Sabtu, 19 Oktober 2013

Takut dan Berbaik Sangka Kepada Allah

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an-Hadits

Allah berfirman tentang hamba-Nya yang shalih: “Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat terhadap hamba-hamba-Nya. Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka.” (al-Mukmin: 44-45)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Aku menurut sangkaan hamba-Ku dan Aku senantiasa bersamanya selama ia mengingat Aku. Demi Allah, Allah lebih senang menerima tobat hamba-Nya melebihi senangnya seseorang di antara kalian yang menemukan kembali barangnya yang telah hilang di tengah padang pasir. Siapa saja mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta, dan siapa saja yang mendekat kepada-Ku sehasta maka aku mendekat kepadanya sedepa, dan apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Jabir bin Abdullah ra. ia berkata: Saya mendengar Nabi saw. bersabda sebelum tiga hari kemudian beliau meninggal: “Jangan sekali-sekali salah seorang di antara kamu mati, kecuali ia berbaik sangka kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: ‘Hai anak Adam, selama kamu berdoa dan berharap kepada-Ku, pasti Aku ampuni dosa yang telah kamu perbuat, dan Aku tidak peduli berapapun banyaknya. Hai anak Adam, andaikan dosa-dosamu bagaikan awan di langit, kemudian kamu memohon ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampunimu. Hai anak Adam, sesungguhnya andaikan kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa seisi bumi, kemudian kamu menghadap Aku sedangkan kamu tidak menyekutukan Aku, maka Aku akan mengampuni dosa yang seisi bumi banyaknya itu.” (HR Tirmidzi)

Allah berfirman: “Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang rugi.” (al-A’raaf: 9)

Allah berfirman: “Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yag kafir.” (Yusuf: 87)

Allah berfirman: “Pada hari di waktu ada muka yang menjadi putih berseri, dan ada pula muka yang menjadi hitam muram.” (Ali Imraan: 106)

Allah berfirman: “Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-An’am: 165)

Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti, benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.” (al-Iftithar: 13-14)

Firman Allah: “Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (yaitu) api yang sangat panas.” (al-Qaari’ah: 6-11)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Andaikan orang mukmin mengetahui siksaan yang disediakan oleh Allah, pasti tidak ada seorangpun yang berharap masuk surga-Nya. Dan andai saja orang kafir mengetahui rahmat yang dikaruniakan oleh Allah pasti tidak ada seorangpun yang berputus asa dari rahmat-Nya.” (HR Muslim)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila jenazah itu diletakkan di atas bahu, dibawa oleh orang-orang yang memikulnya, jika jenazah itu baik niscaya ia berkata: “Cepatlah, cepat antarkan aku.” Namun apabila jenazah itu tidak baik maka ia berkata: “Aduh celaka, akan dibawa kemana aku ini?” semua makhluk mendengar suara jenazah itu kecuali manusia, andaikan manusia itu mendengar pasti pingsan.” (HR Bukhari)

Dari Ibnu Mas’ud ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Surga itu amat dekat kepada salah seorang di antara kamu melebihi dekatnya tali sepatunya. Dan demikian pula dengan neraka.” (HR Bukhari)

Mengingat Mati

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an-hadits

Firman Allah: “Setiap yang berjiwa akan merakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat akan disempurnakan pahalamu. Siapa saja yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan surga, sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali Imraan: 185)

Firman Allah: “Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dijalaninya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui, di bumi mana ia akan mati.” (Luqman: 34)

Firman Allah: “Tatkala telah datang ajal, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) memajukannya.” (al-A’raaf: 34)

Firman Allah: “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi. dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?” dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (al-Munafiqun: 9-10)

“(Demikianlah Keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah Perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.” (al-Mu’minuun: 99-100)

“Apabila sangkakala ditiup Maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, Maka mereka Itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. dan Barangsiapa yang ringan timbangannya, Maka mereka Itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam Keadaan cacat. Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu selalu mendustakannya?” (al-Mu’minuun: 101-105)

“Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, Maka Tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu Sesungguhnya mengetahui”Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?” (al-Mu’minuun: 112-115)

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (al-Hadid: 16)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah memegang bahuku seraya bersabda: “Keberadanmu di dunia ini bagaikan orang asing atau orang yang sedang mengembara.” Selanjutnya Ibnu Umar berkata: “Apabila kamu berada pada waktu sore, janganlah menunggu waktu pagi, dan apabila kamu berada pada waktu pagi, janganlah kamu menunggu waktu sore. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, dan pergunakan waktu hidupnya untuk menghadapi matimu.” (HR Bukhari)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada hak seorang muslim yang mempunyai sesuatu yang akan diwasiatkan, sedang ia bermalam sampai dua malam, melainkan wasiat itu telah ditulisnya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Bermalam sampai tiga malam.” Ibnu Umar berkata: “Semenjak mendengar Rasulullah saw. bersabda seperti itu, tidak pernah satu malam pun saya melainkan wasiat sudah saya tulis.”

Dari Anas ra. ia berkata: Nabi saw. menggaris beberapa garis kemudian bersabda: “Ini adalah cita-cita manusia, dan ini adalah ajalnya. Ketika ia sedang berusaha untuk meraih cita-citanya, tiba-tiba datanglah garis yang lebih pendek, yaitu ajalnya.” (HR Bukhari)

Dari Ibnu Mas’ud ra. ia bersabda: Nabi saw. membuat gambar empat persegi panjang. Di tengah-tengah ditarik satu garis sampai keluar. Kemudian beliau membuat garis pendek-pendek di sebelah garis yang di tengah-tengah seraya bersabda: “Ini adalah manusia, dan empat persegi panjang yang mengelilinginya adalah ajal. Garis yang keluar ini adalah cita-citanya, serta garis yang pendek-pendek adalah hambatan-hambatannya. Apabila ia dapat menghadapi hambatan yang satu, maka ia akan menghadapi hambatan yang lain. Dan apabila ia dapat mengatasi hambatan yang lain, maka ia akan menghadapi hambatan yang lain lagi.” (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Bersegeralah kalian beramal sebelum datang tujuh perkara: apa yang kamu tunggu selain kemiskinan yang memperdaya. Atau kekayaan yang menyombongkan, atau sakit yang memayahkan, atau tua yang melemahkan, atau kematian yang memutuskan, atau Dajjal yang mana ia adalah sejahat-jahat yang dinantikan, ataukah kiamat yang sangat berat dan menyusahkan.” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Perbanyaklah kalian mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu maut.” (HR Tirmidzi)

Dari Ubay bin Ka’ab ia berkata: Apabila sepertiga malam telah berlalu, maka Rasulullah bangun dan bersabda: “Wahai sekalian manusia, ingatlah kepada Allah. Sesungguhnya kalian akan dibangkitkan pada hari tiupan pertama yang menggoncangkan alam. Tiupan pertama diiringi oleh tiupan yang kedua. Ingatlah, tentang datangnya maut dan segala yang berhubungan dengannya.” Saya bertanya: “Wahai Rasulallah, sesungguhnya saya hendak memperbanyak bacaan shalawat atas engkau. Berapa banyak waktu yang saya butuhkan untuk itu?” Beliau menjawab: “Sekehendak kamu, jika kamu menambahkan itu lebih baik.” Saya bertanya: “Sepertiga?” Beliau menjawab: “Sekehendak kamu, jika kamu menambahnya itu lebih baik.” Saya bertanya: “Apakah seluruh waktu saya gunakan untuk membaca shalawat buat engkau?” Beliau menjawab: “Kalau demikian, kamu akan dihindarkan dari segala kerisauan hatimu dan akan diampunilah dosamu.” (HR Tirmidzi)

Budi Pekerti (Akhlak) yang Baik

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an- hadits

Firman Allah: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (al-Qalam: 1)

Firman Allah: “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imraan: 134)

Dari Anas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. adalah orang yang paling baik budi pekertinya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Saya belum pernah memegang sutera, baik yang tebal maupun yang tipis, yang lebih halus dari tangan Rasulullah saw., dan saya belum pernah mencium bau seharum bau Rasulullah saw. Saya pernah menjadi pelayan Rasulullah saw. selama sepuluh tahun, beliau tidak pernah mengatakan “hus” kepada saya, atau menegur dengan ucapan “kenapa kamu berbuat seperti itu,” terhadap apa yang saya kerjakan, dan beliau juga tidak pernah menegur dengan ucapana “kenapa kamu tidak berbuat begini,” terhadap apa yang tidak saya kerjakan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Sha’ab bin Jatstsamah ra. ia berkata: Saya menghadiahkan seekor keledai liar kepada Rasulullah saw. kemudian beliau mengembalikannya kepadaku. Ketika beliau melihat perubahan mukaku, beliau berkata: “Sesungguhnya aku tidak menolak pemberianmu, hanya saja aku sedang ihram.” (HR Bukhari dan Muslim)
[hukum menjelaskan, bahwa seseorang yang sedang ihram dilarang memburu atau menangkap binatang liar]

Dari an-Nawwas bin Sam’an ra. ia berkata: Saya menanyakan tentang kebajikan dan dosa (kejahatan) kepada Rasulullah saw. kemudian beliau menjawab: “Kebajikan adalah budi pekerti yang baik, sedangkan dosa (kejahatan) adalah sesuatu yang merisaukan hati, dan kamu tidak senang apabila hal itu diketahui orang lain.” (HR Muslim)

Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash ra. ia berkata: Pribadi Rasulullah saw. bukan orang yang keji dan bukan orang yang jahat. Bahkan beliau bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik budi pekertinya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Darda’ ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: “Tidak ada sesuatupun yang melebihi beratnya budi pekerti yang baik dalam timbangan orang mukmin pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah membenci orang yang keji dan suka berkata kotor.” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. ditanya: “Perbuatan apakah yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga?” Beliau menjawab: “Bertakwa kepada Allah dan budi pekerti yang baik.” Dan beliau juga ditanya: “Perbuatan apakah yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka? Beliau menjawab: “Mulut dan kemaluan.” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik budi pekertinya, dan orang yang paling baik di antara kalian yaitu orang yang paling baik terhadap istrinya.” (HR Tirmidzi)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya orang mukmin dengan budi pekerti yang baik, dapat mengejar derajat orang yang selalu berpuasa dan shalat malam.” (HR Abu Dawud)

Dari Abu Umamah al-Bahiliy ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Aku berani menjamin sebuah rumah di surga bagian bawah bagi orang yang meninggalkan debat kusir walaupun ia benar. Sebuah rumah di surga bagian tengah bagi orang yang meninggalkan dusta walaupun ia bergurau. Dan sebuah rumah di surga bagian atas bagi orang yang selalu baik budi pekertinya.” (HR Abu Daud)

Dari Jabir ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan paling dekat duduknya denganku pada hari kiamat, yaitu orang yang paling baik budi pekertinya di antara kalian. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya denganku pada hari kiamat yaitu orang-orang yang banyak bicara, suka ngobrol dan bermulut besar.” Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulallah, kami telah tahu tentang orang yang banyak bicara dan suka ngobrol, kemudian apakah yang dimaksud dengan bermulut besar itu?” Beliau menjawab: “Yaitu orang-orang yang sombong.” (HR Tirmidzi)

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abdullah bin al-Mubarak, beliau mengartikan budi pekerti yang baik, adalah: “Bermuka manis, memberi pertolongan dalam kebaikan dan mencegah sesuatu yang membahayakan.”

Rendah Hati

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an –Hadits

Allah berfirman: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (asy-Syu’ara: 215)

Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, siapa saja di antara kamu yang murtad dari agamanya, kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir.” (al-Maa-idah: 54)

Allah berfirman: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (al-Hujurat: 13)

Allah berfirman: “Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dia-lah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (an-Najm: 32)

Allah berfirman: “Dan orang-orang yang di atas A’raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: “Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu.” (orang-orang di atas A’raaf bertanya kepada penghuni neraka): “Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah?”. (kepada orang mukmin itu dikatakan): “Masuklah ke dalam syurga, tidak ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak (pula) kamu bersedih hati.” (al-A’raaf: 48-49)

Dari Iyadh bin Himar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah menurunkan wahyu kepadaku, yaitu hendaklah kalian bersikap tawadlu’ (merendahkan diri), sehingga tidak ada seorang pun bersikap sombong kepada yang lain, dan tidak ada seseorang menganiaya yang lain.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tiada berkurang harta karena sedekah. Allah pasti akan menambah kemuliaan kepada seseorang yang suka memaafkan. Dan seseorang yang selalu merendahkan diri karena Allah, pasti Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: bahwa ia sering melewati anak-anak, dan mengucapkan salam buat mereka. Ia berkata: “Nabi saw. juga melakukannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: “Adakalanya budak perempuan di Madinah memegang tangan Nabi saw. maka beliau mengikuti kemana budak itu menghendaki.” (HR Bukhari)

Dari al-Aswad bin Yazid, ia berkata: Saya bertanya kepada Aisyah ra. tentang kebiasaan Nabi saw. di rumahnya. ‘Aisyah menjawab: “Beliau senantiasa memperhatikan keluarganya, yakni membantu keluarganya. Apabila sampai waktu shalat, maka beliau keluar mengerjakan shalat berjamaah.” (HR Bukhari)

Dari Abu Rifa’ah Tamin bin Usaid ra. ia berkata: Saya mendatangi Rasulullah saw. sedangkan beliau masih berpidato, kemudian saya menyelanya: “Wahai Rasulallah, ada orang asing datang hendak menanyakan tentang agama, karena ia belum mengerti tentang seluk beluk agamanya.” Maka beliau menyambutku dan menghentikan pidatonya serta mengambil kursi dan duduk di kursi itu. Kemudian beliau mengajariku sebagaimana Allah mengajarinya, kemudian kembali berpidato dan menyelesaikan pidatonya.” (HR Bukhari)

Dari Anas ra. ia berkata: Apabila Rasulullah saw. makan, beliau menjilati ketiga jari-jarinya. Anas mengatakan, bahwa Nabi saw. bersabda: “Apabila suapan salah seorang di antara kalian itu jatuh, maka ambillah dan bersihkan kotorannya, serta makanlah dan jangan membiarkan makanan itu dimakan setan.” Beliau juga menyuruh agar membersihkan sisa-sia makanan yang ada di piring. Beliau bersabda: “Sesungguhnya kalian tidak tahu, manakah makanan yang membawa berkah.” (HR Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Unta Rasulullah saw. yang bernama al-Adlba, tidak pernah dilampaui atau hampir tidak dapat dikejar, kemudian ada seorang Badui yang mengendarai untanya dan dapat mendahului unta beliau, maka hal itu cukup menggelisahkan kaum muslimin; dan hal itu kemudian diketahui oleh Rasulullah. Beliau bersabda: “Kebenaran di tangan Allah, dan siapa saja di dunia ini yang menyombongkan diri, Allah pasti akan merendahkannya.” (HR Bukhari)

Santun dan Sabar

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – Hadits

Allah Ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imraan: 134)

Allah berfirman: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (al-A’raaf: 199)

Allah berfirman: “Dan kebajikan itu tidak sama dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (Fushshilat: 34-35)

Allah Ta’ala berfirman: “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (asy-Syura: 43)

Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepada Abdul Qais yang terluka: “Sesungguhnya di dalam dirimu ada dua sifat yang disukai Allah, yaitu santun dan sabar.” (HR Muslim)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelemah-lembutan dalam segala hal.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan. Allah memberi karena kelembutan sesuatu, yang tidak Dia berikan karena kekerasan dan yang tidak diberikan-Nya karena yang lain.” (HR Muslim)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya bersikap lemah lembut dalam sesuatu, berarti memperindahnya dan tidak adanya sikap lemah lembut dalam sesuatu, berarti memperjeleknya.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Ada seorang Badui kencing di dalam masjid, kemudian orang-orang bangkit untuk memukulnya, tetapi Nabi saw. melarangnya dan bersabda: “Biarkan dia, tuangkanlah pada kencing itu setimba air. Sesungguhnya aku diutus untuk mempermudah, bukan mempersulit.” (HR Bukhari)

Dari Anas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Permudah dan jangan kalian mempersulit, gembirakan dan jangan kalian menakut-nakuti.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Jabir bin Abdullah ra. ia berkata: saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang terhalang untuk bersikap lemah-lembut, berarti ia terhalang untuk berbuat berbagai macam kebaikan.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Ada seorang laki-laki yang meminta wasiat kepada Nabi saw.: “Wasiatilah saya.” Beliau bersabda: “Janganlah kamu marah.” Lelaki itu mengulanginya lagi, tetapi beliau tetap menjawab: “Janganlah kamu marah.” (HR Bukhari)

Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mewajibkan kalian berbuat baik dalam segala hal. Oleh karena itu jika kamu membunuh atau menyembelih, maka jadilah sebaik-baik orang yang menyembelih, tajamkanlah pisau kalian supaya meringankan pada penyembelihannya.” (HR Muslim)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: Apabila Rasulullah saw. disuruh untuk memilih dua hal, beliau pasti memilih yang lebih mudah, selama tidak berdosa. Seandainya yang mudah itu berdosa, beliau pasti menjauhinya. Dan Rasulullah saw. tidak pernah menuntut balas untuk dirinya, kecuali sesuatu yang diharamkan Allah dilanggarnya, maka beliau menuntut balas karena Allah Ta’ala.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Mas’ud ra ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Maukah kalian aku beritahu tentang orang yang diharamkan masuk neraka? Atau siapakah orangnya yang neraka diharamkan untuk membakarnya? Neraka diharamkan pada setiap orang yang mendekatkan diri kepada Allah, yang bersikap lemah lembut, lunak dan suka mempermudah.” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Apabila shalat sudah dimulai, janganlah kalian menghadirinya dengan terburu-buru, tetapi hadirilah dengan tenang. Adapun yang masih bisa kamu kejar dalam berjamaah ikutilah, dan apa yang kurang sempurnakanlah. (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim ada tambahan: “Karena, apabila salah seorang di antara kalian sudah bermaksud mendatangi shalat, maka ia dianggap seperti sudah berada dalam shalat.”

Dari Ibnu Abbas ra ia berkata: Pada hari Arafah, ia turun bersama Nabi saw. Kemudian dari arah belakang beliau mendengar ada orang-orang memukul untanya sambil membentak, sambil memberi isyarat dengan cambuknya, beliau bersabda: “Wahai sekalian manusia, seharusnya kalian senantiasa tenang. Sesungguhnya kebaikan itu bukan dengan menyia-nyiakan yang lain.” (HR Bukhari)

Menepati Janji

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – hadits

Firman Allah: “Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggung jawabannya.” (al-Israa’: 34)

Firman Allah: “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji.” (an-Nahl: 91)

Firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman penuhilah segala janji dan akadmu.” (al-Maa-idah: 1)

Firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah, bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (ash-Shaff: 2-3)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tanda orang munafik itu ada tiga: bila berkata dusta, bila berjanji ia ingkar, dan bila dipercaya dia khianat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim terdapat tambahan: “Walaupun ia berpuasa dan megerjakan shalat serta beranggapan bahwa dirinya muslim.”

Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: “Ada empat perbuatan yang apabila seseorang melakukannya, ia benar-benar munafik. Dan siapa saja yang mengerjakan salah satu dari perbuatan itu, berarti ia telah melakukan perbuatan nifak, sampai ia meninggalkannya. Yaitu: apabila dipercaya ia khianat, apabila berkata dia dusta, apabila berjanji ia melanggar, dan apabila berdebat ia melampaui batas.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Jabir ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepada saya: “Jika harta dari Bahrain datang, aku akan memberimu sekian, sekian, dan sekian. Namun sampai Nabi saw. wafat, harta dari Bahrain belum juga datang. Ketika harta dari Bahrain datang, Abu Bakar ra. menyuruh seseorang mengumumkan: “Siapa saja yang dijanjikan atau menghutangi Rasulullah saw. hendaknya datang kepada kami.” Saya berkata kepada Abu Bakar: “Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda kepada saya begini dan begini.” Maka Abu Bakar mengambil dua genggam lalu diberikan kepada saya. Lalu saya hitung uang itu ternyata sebanyak lima ratus. Abu Bakar lantas berkata: “Ambillah dua kali itu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Haramnya Takabur dan Sombong

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an –Hadits

Firman Allah: “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (al-Qashash: 83)

Firman Allah: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong.” (al-Israa’: 37)

Firman Allah: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman: 8)

Allah berfirman: “Sesungguhnya Karun adalah Termasuk kaum Musa[*], Maka ia Berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya[**]. berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar”. Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan Tiadalah ia Termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (al-Qashash: 76-81)

[*] Karun adalah salah seorang anak paman Nabi Musa a.s.
[**] Menurut mufassir: Karun ke luar dalam satu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya dan inang pengasuh untuk memperlihatkan kemegahannya kepada kaumnya.

Dari Anas ra. ia berkata: Unta Rasulullah saw. yang bernama al-Adlba, tidak pernah dilampaui atau hampir tidak dapat dikejar, kemudian ada seorang Badui yang mengendarai untanya dan dapat mendahului unta beliau, maka hal itu cukup menggelisahkan kaum muslimin; dan hal itu kemudian diketahui oleh Rasulullah. Beliau bersabda: “Kebenaran di tangan Allah, dan siapa saja di dunia ini yang menyombongkan diri, Allah pasti akan merendahkannya.” (HR Bukhari)

Dari Abdullah bin Mas’ud ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong, walaupun hanya sebesar atom.” Ada seorang laki-laki berkata: “Sesungguhnya seseorang itu suka berpakaian yang bagus-bagus dan sandal yang bagus pula.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia.” (HR Muslim)

Dari Salamah bin al-Akwa’ ra. ia berkata: ada seorang laki-laki makan di hadapan Rasulullah saw. dengan menggunakan tangan kirinya, kemudian beliau bersabda: “Makanlah dengan menggunakan tangan kananmu!” laki-laki itu menjawab: “Saya tidak bisa.” Beliau bersabda lagi: “Kamu tidak bisa karena kesombonganmu.” Salamah berkata: “Kemudian laki-laki itu tidak bisa mengangkat tangannya ke mulut.” (HR Muslim)

Dari Haritsah bin Wahb ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda: “Maukah kalian aku beritahu tentang penghuni neraka? yaitu setiap orang yang berlaku kejam, rakus dan sombong.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Ketika surga dan neraka itu berdebat, neraka berkata: ‘Bagianku orang-orang yang berlaku kejam dan sombong.’ Surga berkata: ‘Bagianku orang yang lemah dan miskin.’ Kemudian Allah memberi keputusan kepada keduanya: ‘Sesungguhnya surga adalah tempat rahmat-Ku, Aku memberi rahmat melalui kamu kepada siapa saja yang Aku kehendaki. Dan sesungguhnya kamu neraka adalah tempat siksaan-Ku, Aku menyiksa melalui kamu kepada siapa saja yang Aku kehendaki; dan kalian berdua, Aku akan memenuhi kalian.’” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya di hari kiamat, Allah tidak akan memandang orang yang menurunkan (menyeret) kainnya di bawah mata kaki karena sombong.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Ada tiga kelompok yang pada hari kiamat Allah tidak akan berbicara kepada mereka, Allah tidak akan membersihakan mereka, Allah tidak akan memandang mereka, dan mereka akan disiksa dengan adzab yang pedih, yaitu: orang tua yang berzina, penguasa yang bohong, dan orang miskin yang sombong.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Kemuliaanku adalah pakaian-Ku dan kebesaran adalah selendang-Ku, maka siapa saja yang menyaingi Aku dalam salah satunya, maka Aku pasti menyiksanya.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Suatu ketika ada seorang laki-laki berjalan dengan memakai perhiasan dan rambutnya bersisir, ia heran pada dirinya sendiri atas kesombongan di dalam perjalanannya. Tiba-tiba Allah menyiksanya yaitu ia selalu timbul tenggelam di permukaan bumi sampai hari kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Salamah bin al-Akwa’ ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Seseorang senantiasa membanggakan dan menyombongkan dirinya, sehingga ia dicatat termasuk golongan orang-orang yang kejam lagi sombong, kemudian ia akan ditimpa apa yang biasa menimpa mereka.” (HR Tirmidzi)

Keutamaan Malu

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. melewati seorang Anshar yang sedang memberi nasehat kepada saudaranya karena pemalu, lalu beliau saw. bersabda: “Biarkan, ia pemalu. Sesungguhnya malu itu sebagian dari iman.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Imran bin Hushain ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Perasaan malu selalu mendatangkan kebaikan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Setiap perasaan malu mengandung kebaikan.”

Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Cabang iman ada enam puluh lebih, atau tujuh puluh lebih. Yang paling utama adalah ucapan: laa ilaaHa illallaaH (tiada Tuhan selain Allah) dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Sedangkan malu adalah bagian dari iman.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. ia berkata: “Rasulullah saw. sangat pemalu, melebihi seorang gadis yang dipingit. Ketika melihat sesuatu yang tidak beliau sukai, kami dapat mengetahui melalui raut wajahnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Para ulama berpendapat: “Hakekat malu adalah budi pekerti yang mengajak agar meninggalkan kejelekan dan mencegah dari mengurangi hak orang lain.”
Dalam riwayat Abul Qasim al Junaid ra. ia berkata: “Malu adalah memandang kebaikan dan melihat kekurangan diri sendiri. Dari kedua pandangan itu, lahirlah perasaan yang dinamakan malu.”

Pemaaf dan Berpaling dari Orang Bodoh

Riyadhus Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – Hadit

Firman Allah: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (al-A’raaf: 199)

Firman Allah: “Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.” (al-Hijr: 85)

Firman Allah: “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampuni kalian?” (an-Nuur: 22)

Firman Allah: “Dan mereka memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imraan: 134)

Firman Allah: “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (asy-Suura: 43)

Dari ‘Aisyah ra. saya berkata: Saya bertanya kepada Nabi saw: “Pernahkah engkau mengalami penderitaan yang lebih berat dari perang Uhud?” Beliau menjawab: “Sungguh, aku telah mendapat penderitaan karena (perbuatan) kaummu sedangkan yang paling berat adalah pada hari Aqabah. Ketika aku menyempatkan diri untuk mengajak putera Abd Jalil bin Kulal, ia tidak menyambutku sebagaimana harapanku. Kemudian aku pergi dengan perasaan sedih sekali dan tidak sadar. Namun sesampai di Qarnuts Tsa’alib aku sadar dan mengangkat kepalaku. Waktu itu aku dinaungi oleh awan. Setelah aku memandangnya, ternyata disitu ada malaikat Jibril as. ia memanggilku seraya berkata: ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala mendengar kaummu mencela dan menolak ajakanmu. Dan Allah mengutus malaikat penjaga gunung untukmu. Ia akan memenuhi apa saja yang kamu kehendaki untuk menyiksa mereka.’ Kemudian malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam seraya berkata: ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaummu, dan aku adalah malaikat penjaga gunung. Rabb telah mengutusku untuk memenuhi permintaanmu. Maka apakah yang kamu kehendaki? Apabila kamu menghendaki, akan aku runtuhkan dua gunung itu untuk menyiksa mereka.’ Nabi saw. menjawab: ‘Aku masih berharap, semoga Allah mengeluarkan dari tulang belakang mereka orang yang beribadah (menyembah) Allah Yang Maha Esa, dan mereka tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. tidak pernah memukul apapun dengan tangannya, ia juga tidak pernah memukul istrinya dan pelayannya. Kecuali apabila beliau berjihad di jalan Allah. Dan beliau sama sekali tidak pernah membalas orang yang mengganggunya, kecuali bila apa yang telah diharamkan Allah Ta’ala itu dilanggar, maka beliau menghukum karena Allah Ta’ala.” (HR Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Saya pernah berjalan bersama Rasulullah saw.. Waktu itu beliau membawa selimut Najran yang tebal pinggirannya, dan bertemu dengan seorang Badui, kemudian ia menarik-narik selendang beliau dengan kuat. Saya melihat leher beliau terdapat bekas ujung selimut, karena kerasnya tarikan orang Badui itu. Kemudian dia berkata: “Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku harta Allah yang ada padamu!” Beliau menoleh kepada orang Badui itu, sambil tersenyum beliau menyuruh untuk memenuhi permintaan orang Badui itu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Mas’ud ra ia berkata: Saya seolah-olah masih melihat Rasulullah saw. mencontohkan tentang salah seorang Nabi –semoga Allah melimpahkan rahmat dan kesejahteraan-Nya kepada kaum yang memukul Nabi itu sampai berdarah- sambil mengusap darah di mukanya, Nabi itu berdoa: “Ya Allah, ampunilah dosa kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Yang dinamakan orang kuat adalah bukan orang yang kuat bergulat. Orang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya pada waktu marah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: ada seseorang mengadu kepada Rasulullah saw.: “Sesungguhnya saya mempunyai keluarga. Saya selalu menyambung hubungan dengan mereka, tatapi mereka selalu memutuskannya. Saya selalu berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka membalasnya dengan berbuat jahat. Saya senantiasa menyantuni mereka, tetapi mereka tidak tahu diri.” Kemudian beliau bersabda: “Seandainya keadaanmu seperti apa yang kamu katakan, maka seolah-olah kamu menaburkan abu panas kepada mereka dan kamu akan selalu mendapat pertolongan Allah karena perbuatanmu itu, selama kamu masih tetap mengerjakan hal yang demikian.” (HR Muslim)

Menjaga Kebiasaan Amal Baik

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – hadits

Firman Allah: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (ar-Ra’du: 11)

Firman Allah: “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benang-benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi bercerai berai kembali.” (an-Nahl: 92)

Firman Allah: “Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras.” (al-Hadid: 16)

Firman Allah: “Maka mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya.” (al-Hadid: 27)

Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Wahai Abdullah, janganlah engkau sepertii si fulan. Ia selalu bangun untuk shalat malam, kemudian ditinggalkannya kebiasaan itu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Firman Allah: “Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (al-Hijr: 88)

Firman Allah: “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (Ali Imraan: 159)

Dari Adiy bin Hatim ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Takutlah kalian terhadap api neraka, walaupun hanya dengan menyedekahkan separuh biji kurma. Apabila tidak menadapatkannya, cukup dengan berkata yang baik.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: “Bertutur kata dengan baik adalah sedekah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Dzar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepada saya: “Janganlah sekali-sekali meremehkan perbuatan baik, walaupun menyambut saudaramu dengan muka ceria.” (HR Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Apabila Nabi saw. mengatakan sesuatu biasanya mengulanginya tiga kali hingga benar-benar dapat dimengerti. Dan apabila beliau mendatangi suatu kaum, biasanya mengucapkan salam kepada mereka sebanyak tiga kali.” (HR Muslim)

Dari Aisyah ra. ia berkata: “Perkataan Rasulullah saw. adalah ucapan yang sangat jelas, jika orang lain mendengarnya pasti dapat memahaminya.” (HR Abu Daud)

Memuliakan Tamu

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – hadits

“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (Yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: “Salaamun”. Ibrahim menjawab: “Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal.” Maka Dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: “Silahkan anda makan.” (adz-Dzaariyaaat: 24-27)

“dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: “Hai kaumku, Inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, Maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. tidak Adakah di antaramu seorang yang berakal?” (Huud: 78)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menyambung tali persaudaraannya. Dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Syuraih Khuwailid bin Amr (al-Khuza’i) ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamu pada saat istimewanya.” Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulallah, apakah saat istimewanya?” Beliau menjawab: “Hari dan malam pertamanya. Bertamu itu adalah tiga hari. Setelahnya adalah sedekah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Orang muslim tidak boleh tinggal di tempat saudaranya, sehingga menyebabkan saudaranya itu berdosa.” Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulallah, bagaimana ia bisa menyebabkan saudaranya berdosa?” Beliau bersabda: “Ia tinggal di tempat saudaranya, sedangkan saudaranya tidak mempunyai hidangan yang bisa disuguhkan.”