tetapi ia belum pernah bertemu dengan mereka?” Rasulullah saw. menjawab: “Seseorang itu akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya [kelak di akhirat].” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Manusia itu berbeda-beda dalam watak dan baik dan buruknya, bagaikan tambang emas dan perak. Orang yang paling baik pada masa jahiliyah adalah orang yang terbaik pula di masa Islam, apabila mereka memahami syariat. Roh itu berkelompok-kelompok dan berpisah-pisah. Roh yang saling mengenal itu berkumpul dan yang tidak saling mengenal berpisah.” (HR Muslim)

Dari Usair bin ‘Amr (Ibnu Jabir), ia berkata: Tatkala Umar bin al-Khaththab ra. kedatangan serombongan penduduk Yaman, ia bertanya: ‘Apakah ada di antara kalian yang bernama Uwais bin ‘Amr?’ Ia menjawab: ‘Ya.’ Umar bertanya lagi: ‘Apakah kamu dari Murad dan Qaran?’ Ia menjawab: ‘Ya.’ Umar bertanya: ‘Apakah kamu dulu pernah mengalami sakit belang kemudian sembuh kecuali tinggal sebesar dirham?’ Ia menjawab: ‘Ya.’ Umar kembali bertanya: ‘Apakah engkau masih memiliki ibu?’ Ia menjawab: ‘Ya.’ Umar menjelaskan: ‘Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Nanti kamu akan kedatangan seseorang yang bernama Uwais bin ‘Amr bersama serombongan penduduk Yaman. Ciri-cirinya, ia dari Murad dan Qaran, pernah berpenyakit belang dan sembuh, kecuali sebesar dirham. Ia mempunyai ibu dan sangat berbakti kepadanya. Seandainya ia berbuat baik kepada Allah, pasti Allah akan berbuat baik kepadanya. Mintalah agar ia memohonkan ampun buat dirimu. Oleh karena itu, mohonkanlah ampun buat diriku.’ Kemudian dia memohonkan ampun untuk Umar. Setelah itu Umar bertanya: ‘Engkau akan kemana lagi?’ Ia menjawab: ‘Ke Kufah.’ Umar menawarkan: ‘Bolehkah aku menulis surat kepada ‘Amil (bendaharawan) di Kufah untuk membantu kamu?’ Ia menjawab: ‘Saya lebih senang menjadi orang biasa.’
Pada tahun berikutnya, ada seorang terkemuka dari penduduk Yaman mengerjakan ibadah haji dan berjumpa dengan Umar. Kemudian Umar menanyakan kepadanya tentang Uwais. Orang itu menjawab: “Saya meninggalkan dia dalam keadaan menyedihkan, rumahnya sangat kecil dan tergolong miskin.” Umar berkata: “Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Nanti kamu akan kedatangan seseorang yang bernama Uwais bin ‘Amr bersama serombongan penduduk Yaman. Ciri-cirinya, ia dari Murad dan Qaran, pernah berpenyakit belang dan sembuh, kecuali sebesar dirham. Ia mempunyai ibu dan sangat berbakti kepadanya. Seandainya ia berbuat baik kepada Allah, pasti Allah akan berbuat baik kepadanya. Mintalah agar ia memohonkan ampun buat dirimu.
Setelah pulang orang itu menemui Uwais dan berkata: “Mohonkan ampun buat diriku.” Uwais menjawab: “Sebenarnya engkaulah yang mendoakan saya, karena baru pulang dari bepergian yang baik. Maka mohonkan ampun buat diriku.” Orang itu bertanya: “Kamu pernah bertemu Umar?” Uwais menjawab: “Ya.” Kemudian Uwais menyadari dan memohonkan ampun buat orang itu. Sesudah itu orang-orang mengenalnya dan berbondong-bondong meminta agar dia memohonkan ampun untuk mereka. Melihat hal demikian Uwais pergi untuk menyendiri.” (HR Muslim)

Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Usair bin Jabir ra. ia berkata: penduduk Kufah mengutus suatu rombongan untuk menghadap Umar ra. di antara mereka ada yang mengejek Uwais, kemudian Umar bertanya: “Apakah di sini ada seseorang yang berasal dari Qaran?” Maka Uwais mendekatinya, dan Umar berkata: “Rasulullah saw. bersabda: Nanti kamu kedatangan seseorang dari Yaman bernama Uwais, dia tidak meninggalkan apa-apa di Yaman selain ibu yang ditaatinya. Dia berpenyakit belang, setelah berdoa, Allah menyembuhkannya kecuali sebesar dinar atau dirham. Siapa saja di antara kamu bertemu dengannya, mintalah agar dia memohonkan ampun buat kalian.”
Pada riwayat lain, dari Umar ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in adalah seseorang yang bernama Uwais, dia mempunyai ibu dan pernah berpenyakit belang, mintalah kalian kepadanya agar memohonkan ampun buat kamu.”

Dari Umar bin al-Khaththab ra. ia berkata: Saya minta izin kepada Nabi saw. untuk mengerjakan umrah. Beliau mengizinkanku, seraya bersabda: “Wahai saudaraku, janganlah engkau lupakan kami dari doamu.” Umar berkata: “Itu adalah suatu ungkapan yang sangat menggembirakan saya, dan ungkapan itu lebih berharga daripada dunia.”
Dalam riwayat lain, Nabi saw. bersabda: “Wahai saudaraku, sertakan kami dalam doamu.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Nabi saw. sering berziarah ke Kuba’ baik naik kendaraan maupun berjalan. Di sana beliau shalat dua rakaat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain dikatakan: “Setiap hari Sabtu Nabi saw. datang ke masjid Kuba’, baik berkendaraan maupun berjalan. Ibnu Umar juga mencontohnya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar