Senin, 28 Oktober 2013

Haram Orang Laki-laki Memakai Pakaian yang Dicelup


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – Hadits

Dari Anas ra. ia berkata: “Nabi saw. melarang orang laki-laki memakai pakaian yang dicelup seperti za’faran.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. ia berkata: Nabi saw. melihat saya memakai pakaian yang dicelup dengan warna kuning, kemudian beliau bertanya: “Apakah ibumu yang menyuruh kamu memakai pakaian seperti itu?” Saya berkata: “Apakah saya harus membasuhnya?” Beliau berkata: “Bahkan bakarlah kedua pakaian itu.”
Dalam riwayat lain beliau bersabda: “Sesungguhnya pakaian seperti itu adalah termasuk pakaian orang-orang kafir, maka janganlah kamu memakainya.” (HR Muslim)

Haram Perempuan Berkabung Melebihi Tiga Hari; dan wewangian


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits

Dari Zainab binti Abu Salamah ra. ia bercerita: “Saya datang ke rumah Ummu Habibah ra. –istri Nabi saw.- yakni Abu Sufyan bin Harb. Ra [wafat]. Ummu Habibah minta diambilkan minyak wangi yang kuning warnanya atau selainnya, maka seorang jariyah (budak perempuan) meminyakinya dengan minyak itu, kemudian juga mengolesi kedua pipinya. Lalu Ummu Habibah berkata: “Demi Allah, sedikitpun saya tidak memerlukan wewangian. Hanya saja saya pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: ‘Tidak halal bagi perempuan yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir, untuk berkabung atas orang mati lebih dari tiga malam, kecuali berkabung atas suaminya selama empat bulan sepuluh hari.’”
Zainab binti Salamah melanjutkan: “Beberapa waktu kemudian saya datang kepada Zainab binti Jashy ra. ketika saudaranya wafat. Ia juga minta diambilkan wewangian dan mengusapkannya lalu berkata: “Demi Allah saya tidak memerlukan wewangian ini, karena saya pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda di atas mimbar: ‘Tidak halal bagi perempuan yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir, untuk berkabung atas orang mati lebih dari tiga malam, kecuali berkabung atas suaminya selama empat bulan sepuluh hari.’”

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa ditawari harum-haruman maka janganlah ia menolak, karena sesungguhnya harum-haruman itu ringan dibawa lagi pula harum baunya.” (HR Muslim)

Dari Anas bin Malik ra. bahwasannya Nabi saw. tidak pernah menolak harum-haruman.” (HR Bukhari)

Haram Menyiksa Sesuatu dengan Api


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. mengutus kami dalam suatu pasukan dan bersabda: “Apabila kalian mendapat Fulan dan Fulan [dua orang Quraisy yang beliau sebut namanya] maka bakarlah dengan api.” Kemudian ketika kami hendak berangkat, beliau bersabda: “Aku tadi menyuruh kalian untuk membakar Fulan dan Fulan, maka sesungguhnya tidak pantas menyiksa dengan api kecuali Allah. Oleh karena itu apabila kalian mendapatkan orang itu, maka bunuhlah mereka.”

Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Ketika kami bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan yang beliau berhajat (ke belakang) tiba-tiba kami melihat seekor burung yang mempunyai dua anak, kemudian kami mengambil kedua anaknya itu, lantas induknya datang dengan berputar-putar, kemudian Nabi saw. datang dan bersabda: “Siapakah yang mempermainkan burung itu dengan mengambil anaknya?” Kami menjawab: “Kami.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya siapapun tidak pantas menyiksa dengan api kecuali Tuhanya api (Allah) itu sendiri.” (HR Abu Dawud)

Haram Meratapi Mayat


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits

Dari Umar bin Khaththab ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: “Orang mati itu disiksa dalam kuburnya, karena apa yang diratapkan atasnya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah termasuk golongan kami, orang yang memukul-mukul pipinya dan mencabik-cabik bajunya ketika (tertimpa musibah) serta berseru dengan seruan jahiliyah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Burdah, ia berkata: Abu Musa al-Asy’ariy sakit, lalu pingsan, sedangkan kepalanya di bilik seorang perempuan dari keluarganya. Lalu datanglah istrinya sambil menjerit-jerit, tatapi Abu Musa tidak mampu menyadarkannya. Ketika Abu Musa sudah benar-benar sadar diri, ia berkata: “Saya berlepas dari orang yang Rasulullah saw. berlepas diri darinya. Sungguh, Rasulullah saw. berlepas diri dari perempuan yang meratap-ratap, perempuan yang mencukur rambutnya ketika datang musibah dan orang yang mencabik-cabik pakaiannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Al-Mughirah bin Syu’aib ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa diratapi, sesungguhnya ia bakal disiksa dengan apa yang diratapkan kepadanya, nanti pada hari kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ummu ‘Athiyyah Nusaibah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. mengambil janji kami pada waktu baiat (memeluk agama Islam), untuk tidak meratap-ratap.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari an-Nu’man ra. ia berkata: Suatu ketika Abdullah bin Rawahah ra pingsan, lalu mulailah saudara perempuannya menangis dan meratap. “Aduh gunung, aduh begini, aduh begitu, pendeknya macam-macam ratapan (model jahiliyyah).” Maka berkatalah Abdullah bin Rawahah ketika sadar: “Tidaklah kau mengatakan sesuatu, kecuali dikatakan kepadaku: Apakah betul begitu?” (HR Muslim)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Ketika Sa’ad bin Ubadah sakit, Rasulullah saw. bersama Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdullah bin Mas’ud menjenguknya. Ketika beliau masuk ke tempat Sa’ad bin Ubadah didapatinya ia sedang pingsan, kemudian beliau bertanya: “Apakah ia sudah meninggal?” Orang-orang yang berada di sekitarnya menjawab: “Belum wahai Rasulallah.” Kemudian Rasulullah sa. Menangis dan mereka pun ikut menangis. Kemudian beliau bersabda: “Apakah kamu belum pernah mendengar? Sesungguhnya Allah tidak menyiksa karena air mata dan tidak pula karena sedih hati.” Beliau menunjuk ke lisannya. (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Malik al-Asy’ariy ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan yang meratap-ratap, apabila tidak bertobat sebelum kematiannya, maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat sedangkan padanya ada baju kurung dari pelangkin (aspal) dan baju dari besi kudis.” (HR Muslim)

Dari Usaid bin Abu Usaid al-Tabi’iy menceritakan tentang seseorang yang telah berbaiat, dimana ia berkata: “Di antara pesan Rasulullah saw. kepada kami tentang kebaikan yang harus kami lakukan, yaitu kami tidak boleh melanggar kebaikan, kami tidak boleh mencakar-cakar muka, kami tidak boleh menjerit-jerit dengan mengucapkan perkataan yang tidak baik, kami tidak boleh menyobek-nyobek baju dan kami tidak boleh melepas rambut sedemikian rupa.” (HR Abu Dawud)

Dari Abu Musa ra. bahwasannya Rasulullah saw. berabda: “Seseorang yang meninggal dunia kemudian ada orang-orang yang menangisinya dan berkata: ‘Wahai pelindungku, wahai tuanku, atau lain sebagainya, maka diserahkanlah ia kepada dua malaikat yang mendorong-dorongnya sambil berkata: ‘Apakah benar kamu seperti apa yang dikatakan orang itu?’” (HR Turmudzi)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Ada dua hal di dalam diri manusia yang bisa mengakibatkan kufur, yaitu menghina nasab dan meratapi orang yang meninggal dunia.” (HR Muslim)

Kejelekan Orang Bermuka Dua


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – Hadits

Firman Allah: “Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padalah Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridlai Allah. Dan Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.” (an-Nisaa’: 108)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Kalian akan temukan manusia yang punya garis keturunan yang baik, pilihan di zaman jahiliyyah dan juga pilihan di masa Islam apabila mereka mengetahui hukum-hukum syara’. Kalian akan menjumpai orang pilihan dalam masalah ini (pemerintahan), paling keras ketidaksukaannya kepada masalah tersebut. Dan kalian akan menjumpai sejahat-jahat manusia yang bermuka dua, ia datang ke sana dengan satu muka dan datang kemari dengan satu muka yang lain.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Muhammad bin Zaid bahwasannya orang-orang berkata kepada kakeknya Abdullah bin Umar ra.: “Kami menghadap kepada para penguasa kami, lalu kami mengatakan perkataan kepada mereka yang berlainan dengan apa yang kami perbincangkan pada waktu kami berada di luar.” Abdullah bin Umar berkata: “Kami dulu menganggap yang demikian itu sebagai kemunafikan yakni pada zaman Rasulullah saw. “ (HR Bukhari)

Ikhlash (Akhlak Islam)


I. Definisi Ikhlash

1. Menurut bahasa: murni dan bersih dari penyakit
2. Menurut istilah: beramal hanya karena Allah saja, dan bukan karena yang lain, serta membersihkannya dari penyakit-penyakit hati yang merusaknya.

II. Urgensi Ikhlash

1. Merupakan kerja hati yang paling penting. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa kalian dan tidak juga pada harta kalian, akan tetapi Allah melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim).
Ibnul Qayyim berkata: “Kerja hati adalah utama dan kerja badan adalah mengikat dan penyempurna, niat itu bagaikan ruh dan amal bagaikan jasad.
2. Ikhlash merupakan salah satu syarat diterimanya amal. Allah berfirman: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.(QS. 67: 2). Al-Fudloil bin ‘Iyadl berkata: “Yang dimaksud dengan ‘yang lebih baik amalnya’ adalah yang paling ikhlash dan paling benar.”
3. Ikhlash memperbesar amal yang kecil dan riya’ mengecilkan amal yang besar. Allah berfirman: “Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS 25:23). Imam Ibnul Qayyim berkata: “Yang dimaksud ayat di atas adalah: Amal yang tidak sesuai dengan sunnah atau amal yang dilakukan bukan karena Allah.” Ibnu ‘Abdullah bin al-Mubarak berkata: “Banyak amal yang kecil menjadi besar karena niat, dan banyak amal yang besar menjadi kecil karena niat.”
4. Ikhlash merupakan benteng bagi seorang Mu’min dari godaan syaitan. Allah berfirman: “..kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlish di antara mereka” (QS. 15: 40). Al-Ma’ruf al-Karkhi berkata: “Wahai jiwaku berlaku ikhlashlah engkau akan terbebas dari masalah.
5. Ulama-ulama salaf menaruh perhatian besar dalam masalah ini. Umar bin al-Khaththab ketika menulis surat kepada Abu Musa al-Asyari berkata: “Siapa yang niatnya telah ikhlash, Allah akan menjadi pelindungnya dari yang lain.”

Buah-buah Ikhlash

1. Diterimanya amal. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali yang murni untuk-Nya dan dalam rangka mencari ridla-Nya. (HR Nasa-i). Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat, dan segala sesuatu itu tergantung daengan apa yang diniatkan, barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrah itu untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau wanita yang hendak dinikahi, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diinginkan.” (HR. Bukhari)
2. Mendapat pertolongan dan dukungan. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah akan menolong umat ini dengan umat yang lemah di antara mereka. Yaitu dengan doa mereka, shalat mereka dan keikhlashan mereka. (HR. An-Nasa-i)
3. Hati bersih dari kebencian, sakit hati dan khianat. Dalam haji wada’ Rasulullah bersabda: “Ada tiga hal yang tidak menyebabkan kebencian pada qalbu seorang Mu’min; beramal dengan ikhlash karena Allah, saling memberi nasehat bagi pemimpin, dan komitmen dalam jamaah, sebab doa mereka selalu menyertai mereka dari belakang.” (HR. Tirmidzi). Maksudnya adalah bahwa kebencian tidak akan masuk ke dalam qalbu mereka yang menyebabkan hilangnya kebenaran.
4. Diampuni dosa-dosanya.
5. Mengubah amalan mubah menjadi sunnah. Rasulullah bersabda: “Dalam melakukan hubungan suami istri merupakan shadaqah.” (HR.Muslim)
6. Mendapat jalan keluar dari kesulitan dan dikabulkannya doa. Seperti kisah tiga orang yang terperangkap dalam goa.
7. Menghilangkan keraguan dan bisikan setan. Allah berfirman: “Iblis berkata: ‘Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau Telah memutuskan bahwa Aku sesat, pasti Aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti Aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka’”. (QS 15: 39-40)
8. Mendapatkan pahala walaupun tidak mampu beramal. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya banyak orang yang tinggal di Madinah, kita tidak menempuh lembah atau menuruni jurang kecuali mereka ikut mendapat pahala, mereka terhalang udzur.” (HR. Bukhari)

Sifat-sifat Orang Ikhlash

1. Hanya mengharap ridla Allah. Seorang badui datang kepada Rasulullah dan berkata: “Wahai Rasulullah, seorang berperang karena fanatisme, atau karena keberanian, atau untuk menunjukkan kehebatan, mana yang termasuk sabilillah? Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang berjuang untuk meninggikan kalimat Allah, dialah yang termasuk sabilillah.” (HR. Bukhari-Muslim)
2. Beramal dengan sembunyi-sembunyi lebih ia sukai daripada di depan umum. Allah berfirman: “Dan orang-orang yang sabar Karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),” (QS. 13:22).
Dalam ayat lain Allah berfirman: “Jika kamu menampakkan sedekah(mu) Maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, Maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS 2: 271).
Rasulullah bersabda: “Seseorang yang bershodaqah kemudian disembunyikan, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.”
3. Batin mereka lebih hidup dari lahiriahnya. Rasulullah bersabda: “Sungguh akan ada kaum dari umatku, datang di hari kiamat dengan membawa kebajikan sebesar gunung tihamah, berwarna putih, kemudian Allah menjadikan amal tersebut seperti fatamorgana.” Para shahabat berkata: “Jelaskanlah kepada kami wahai Rasulallah.” Rasulullah bersabda: “Mereka adalah saudara kalian, dan dari bangsa kalian, mereka melakukan qiyamul lail seperti kalian, akan tetapi mereka adalah kaum yang apabila mendapatkan kesempatan melanggar aturan Allah, mereka melanggarnya.
4. Mereka takut amal mereka tidak diterima. Allah berfirman: “Dan orang-orang yang memberikan apa yang Telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. 23: 60). Rasulullah bersabda: “Orang-orang yang berpuasa, shalat, dan bersedekah, dan mereka takut amal mereka tidak diterima, mereka itulah orang-orang yang bersegera dalam kebaikan.” (HR. Tirmidzi)

Jalan Menuju Ikhlash

1. Mengenal Allah SWT. Lengkap dengan asma dan sifat-Nya
2. Kembali kepada Allah dengan memperbanyak doa
3. Mengenal dampak riya’
4. Mengenal buah/ hasil dari perbuatan ikhlash
5. Menyembunyikan dan merahasiakan ibadah
6. Berteman dengan orang-orang yang ikhlash dan hamba-hamba Allah yang shalih
7. Zuhud terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain
8. Mempelajari biografi para ulama yang salaf shalih

Tidak Riya’ (Akhlak Islam)


Definisi Riya’
Adalah mencari popularitas dan kedudukan dengan ibadah

Riya’ adalah Tercela:

1. Merupakan sifat orang munafik. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (QS: 4:142)
2. Termasuk syirik. Rasulullah saw. bersabda: “Yang paling saya takutkan kepada kalian adalah syirik kecil.” Mereka berkata: “Apakah syirik kecil itu wahai Rasulallah?” Rasulullah bersabda: “Yaitu riya’. Di hari kiamat ketika para manusia telah mendapatkan balasan dari amal mereka, Allah berfirman: ‘Pergilah kepada yang kamu riya’kan (pamerkan) di dunia, lihatlah apakah kalian mendapat balasan dari mereka?’” (HR. Ahmad)
3. Menggugurkan pahala amal. Allah berfirman: “Dan Sesungguhnya Telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.’” (QS 39: 65)
4. Penyebab siksa Allah. Lihat kisah dalam hadits tentang tiga orang yang dilempar ke neraka, yaitu seorang mujahid, seorang qari, dan seorang dermawan (lihat Riyadhus-Shalihin bab Riya’)

Sebab-sebab Riya’

1. Tidak mengenal Allah secara mendalam
2. Ambisi kedudukan dan popularitas. Seorang badui datang kepada Rasulullah dan berkata: “Wahai Rasulullah, seorang berperang karena fanatisme, atau karena keberanian, atau untuk menunjukkan kehebatan, mana yang termasuk sabilillah? Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang berjuang untuk meninggikan kalimat Allah, dialah yang termasuk sabilillah.” (HR. Bukhari-Muslim)
3. Suka dipuji orang lain
4. Ambisi terhadap apa yang dimiliki orang lain
5. Takut dicela orang
6. Terlalu ketat dalam kontrol
7. Berteman dengan orang yang tidak baik

Cara Mengatasi Riya’

1. Mengingat akibat riya’
a. Akibat di dunia
1. Tidak mendapatkan hidayah dari Allah. Allah berfirman: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
2. Guncang jiwanya. Allah berfirman: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. 20: 124)
3. Tidak memiliki wibawa di hadapan orang lain
b. Akibat di akhirat
1. Gugur pahala amalnya
2. Mendapat siksa yang pedih

2. Mengenal Allah dengan sebenar-benarnya
3. Bersungguh-sungguh dalam menjaga fitrahnya
a. Jika berambisi terhadap kedudukan dan kekuasaan maka ia harus ingat bahwa kedudukan dan kekuasaan adalah amanat dari Allah dan nanti akan diminta pertanggung jawabannya
b. Jika senang dipuji orang lain maka ia harus ingat akan dampak dan penyakit pujian, yakni ujub, riya’ dan futur.
c. Jika ia ambisi terhadap apa yang dimilikii oleh orang lain maka ia harus ingat akan hakekat harta
d. Jika dia takut dicela oleh orang lain maka ia harus yakin bahwa mudlorot dan manfaat hanya ada di tangan Allah
4. Komitmen dengan adab-adab Islam dalam bermuamalah, tidak berlebihan dan tidak kurang dalam menghormati dan menghargai orang lain
5. Berteman dekat dengan orang-orang yang mukhlishin dan menjauhi orang-orang yang dikenal suka riya’
6. Banyak membaca nash-nash yang berkaitan dengan ikhlash dan melarang riya’
7. Menyembunyikan ibadah. Allah berfirman: “Jika kamu menampakkan sedekah(mu) Maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, Maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS 2: 271).
8. Banyak berdoa. Dari Abu Musa al-Asyari, bahwa suatu hari Rasulullah sedang berpidato, beliau bersabda: “Wahai manusia, takutlah kalian akan syirik ini. Sesungguhnya dia lebih samar dari bekas kaki semut.” Para shahabat berkata: “Apa yang harus kita katakan dan bagaimana cara menghindarinya ya Rasulallah?” Rasulullah bersabda: “Bacalah: ‘Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui dan kami mohon ampun kepada-Mu dari apa yang tidak kami ketahui.’” (HR. Tabrani)

Sabar (Akhlak Islam)


I. Definisi Sabar

a. Menurut Bahasa: mencegah dan menahan
b. Menurut Istilah: menahan diri sesuai dengan tuntutan akal dan tuntutan syariat (Imam al-Ghazali)

II. Keutamaan Sabar

1. Disebut dalam al-Qur’an lebih dari 90 kali, semuanya dihubungkan dengan kebajikan dan kemuliaan.
2. Orang yang sabar mendapat pujian dari Allah. Allah berfirman: “Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), Maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya)” (QS. 38: 44).
Dalam ayat yang lain Allah berfirman: “…dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. 2: 177)

3. Mendapatkan maiyatullah (kebersamaan Allah). Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. 2:153). Dalam ayat lain Allah berfirman: “…orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. 2: 249).
Dalam ayat yang lain Allah berfirman: “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS. 3: 120).

4. Mendapat pahala yang berlipat ganda. Allah berfirman: “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu’. orang-orang yang berbuat baik di dunia Ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya Hanya orang-orang yang Bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. 39: 10).
Dalam ayat lain Allah berfirman: “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’ Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang Sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. 2: 155-157).

5. Orang yang sabar dicintai Allah. Allah berfirman: “Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah Karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS. 3: 146)

6. Menjadi pemimpin dalam agama. Allah berfirman: “Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.” (QS. 32:24).

7. Bisa mengambil nasehat dari ayat-ayat Allah. Allah berfirman: “Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.” (QS. 31: 31).

8. Sabar adalah jalan menuju kebaikan. Allah berfirman: “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS. 3: 186)
Dan firman Allah: “Dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” (QS. 16: 126).
Rasulullah bersabda: “Tiada pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih besar daripada pemberian berupa kesabaran.”

9. Dengan sabar akan menjadi penghapus dosa. Rasulullah bersabda: “Tiada musibah yang mengenai seorang Muslim kecuali dengannya Allah akan menghapuskan dosa-dosa, sampai duri yang mengenainya pun demikian.” (HR. Bukhari).
Dari Sa’ad bin Abi Waqhash berkata: “Saya berkata: ‘Wahai Rasulallah, siapa yang paling berat mendapatkan cobaan?’ Rasulullah bersabda: ‘Para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian sejenisnya dan sejenisnya, seseorang diuji sesuai dengan kadar agamanya. Jika agamanya kuat maka ujiannya akan ditambah. Dan jika kadar agamanya lemah maka ujiannya akan diringankan. Ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba, hingga ia berjalan di muka bumi dan dia tidak memiliki kesalahan sedikitpun.” (HR. Tirmidzi, Ahmad).
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda: “Musibah akan senantiasa menimpa seorang Mukmin baik laki-laki maupun perempuan, pada jasadnya, hartanya, dan pada anaknya. Demikian hingga ia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak memiliki kesalahan sedikitpun.” (HR. Tirmidzi).

III. Macam-macam Sabar

1. Sabar terhadap apa-apa yang sesuai dengan keinginan hawa nafsu. ‘Abdurrahman bin Auf berkata: “Kami diuji oleh Allah dengan kesulitan, kami mampu bersabar. Tetapi kami diuji oleh Allah dengan kesenangan, kami tidak mampu bersabar.”
Allah berfirman: “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.” (QS. 63: 9).
Dalam ayat lain Allah berfirman: “Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. 8: 28).
Dan firman-Nya: “Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara Isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. 64: 14-16).

Cara bersabar terhadap hal ini adalah: tidak hanyut dalam hal tersebtu, menunaikan hak Allah di dalamnya, dan tidak menggunakannya untuk sesuatu yang diharamkan oleh Allah.
2. Sabar terhadap ketaatan. Ada tiga langkah:
a. Sebelum ibadah, bersabarnya adalah dengan meluruskan niat, meng-ikhlashkan ibadah, tidak melakukan riya’
b. Ketika sedang ibadah. Cara bersabarnya dengan tidak lalai, tidak malas, dan menyempurnakan ibadah
c. Setelah ibadah. Cara bersabarnya dengan tidak melakukan syirik, dan tidak mengungkit ibadah tersebut dengan celaan dan makian.
3. Bersabar di jalan dakwah. Caranya:

a. Sabar menunggu dan tidak tergesa-gesa dalam melangkah

b. Sabar terhadap gangguan orang lain. Allah berfirman: “…Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal dia Telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. dan Hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri”. (QS. 14: 12)

c. Sabar akan sedikitnya pendukung. Firman Allah: “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. 41: 35)

d. Sabar terhadap panjangnya perjalanan dakwah.

e. Sabar terhadap perbedaan karakter para da’i. Allah berfirman: “Dan Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya Telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. 18: 28)

4. Sabar dalam menghadapi kemaksiatan. Menahan diri untuk tidak melakukannya, serta tidak gegabah dalam memeranginya.
5. Sabar terhadap ujian dan penderitaan

IV. Jalan Menuju Sabar

1. Mengenal hakekat dunia. Bahwa dunia ini adalah tempat cobaan dan ujian. Allah berfirman: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.” (QS. 21: 35).
Dalam ayat lain Allah berfirman: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” (QS. 67: 2)

2. Mengenal hakekat jiwa manusia. Bahwa dia adalah milik Allah, firman-Nya: “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka Hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (QS. 16: 53).
Dan firman-Nya: “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’” (QS. 2: 156).

3. Yakin bahwa akan mendapat balasan yang baik dari Allah. Allah berfirman: “Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Sesungguhnya akan kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang Tinggi di dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya.” (QS. 29: 58-59).

4. Yakin bahwa bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan. Allah berfirman: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. 94: 5-6).

5. Meminta pertolongan kepada Allah. Allah berfirman: “Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” (QS. 16: 127).

6. Mengambil keteladanan dari orang-orang yang bersabar dan dari para Rasul ulul ‘azmi. Allah berfirman: “Dan Sesungguhnya Telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. dan Sesungguhnya Telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu.” (QS 6: 34).

7. Beriman terhadap taqdir Allah dan Sunnatullah. Allah berfirman: “22. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS 57: 22).

8. Waspada terhadap penghalang sabar, yaitu:
a. Tergesa-gesa. Allah berfirman: “37. Manusia Telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.” (QS 21: 37)

b. Marah. Allah berfirman: “Maka Bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya). Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela. Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. 68: 49-50).

c. Bersedih dan resah. Allah berfirman: “Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” (QS. 16: 127).

d. Putus asa. Allah berfirman: “..Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS. 12: 87).
Dan firman Allah: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir.” (QS. 3: 139-141).

Syukur (Akhlak Islam)


1. Definisi Syukur

a. Menurut bahasa: terlihatnya bekas makan pada tubuh hewan, dikatakan “dabbatun syakur” jika hewan tersebut kelihatan gemuk.
b. Menurut istilah: terlihatnya bekas nikmat Allah dalam lisan hamba-Nya, dengan pujian dan pengakuan. Dan dalam qalbunya dengan kesaksian dan kecintaan. Dan dalam anggota badannya dengan tunduk dan taat.

2. Kewajiban bersyukur

a. Adanya perintah bersyukur. Allah berfirman: “Karena itu ingatlah kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu. Dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku (QS. 2: 152).
Dalam ayat lain Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. 2: 172)

3. Nikmat Secara Umum

1. Nikmat penciptaan. Allah berfirman: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. 16: 78)

2. Nikmat sarana hidup. Allah berfirman: “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. kami hidupkan bumi itu dan kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan. Dan kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air, Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?” (QS 36: 33-35)

3. Nikmat sistim hidup. Allah berfirman: “..bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. 2:185)

4. Nikmat Secara Khusus

1. Nikmat syurga. Allah berfirman: “Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan) (QS. 76: 22).
Dalam ayat lain Allah berfirman: “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS 4: 69)

2. Nikmat hidayah. Allah berfirman: “..dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang Telah menunjuki kami kepada (surga) ini. dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya Telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran.” dan diserukan kepada mereka: “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS 7: 43)

3. Nikmat pertolongan. Allah berfirman: “Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. 3: 126)

5. Cara Bersyukur

a. Dengan hati. Yaitu dengan mengakui bahwa hanya dari Allah semua nikmat itu datang. Allah berfirman: “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka Hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (QS 16. 53)
b. Dengan lisan. Yaitu dengan banyak mengucapkan “alhamdulillaah”; dengan mengungkapkan nikmat Allah; semua ucapannya harus baik; berterima kasih atas kebaikan orang lain.
c. Dengan anggota badan: menggunakan nikmat Allah untuk ketaatan kepada-Nya dan bukan untuk kemaksiatan kepada-Nya; melakukan sujud syukur.

6. Keutamaan- keutamaan Bersyukur

1. Bertambahnya nikmat Allah. Allah berfirman: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS 14: 7)

2. Terpelihara dari godaan syaitan. Allah berfirman: “..Iblis menjawab: “Karena Engkau Telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS 7: 16-17).

3. Terpelihara dari siksa. Allah berfirman: “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ? dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS 4: 147)

4. Mendapat balasan yang baik. Allah berfirman: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang Telah ditentukan waktunya. barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS 3: 145)

5. Mendapat keridlaan dari Allah. Allah berfirman: “Jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu, dan dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu dia memberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. Sesungguhnya dia Maha mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu.” (QS 39: 7)

7. Jalan Menuju Syukur

1. Banyak mengingat nikmat Allah. Allah berfirman: “Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS 14: 34)
Dan firman-Nya yang dalam ayat yang lain: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. 16: 18)

2. Mengintat keutamaan-keutamaan syukur

3. Mengingat akibat kufur nikmat Allah. Allah berfirman: “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang Telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka jahannam; mereka masuk kedalamnya; dan Itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (QS 14: 28-29).
Firman Allah dalam ayat lain: “Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS 16: 112)

4. Selalu sadar bahwa semua nikmat adalah merupakan ujian. Allah berfirman: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.” (QS 21: 35)
Firman Allah dalam ayat yang lain: “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka dia akan berkata: “Tuhanku Telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku” (QS 89: 15-16)

5. Berdoa. Rasulullah saw. bersabda kepada Mu’az: “Demi Allah wahai anakku sungguh aku mencintaimu, maka jangan engkau lupa berdoa setiap selesai shalat: ‘Ya Allah bantulah saya untuk selalu mengingat-Mu, mensyukuri-Mu dan beribadah kepada-Mu dengan sebaik-baiknya. (HR Abu Dawud, Ahmad dan Tirmidzi).
Allah berfirman: “…Maka dia tersenyum dengan tertawa Karena (mendengar) perkataan semut itu. dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah Aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang Telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah Aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (QS 27: 19)

Taubat 1 (Akhlak Islam)


Definisi Taubat

a. Menurut bahasa: Kembali
b. Menurut istilah: Kembali mendekat kepada Allah setelah menjauhi-Nya.
c. Hakekat taubat: menyesal terhadap apa yang telah terjadi, meninggalkan perbuatan tersebut saat itu juga, dan ber-azam yang kuat untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut dimasa yang akan datang.

2. Urgensi Taubat

1. Banyak yang tidak tahu akan hakekat taubat, syarat dan adab-adabnya. Oleh karena itu banyak yang bertaubat hanya dengan lisan saja, sedang hati mereka kosong. Para ulama mengatakan: “Taubatnya para pembohong adalah taubat dengan ujung lidah mereka, mereka mengatakan: ‘Saya mohon ampun dan bertaubat kepada Allah.’ Tapi mereka tidak berhenti melakukan maksiat.
2. Allah memerintahkan untuk taubat. Perintah tersebut diulang sebanyak 87 kali, dan Allah juga memerintahkan Rasulullah untuk bertaubat. Allah berfirman: “..dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (24: 31)

Firman Allah dalam ayat lain: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)….” (QS 66: 8).
Rasulullah bersabda: “Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dalam sehari 100 kali.” (HR Muslim).

3. Barang siapa tidak bertaubat kepada Allah berarti dzolim terhadap diri sendiri. Allah berfirman: “Barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” (QS 49: 11)

4. Taubat adalah ibadah yang paling utama. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS 2: 222).

3. Buah-buah Taubat

1. Taubat adalah jalan menuju keberuntungan. Allah berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS 24: 31).
Ibnul Qayyim berkata: “Janganlah mengharapkan keberuntungan kecuali orang-orang yang bertaubat.”

2. Malaikat berdoa untuk orang-orang yang bertaubat. Allah berfirman: ” (Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, Maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,” (QS 40: 7)

3. Mendapat kemudahan hidup dan rizki yang luas. Allah berfirman: “3. Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang Telah ditentukan” (QS 11: 3). Dan firman Allah: “Dan (Dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS 11: 52). Dan Allah berfirman: “..Maka Aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya dia adalah Maha Pengampun-,Niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Nuh: 10-12).

4. Penghapus kesalahan dan pengampun dosa. Dalam hadits qudsi Rasulullah bersabda, bahwa Allah berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau telah berdoa kepada-Ku dan mengharap kepada-Ku. Aku telah ampunkan dosa-dosamu. Dan aku tidak menghiraukan, wahai anak Adam, andaikan dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, aku akan mengampunimu. Dan Aku tidak menghiraukan, wahai anak Adam, andaikan kamu datang kepada-Ku dengan kesalahan sebesar bumi, kemudian engkau tdiak pernah mempersekutukan pada-Ku dengan sesuatu apapun, Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebesar bumi pula.” Dan Rasulullah bersabda: “Orang yang bertaubat dari kesalahan bagaikan orang yang tidak punya dosa.” Dalam hadits lain: “Taubat itu menghapuskan dosa-dosa yang lalu.”

5. Hati menjadi bersih dan bersinar. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seorang Mukmin jika melakukan perbuatan dosa, maka akan terjadi titik hitam di dalam qalbunya, jika dia bertaubat dan minta ampun pada Allah, kembali cemerlang hatinya, jika dosanya bertambah, bertambah pula titik hitam tersebut, sehingga menutupi hatinya. Itulah ‘ar-ron’ yang disebut oleh Allah dalam firman-Nya: ‘Sekali-sekali tidak (demikian) sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.’” (HR. Tirmidzi)
6. Dicintai Allah. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.”

Taubat 2 (Akhlak Islam)


1. Syarat-syarat Taubat

Allah berfirman: “Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi Telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun Telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka Telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima Taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (at-Taubah: 118).
1. Meninggal dosa tersebut. Ibnul Qayyim berkata: “Taubat mustahil terjadi,m sementara dosa tetap dilakukan.”
2. Menyesal atas perbuatannya. Rasulullah bersabda: “Menyesal adalah taubat.”
3. Berazam untuk tidak melakukannya lagi. Ibnu Mas’ud berkata: “Taubat yang benar adalah: Taubat dari kesalahan yang tidak akan diulangi kembali, bagaikan mustahilnya air susu kembali pada kantong susunya lagi.”
4. Mengembalikan hak yang dirampas kepada pemiliknya atau minta dihalalkan. Imam Nawawi berkata: “Diantara syarat taubat adalah mengembalikan kedzoliman kepada pemiliknya, atau meminta untuk dihalalkan.”
5. Ikhlash. Ibnu Hajar berkata: “Taubat tidak sah kecuali dengan ikhlash.” Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya.” (QS 66: 8). Yang dimaksud taubat yang murni adalah taubat yang ikhlash.
6. Taubat dilakukan pada masa diterimanya taubat. Masa diterimanya taubat adalah: 1) sebelum saat sakaratul maut. 2) sebelum matahari terbit dari barat. Allah berfirman: “18. Dan tidaklah Taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. bagi orang-orang itu Telah kami sediakan siksa yang pedih.” (QS 4: 18).
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama belum dalam sakaratul maut.” (HR Tirmidzi). Dalam hadits lain Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat orang-orang yang melakukan kesalahan di siang hari. Dan Allah membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orang-orang yang melakukan kesalahan di malam hari.” (HR Muslim). Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, Allah akan menerima taubatnya.” (HR. Muslim).

2. Macam-macam Dosa

a. Dosa besar. Yaitu dosa yang disertai ancaman hukuman di dunia, atau ancaman hukuman di akhirat. Abu Thalib Al-Makki berkata: “Dosa besar itu ada 17 macam yaitu 4 macam di hati (sirik, terus-menerus berbuat kemaksiatan, putus asa, dan merasa aman dari siksa Allah). 4 macam pada lisan (kesaksian palsu, menuduh berbuat zina pada wanita baik-baik, sumpah palsu dan mengalkan sihir). 3 macam di perut (minum khamr, memakan harta anak yatim, memakan riba). 2 macam di kemaluan (zina, homoseksual). 2 macam di tangan (membunuh, mencuri). 1 di kaki (lari dari peperangan), 1 di seluruh badan (durhaka terhadap orang tua).
b. Dosa kecil. Yaitu dosa-dosa selain yang disebutkan di atas.

Taubat 3 (Akhlak Islam)


3. Dosa Kecil yang Menjadi Besar

a. Dilakukan terus menerus. Rasulullah bersabda: “Tidak ada dosa kecil apabila dilakukan dengan terus menerus dan tidak ada dosa besar apabila disertai dengan istighfar.” Allah juga berfirman: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.” (QS 3: 135).

b. Menganggap remeh akan dosa. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seorang Mukmin dalam melihat dosa-dosanya, bagaikan seorang yang berada di puncak gunung, yang selalu khawatir tergelincir jatuh. Adapun orang fasik dalam melihat dosanya bagaikan seseorang yang dihinggapi lalat dihidungnya, maka dia usir begitu saja.” (HR Muslim)

c. Bergembira dengan dosanya. Allah berfirman: “Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka jahannam. dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.” (QS 2: 206)

d. Merasa aman dari makar Allah. Allah berfirman: “Apakah tidak kamu perhatikan orang-orang yang Telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, Kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada rasul. dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri: “Mengapa Allah tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” cukuplah bagi mereka Jahannam yang akan mereka masuki. dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS 58: 8)

e. Terang-terangan dalam berbuat maksiat. Rasulullah bersabda: “Semua umatku akan diampuni dosanya kecuali orang yang mujaharah (terang-terangan dalam berbuat dosa) dan yang termasuk mujaharah adalah: seorang yang melakukan perbuatan dosa di malam hari, kemudian hingga pagi hari Allah telah menutupi dosa tersebut, kemudian dia berkata: ‘Wahai fulan, semalam saya berbuat ini dan berbuat itu.’ Padahal Allah telah menutupi dosa tersebut semalaman, tapi di pagi hari dia buka tutup Allah tersebut.” (HR Bukhari-Muslim).

f. Yang melakukan perbuatan dosa itu adalah orang yang menjadi teladan. Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang memberi contoh di dalam Islam dengan contoh yang jelek, dia akan mendapat dosanya dan dosa orang lain yang mengikutinya setelah dia tanpa dikurangi dosa tersebut sedikitpun.” (HR Muslim).

Jalan Menuju Taubat

1. Mengetahui hakekat taubat. Yakni: menyesal, meninggalkan kemaksiatan tersebut dan berazam untuk tidak mengulanginya lagi. Sahal bin Abdillah berkata: “Tanda-tanda orang yang bertaubat adalah: dosanya telah menyibukkan dia dari makan dan minumnya, seperti kisah tiga sahabat yang tertinggal perang.”

2. Merasakan akibat dosa yang dilakukan. Ulama salaf berkata: “Sungguh ketika saya bermaksiat pada Allah, saya bisa melihat akibat dari maksiat saya itu pada kuda dan istri saya.”

3. Menghindar dari lingkungan yang buruk. Seperti dalam kisah seseorang yang membunuh 100 orang. Gurunya berkata: “Pergilah ke negeri sana, sesungguhnya di sana ada orang-orang yang menyembah Allah dengan baik, maka sembahlah Allah di sana bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke negerimu, karena negerimu adalah negeri yang buruk.”

4. Membaca Al-Qur’an dan mentaddaburinya.

5. Berdoa. Allah berfirman mengisahkan Nabi Ibrahim: “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah Taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS 2: 128). Al-Maraghi berkata: “Yang dimaksud ‘terimalah taubat kami’ adalah: ‘Bantulah kami untuk bertaubat agar kami bisa bertaubat dan kembali kepada-Mu.’”

6. Mengetahui keagungan Allah yang Maha Pencipta. Para ulama salaf berkata: “Janganlah engkau melihat kecilnya maksiat, tapi lihatlah keagungan yang engkau durhakai.”

7. Mengingat mati dan kejadiannya yang tiba-tiba.
8. Mempelajari ayat-ayat dan hadits-hadits yang menakuti orang-orang yang berdosa.
9. Membaca sejarah orang-orang yang bertaubat.