Sabtu, 07 Desember 2013

Bid’ah


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits-Hadits tentang Bid’ah

Allah berfirman: “Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan.” (Yunus: 32)

Allah berfirman: “Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam al-Kitab.” (al-An’am: 38)

Allah berfirman: “Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya).” (an-Nisaa’: 59)

Allah berfirman: “Dan (perintah Kami) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.” (al-An’am: 153)

Allah berfirman: “Katakanlah. Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (Ali ‘Imraan: 31)

Dari Aisyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang mengada-ada tentang sesuatu dalam urusan (agama) kami, yang tidak kami perintahkan, maka hal itu ditolak.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim, Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang mengerjakan suatu pekerjaan yang tidak cocok dengan syariat kami, maka ditolak.”

Dari Jabir ra. ia berkata: “Apabila Rasulullah saw. berkhutbah, kedua matanya memerah, suaranya dan kelihatan sangat marah seakan-akan beliau seorang panglima yang kejam, seraya bersabda: “(Hati-hatilah) dari pagi sampai sore musuh mengancam kalian!” selanjutnya beliau bersabda: “Aku diutus sedangkan kiamat itu bagaikan dua jari ini.” Sambil mensejajarkan jari telunjuk dan jari tengah. Beliau bersabda: “Ketahuilah bahwa sebaik-baik ucapan adalah kitab Allah (al-Qur’an), sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw. dan sejelek-jelek perkara agama sepeninggalanku adalah melakukan sesuatu yang baru dalam agama, yang demikian itu disebut bid’ah, dan setiap bid’ah itu pasti sesat.” Selanjutnya bersabda: “Aku lebih utama (dalam segala hal) dibanding orang mukmin yang lain. Siapa saja meninggalkan harta, adalah menjadi hak ahli warisnya. Dan siapa saja meninggalkan hutang atau keluarga yang tersia-sia, maka sayalah walinya dan atas tanggungan.” (HR Muslim)

Seruan untuk Berdakwah


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits-hadits agar Berdakwah

Allah berfirman: “Dan serulah kepada (agama) Rabb-mu.” (al-Hajj: 67)

Allah berfirman: “Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.” (an-Nahl: 125)

Allah berfirman: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.” (al-Maaidah: 2)

Allah berfirman: “Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan.” (Ali Imraan: 104)

Dari Ibnu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr al-Anshariy al-Badriy ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang menunjukkan (mengajak) kepada kebaikan, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang mengerjakan kebaikan itu.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang mengajak kepada kebenaran, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun. Dan siapa saja yang mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat dosa seperti dosa orang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun.” (HR Muslim)

Dari Abul ‘Abbas Sahl bin Sa’ad as-Sa’idiy ra. ia berkata: Ketika perang Khaibar Rasulullah saw. bersabda: “Esok akan kuserahkan panji ini kepada seseorang. Allah akan memberi kemenangan melalui tangannya. Ia mencintai Allah dan Rasul-Nya, Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya.” Semalaman orang-orang ramai membicarakan, siapa gerangan di antara mereka yang akan diserahi panji itu. Keesokan harinya Rasulullah saw. bersabda: “Dimana Ali bin Abi Thalib?” Seseorang menjawab: “Wahai Rasulallah, ia sedang sakit mata.” Beliau bersabda: “Panggillah ia kemari.” Setelah di hadapannya, Rasulullah saw. meludahi kedua matanya dan mendoakannya. Lalu sembuhlah penyakit itu seakan-akan ia tidak pernah sakit mata, kemudian ia diberi panji. Ali ra. bertanya: “Wahai Rasulallah, apakah aku harus memerangi mereka sampai bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah?” beliau menjawab: “Laksanakanlah dengan tenang, sehingga kamu sampai di daerah mereka, lalu ajaklah masuk agama Islam dan beritahukanlah kepada mereka tentang hak Allah Ta’ala yang harus mereka laksanakan. Demi Allah, seandainya Allah memberi petunjuk disebabkan ajakanmu, itu lebih baik bagimu daripada memperoleh rampasan perang berupa ternak-ternak yang paling bagus.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Seorang pemuda dari suku Aslam berkata: “Wahai Rasulallah, sesungguhnya saya ingin ikut berperang, tetapi tidak mempunyai bekal.” Beliau bersabda: “Datanglah kepada si fulan karena ia sudah mempersiapkan tetapi ia sakit.” Kemudian pemuda itu datang ke tempat fulan dan berkata: “Rasulullah mengucapkan salam untuk kamu.” Kemudian melanjutkan perkataannya: “Berikanlah perbekalan perangmu untukku.” Kemudian si fulan tadi berkata: “Wahai istriku, berikanlah perbekalan yang telah aku persiapkan dan jangan kamu simpan sedikitpun, demi Allah, jangan kamu simpan sedikitpun bekal yang telah aku persiapkan, karena hal itu pasti akan membawa berkah bagimu.” (HR Muslim)

Ancaman Bagi Orang yang Tidak Konsekuen


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits tentang Ancaman bagi yang tidak konsekuen

Allah berfirman: “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berfikir?” (al-Baqarah: 44)

Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (ash-Shaff: 2-3)

Allah berfirman: “…dan aku tidak berkehendak mengerjakan apa yang aku larang kamu daripadanya.” (Huud: 88)

Dari Abu Zaid Usamah bin Zaid bin Haritsah ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Setelah hari kiamat, ada seseorang yang didatangkan dan dilemparkan ke dalam neraka, kemudian dikeluarkan ususnya, lalu berputar-putar di dalamnya bagaikan berputarnya keledai yang sedang menggiling. Melihat yang demikian, berkerumunlah ahli neraka seraya berkata: “Hai fulan, mengapa kamu seperti itu? Bukankah kamu yang menyuruh untuk berbuat baik dan melarang dari perbuatan munkar?” ia menjawab: “Benar, akulah yang menganjurkan kebaikan, tetapi aku tidak mengerjakannya dan aku melarang dari perbuatan munkar tetapi aku melakukannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Syirik Kecil


1.Riya' Dalam Beribadah.

Barang siapa yang melakukan ibadah atau qurbah (amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah ), namun bertujuan untuk Allah dan agar dilihat atau dipuji manusia maka dia telah melakukan syirik ashghar. Sehingga amalan yang dia kerjakan sia-sia dan ditolak. Dalil yang menjelaskan hal itu adalah sebuah hadits qudsi dari dari Rasulullah, bahwa Allah berfirman, artinya,
"Aku tidak membutuhkan sekutu-sekutu, barang siapa yang mengerjakan suatu perbuatan di dalamnya menyekutukan Aku dengan selain-Ku maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya." (HR Muslim)

2.Bersumpah dengan Selain Allah

Di antara bentuk syirik ashghar yang banyak terjadi di masyarkat adalah bersumpah dengan selain Allah . Rasulullah telah bersabda,
"Barang siapa yang bersumpah dengan selain Allah maka dia telah menyekutukan Allah." (HR. Ahmad, shahihul jami' no.6204)

Beliau juga telah bersabda,
"Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah melarang kalian bersumpah dengan nama bapak-bapak kalian. Barang siapa bersumpah maka hendaknya dia bersumpah dengan nama Allah atau (kalau tidak) hendaknya dia diam." (HR al-Bukhari, al-Fath 11/530)

Maka tidak dibolehkan seorang muslim bersumpah dengan menyebut selain Allah meskipun tidak bertujuan untuk mengagungkan makhluk dengan sumpah itu. Dan walaupun yang digunakan untuk bersumpah adalah seorang nabi atau orang shalih. Sebagaimana tidak boleh bersumpah dengan menyebut Ka'bah, dengan amanat, kemuliaan, kehidupan fulan, nabi, wali, tidak boleh pula bersumpah dengan nama bapak, ibu, anak, dengan barakahnya si fulan dan kedudukannya. Semua ini hukumnya haram, karena bersumpah hanya dibolehkan dengan menyebut Allah , nama-nama dan sifat-sifat-Nya.

Barang siapa yang terlanjur mengucapkan sumpah yang diharamkan tersebut maka hendaknya dia mengucapkan la ilaha illallah kemudian beristighfar dan tidak mengulangi perbuatan semisal itu. Nabi telah bersabda,
"Barang siapa yang bersumpah dan dia berkata di dalam sumpahnya tersebut dengan menyebut Latta dan Uzza maka hendaknya dia mengucapkan la ilaha illallah." (HR al-Bukhari di dalam al-Fath 11/546)

Di samping itu ada beberapa kalimat yang mengandung kesyirikan dan sering diucapkan oleh banyak orang, seperti; Aku bertawakkal (bersandar) kepada Allah dan kepadamu; Aku tidak kuasa apa-apa kalau tidak karena Allah dan karenamu; Kalau saja bukan karena Allah dan karenamu; Ini dari Allah dan darimu atau lafal-lafal lain yang semakna dengan ini. Rasulullah telah bersabda,
"Janganlah kalian mengucapkan, "Atas kehedak Allah dan kehendak fulan" akan tetapi ucapkanlah, "Atas kehendak Allah kemudian kehendak fulan." (HR Abu Dawud, dalam silsilah shahihah, 137)

Demikian juga kalimat-kalimat yang berisi celaan terhadap masa (waktu) seperti; Allah melaknat zaman yang kelam ini; Ini waktu atau hari pembawa sial dan yang semisalnya. Karena mencela masa adalah sama dengan mencela Allah yang telah menciptakan masa tersebut. Nabi bersabda, Allah berfirman, artinya,
"Anak Adam mencela masa, padahal Akulah Masa itu, di tangan-Ku siang dan malam." (HR al-Bukhari)

Masuk dalam kategori lafal-lafal yang diharamkan adalah memberikan nama dengan segala sesuatu yang diperhambakan kepada selain Allah , seperti Abdul Husain, Abdul Masih, Abdur Rasul, Abdun Nabi dan lain sebagainya.

3. Tathayyur

Yaitu merasa sial karena melihat sesuatu. Tathayyur diambil dari kata thiyarah berasal dari ath-Thair yakni burung. Awal mulanya adalah bahwa dulu orang Arab apabila akan melakukan sesuatu seperti bepergian atau lainnya, maka dia melepaskan burung, kalau burung tersebut terbang ke arah kanan maka dia melanjutkan keinginannya, dan kalau terbangnya ke arah kiri maka dia merasa sial dan mengurungkan keinginannya. Rasulullah telah menjelaskan tentang tathayyur ini dalam sabdanya,
"Thiyarah adalah syirik." (HR. Ahmad, Shahihul Jami' 3955)

Dalam sabdanya yang lain disebutkan,
"Bukan termasuk golongan kami orang yang melakukan thiyaroh atau diminta untuk berthiyarah, juga orang yang melakukan perdukunan dan minta didukunkan." (HR. ath-Thabrani, silsilah hadits shahihah, 2195)

Masuk ke dalam kategori keyakinan yang merusak kemurnian tauhid adalah merasa sial dengan bulan Shafar, merasa sial dengan hari Jum'at tanggal tiga belas atau dengan angka tiga belas. Ini semua hukumnya haram dan termasuk dalam syirik ashghar.

Obat dari penyakit ini adalah dengan betawakkal sepenuhnya kepada Allah. Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata, "Thiyarah adalah syirik, dan tidak ada di antara kita kecuali terkadang pada dirinya terlintas sedikit dari tasya'um (rasa sial) ini, akan tetapi Allah menghilangkannya dengan sikap tawakkal." (riwayat Abu Dawud dan al-Bukhari di dalam al-Adabul Mufrad)

4.Meninggalkan Shalat Karena Malas

Sedangkan jika meninggalkannya karena juhud (mengingkari) atas wajibnya shalat tersebut atau beristihza' (mengolok-olok) maka dia kafir keluar dari Islam menurut ijma'. Adapun jika meninggalkannya karena malas atau menganggap enteng maka dia telah melakukan dosa besar yang sangat besar, berdasarkan sabda Nabi,
"Perjanjian antara kami dengan mereka adalah shalat, maka barang siapa yang meninggalkannya dia telah kafir." (HR Ahmad, shahihul jami', 4143)
"Antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah bila dia meninggalkan shalat." (HR. Muslim)

Dan menurut sebagian ulama, meninggalkan shalat hukumnya adalah kufur akbar berdasarkan dalil di atas dan dalil-dalil yang lainnya meskipun meninggalkannya karena malas dan menganggap enteng. Terlepas dari dua pendapat yang ada, meninggalkan shalat adalah sesuatu yang sangat berbahaya.

Catatan: Pendapat yang lebih kuat yaitu bahwa orang yang meninggalkan shalat karena malas adalah kafir, wallahu a'lam.

5.Jimat dan Sejenisnya

Termasuk syirik adalah berkeyakinan bahwa manfaat atau kesembuhan dapat diperoleh dari benda-benda yang tidak pernah dijadikan oleh Allah sebagai sebab untuk mendapatkannya. Seperti keyakinan sebagian orang terhadap jimat-jimat, benda pusaka, tuah, logam-logam tertentu, rajah-rajah syirik yang diberikan dan ditulis oleh para dukun dan tukang sihir. Juga keyakinan terhadap benda peninggalan atau warisan orang tua, kakek, lalu digantungkan di leher anak-anak, istri atau ditaruh di kendaraan, di dalam rumah agar dapat menolak bala', sihir serta memberikan manfaat dan menjadi pagar pelindung.

Semua ini tidak diragukan lagi akan menafikan tawakkal kepada Allah. Dan benda-benda itu tidak memberikan manfaat apa-apa kepada manusia. Jika seseorang berkeyakinan bahwa benda-benda tersebut memberikan manfaat, selain Allah maka dia telah musyrik. Rasulullah bersabda,
"Barang siapa yang menggantungkan jimat maka dia telah syirik." (HR. Ahmad, silsilah hadits shahihah 492)

Orang yang melakukan itu semua adalah musyrik dengan kemusyrikan yang besar jika dia berkeyakinan bahwa benda-benda tersebut memang memberikan manfaat atau dapat memberikan madharat selain Allah. Adapun jika berkeyakinan bahwa benda tersebut hanya merupakan sebab kemanfaatan dan kemadharatan padahal Allah tidak menjadikannya sebagai sebab untuk mendapatkannya maka dia terjerumus dalam syirik ashghar. Kita berlindung kepada Allah dari semua itu.

Senin, 02 Desember 2013

Keutamaan Berbuat Baik Kepada Teman Ayah dan Ibu, Kerabat, Istri dan Orang-orang yang Pantas Dihormati


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits

Dari Ibnu Umar dia berkata: Nabi saw. bersabda: “Sebaik-baik kebajikan adalah seseorang yang menyambung tali persaudaraan kenalan bapaknya.”

Dari Abdullah bin Dinar, dari Abdullah bin Umar ra. ia berkata: kami bertemu seorang lelaki Badui di tengah perjalanan menuju ke Makkah, kemudian Abdullah bin Umar memberi salam dan mengajaknya untuk naik ke atas keledai serta memberikan surban yang dipakai di kepalanya. Ibnu Dinar berkata kepada Ibnu Umar: “Semoga Allah selalu memberikan kebaikan kepadamu, sesungguhnya orang itu adalah orang Badui dan mereka senang sekali diberi, walaupun hanya sedikit.” Abdullah bin Umar berkata: “Sesungguhnya orang itu adalah kenalan baik (ayahku) Umar Ibnul Khaththab ra. sesungguhnya sebaik-baik kebajikan adalah seseorang yang menyambung tali persaudaraan dengan kenalan ayahnya.”

Dalam riwayat lain, Ibnu Dinar bercerita tentang Ibnu Umar ra. menurutnya apabila Ibnu Umar pergi ke Makkah selalu membawa keledai sebagai gantinya onta apabila ia merasa jemu, dan ia biasa memakai surban di kepalanya. Kali tertentu, ketika ia pergi ke Makkah dengan keledainya, tiba-tiba ada seorang Badui lewat, dan bertanya: “Apakah kamu fulan bin fulan?” Orang Badui itu menjawab: “Benar.” Kemudian Ibnu Umar memberikan keledai itu kepadanya dan berkata: “Naikilah keledai ini.” Ia juga memberikan surbannya seraya berkata: “Pakailah surban ini di kepalamu.” Salah seorang teman Ibnu Umar berkata kepadanya: “Semoga Allah memberikan ampunan kepadamu yang telah memberikan kepada orang Badui ini seekor keledai yang biasa untuk gantian, dan surban yang biasa kamu pakai di kepalamu.” Ibnu Umar berkata: “Sesungguhnya sebaik-baik kebajikan yaitu seseorang yang menyambung tali persaudaraan dengan kenalan baik ayahnya setelah meninggal dunia, sesungguhnya ayah orang ini adalah kenalan baik (ayahku) Umar ra.” (HR Muslim)

Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah as-Sa’idiy ra. ia berkata: “Tatkala kami duduk di hadapan Rasulullah saw. tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dari Bani Salimah dan bertanya: “Wahai Rasulallah, apakah ada kebaikan yang dapat saya lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tua saya setelah mereka meninggal dunia?” Beliau menjawab: “Ya. Yaitu menshalati, memohonkan ampun, melaksanakan janji (wasiat) menghubungi keluarga yang tidak dapat dihubungi, kecuali dengan keduanya dan memuliakan kenalan baik mereka. (HR Abu Daud)

Dari Aisyah ra. ia berkata: “Saya tidak pernah merasa cemburu terhadap istri-istri Nabi saw. yang lain kecuali terhadap Khadijah ra. padahal saya tidak pernah berjumpa dengannya, tetapi karena Nabi sering menyebut-nyebutnya, dan beliau sering menyembelih kambing kemudian memotong beberapa bagian dan dikirimkan kepada kenalan-kenalan baik Khadijah. Saya sering berkata kepadanya: “Seolah-olah dunia ini tidak ada wanita selain Khadijah.” Maka beliau menjawab: “Sesungguhnya Khadijah itu begini dan begitu, dan hanya dengan dialah aku dikaruniai anak.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain dikatakan: Apabila beliau menyembelih kambing, beliau memberi kenalan-kenalan baik Khadijah apa yang mereka inginkan.”
Dalam riwayat lain dikatakan: “Apabila beliau menyembelih kambing, beliau bersabda: “Kirimlah daging ini kepada kenalan-kenalan Khadijah.”
Dalam riwayat lain dikatakan: “Halal binti Khuwailid saudari Khadijah pernah meminta izin untuk masuk ke rumah Rasulullah saw. kemudian beliau teringat cara Khadijah meminta izin, maka terharulah beliau seraya bersabda: “Ya Allah, inilah Halal binti Khuwailid.”

Dari Anas bin Malik ra. ia berkata: “Aku keluar bersama-sama Jarir Ibnu Abdullah al-Bajaliy ra. dalam suatu perjalanan, ia selalu melayani saya, maka saya katakan kepadanya: “Kamu jangan berbuat seperti itu.” Ia menjawab: “Sesungguhnya saya melihat shahabat Anshar senantiasa melayani Rasulullah saw. dalam segala hal, maka aku pun bersumpah pada diriku untuk tidak berkawan dengan shahabat Anshar kecuali saya harus melayaninya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Mencintai Allah


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits

Allah berfirman: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka…” (al-Fath: 29)

Allah berfirman: “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman [Anshar] sebelum [kedatangan] mereka [muhajirin], mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka.” (al-Hasyr: 9)

Dari Anas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Siapa saja yang memiliki tiga sifat ini, akan merasakan manisnya iman, yaitu: 1) mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segala-galanya; 2) mencintai seseorang hanya karena Allah; 3) enggan untuk kembali kafir setelah diselamatkan Allah sebagaimana enggannya apabila dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Ada tujuh kelompok yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: 1) pemimpin yang adil; 2) pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah Yang Mahamulia lagi Maha Agung; 3) seseorang yang hatinya selalu digantungkan [dipertautkan] dengan masjid; 4) dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah; 5) seorang laki-laki ketika dirayu untuk berzina oleh perempuan bangsawan yang berwajah cantik rupawan, lalu ia berkata: ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah.’ 6) seseorang yang mengeluarkan sedekah, secara sembunyi-sembunnyi, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya; 7) seseorang yang mengingat Allah di tempat yang sunyi dan kedua matanya mencucurkan air mata.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala pada hari kiamat akan berfirman: ‘Manakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku naungi mereka di bawah naungan-Ku, dan tidak ada naungan kecuali naungan-Ku.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, kalian tidak akan masuk surga sebelum beriman, dan kalian tidaklah beriman, sebelum saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu, jika kalian mengerjakannya maka akan timbul rasa saling mencintai di antara kalian. Yaitu sebarkanlah salam.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Ada seseorang yang berkunjung ke tempat saudaranya karena Allah yang berada di desa lain, kemudian Allah mengutus malaikat untuk menghadang dan mengujinya, namun orang itu tetap pada pendiriannya, kemudian malaikat itu berkata: ‘Sesungguhnya Allah telah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena-Nya.” (HR Muslim)

Dari al-Barra’ bin ‘Azib ra. dari Nabi saw. beliau menceritakan tentang shahabat Anshar: “Bahwa mereka tidak mencintai kecuali orang yang beriman dan mereka tidak membenci kecuali orang munafik. Siapa saja yang mencintai mereka, maka Allah mencintainya. Dan siapa saja yang membenci mereka, maka Allah membencinya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Mu’adz ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Siapa saja yang saling mencintai karena keagungan-Ku, mereka akan mendapatkan beberapa mimbar terbuat dari cahaya yang diingikan oleh para Nabi dan orang-orang yang mati syahid.” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Idris al-Khaulaniy, ia berkata: Saya masuk masjid Damsyik, di sana ada seorang pemuda yang giginya mengkilat. Orang-orang senantiasa mengerumuninya. Apabila mereka berbeda pendapat, mereka menyerahkan dan minta pertimbangan kepadanya, maka saya menanyakan tentang pemuda itu, dan dijawab bahwa pemuda itu adalah Mu’adz bin Jabal ra.
Pada esok harinya saya pagi-pagi datang ke masjid tetapi pemuda itu lebih pagi dari saya dan saya dapatkan ia sedang shalat. Saya menunggunya sampai selesai, dan mendatanginya dari arah depan. Saya ucapkan salam dan berkata kepadanya: “Demi allah, saya mencintaimu karena Allah.” Dia bertanya: “Apakah benar karena Allah?” Saya menjawab: “Ya, karena Allah.” Dia bertanya: “Apakah benar karena Allah?” Saya menjawab: “Ya, karena Allah.” Kemudian ia menarik ujung selendangku untuk mendekatkanku kepadanya dan dia berkata: “Sambutlah berita gembira ini, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: ‘Allah Yang Maha Pemberkah lagi Maha Luhur berfirman: Kecintaan-Ku tercurah untuk mereka yang saling mencintai karena Aku, mereka yang berteman karena Aku, mereka yang saling mengunjungi karena Aku dan mereka yang saling membantu karena Aku.” (HR Malik)

Dari Abu Karimah al-Miqdad bin Ma’dikariba ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Apabila seseorang mencintai saudaranya, beritahukanlah kepadanya bahwa ia mencintainya.” (HR Abu Daud)

Dari Mu’adz ra. berkata: Rasulullah saw. memegang tangannya seraya bersabda: “Hai Mu’adz, janganlah sekali-sekali kamu lupakan setiap selesai shalat membaca: AllaHumma a-‘innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika (Ya Allah, berilah saya pertolongan untuk selalu ingat kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu dan menyempurnakannya).” (HR Abu Daud dan Nasa-i)

Dari Anas ra. ia berkata: Ada seorang laki-laki duduk di hadapan Nabi saw. kemudian ada seseorang yang lewat di situ, lalu orang yang duduk di hadapan Nabi berkata: “Ya Rasulallah, sesungguhnya saya mencintai orang itu.” Nabi saw. bertanya: “Apakah engkau sudah memberitahukan kepadanya?” Dia menjawab: “Belum.” Beliau menjawab: “Beritahukannlah kepadanya.” Kemudian dia menemui orang itu dan berkata: “Sesungguhnya saya mencintaimu karena Allah.” Orang itu menjawab: “Semoga engkau dicintai oleh Dzat yang menjadikanmu mencintaiku karena-Nya.” (HR Abu Daud)

Ancaman Bagi yang Melanggar Larangan Allah dan Rasul-Nya


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – Hadits

Firman Allah: “Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa adzab yang pedih.” (an-Nuur: 63)

Firman Allah: “Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya.” (Ali Imraan: 28)

Firman Allah: “Sesunggunya adzab Tuhanmu benar-benar keras.” (al-Buruuj: 12)

Firman Allah: “Dan begitulah adzab Tuhanmu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat dzalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu adalah sangat pedih dan keras.” (Huud: 102)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sungguh, Allah Ta’ala mempunyai rasa cemburu. Cemburu jika seseorang mengerjakan apa yang diharamkan-Nya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Yang harus dikerjakan ketika melanggar larangan Allah:
Firman Allah: “Dan jika kamu tertimpa suatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah.” (al-A’raaf: 200)

Firman Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (al-A’raaf: 201)

Firman Allah: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri[*], mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah Sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Ali Imraan: 135-136)

[*] Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil.

Firman Allah: “Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (an-Nuur: 31)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Barangsiapa bersumpah dengan mengatakan: Demi Latta dan Uzza; maka hendaklah ia segera mengucapkan: Laa ilaaHa illallaaH (tiada Tuhan selain Allah). Barangsiapa berkata kepada temannya: Marilah kita berjudi; maka hendaklah ia segera bersedekah.” (HR Bukhari dan Muslim)