Sabtu, 19 Oktober 2013

Pemaaf dan Berpaling dari Orang Bodoh

Riyadhus Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – Hadit

Firman Allah: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (al-A’raaf: 199)

Firman Allah: “Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.” (al-Hijr: 85)

Firman Allah: “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampuni kalian?” (an-Nuur: 22)

Firman Allah: “Dan mereka memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imraan: 134)

Firman Allah: “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (asy-Suura: 43)

Dari ‘Aisyah ra. saya berkata: Saya bertanya kepada Nabi saw: “Pernahkah engkau mengalami penderitaan yang lebih berat dari perang Uhud?” Beliau menjawab: “Sungguh, aku telah mendapat penderitaan karena (perbuatan) kaummu sedangkan yang paling berat adalah pada hari Aqabah. Ketika aku menyempatkan diri untuk mengajak putera Abd Jalil bin Kulal, ia tidak menyambutku sebagaimana harapanku. Kemudian aku pergi dengan perasaan sedih sekali dan tidak sadar. Namun sesampai di Qarnuts Tsa’alib aku sadar dan mengangkat kepalaku. Waktu itu aku dinaungi oleh awan. Setelah aku memandangnya, ternyata disitu ada malaikat Jibril as. ia memanggilku seraya berkata: ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala mendengar kaummu mencela dan menolak ajakanmu. Dan Allah mengutus malaikat penjaga gunung untukmu. Ia akan memenuhi apa saja yang kamu kehendaki untuk menyiksa mereka.’ Kemudian malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam seraya berkata: ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaummu, dan aku adalah malaikat penjaga gunung. Rabb telah mengutusku untuk memenuhi permintaanmu. Maka apakah yang kamu kehendaki? Apabila kamu menghendaki, akan aku runtuhkan dua gunung itu untuk menyiksa mereka.’ Nabi saw. menjawab: ‘Aku masih berharap, semoga Allah mengeluarkan dari tulang belakang mereka orang yang beribadah (menyembah) Allah Yang Maha Esa, dan mereka tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. tidak pernah memukul apapun dengan tangannya, ia juga tidak pernah memukul istrinya dan pelayannya. Kecuali apabila beliau berjihad di jalan Allah. Dan beliau sama sekali tidak pernah membalas orang yang mengganggunya, kecuali bila apa yang telah diharamkan Allah Ta’ala itu dilanggar, maka beliau menghukum karena Allah Ta’ala.” (HR Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Saya pernah berjalan bersama Rasulullah saw.. Waktu itu beliau membawa selimut Najran yang tebal pinggirannya, dan bertemu dengan seorang Badui, kemudian ia menarik-narik selendang beliau dengan kuat. Saya melihat leher beliau terdapat bekas ujung selimut, karena kerasnya tarikan orang Badui itu. Kemudian dia berkata: “Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku harta Allah yang ada padamu!” Beliau menoleh kepada orang Badui itu, sambil tersenyum beliau menyuruh untuk memenuhi permintaan orang Badui itu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Mas’ud ra ia berkata: Saya seolah-olah masih melihat Rasulullah saw. mencontohkan tentang salah seorang Nabi –semoga Allah melimpahkan rahmat dan kesejahteraan-Nya kepada kaum yang memukul Nabi itu sampai berdarah- sambil mengusap darah di mukanya, Nabi itu berdoa: “Ya Allah, ampunilah dosa kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Yang dinamakan orang kuat adalah bukan orang yang kuat bergulat. Orang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya pada waktu marah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: ada seseorang mengadu kepada Rasulullah saw.: “Sesungguhnya saya mempunyai keluarga. Saya selalu menyambung hubungan dengan mereka, tatapi mereka selalu memutuskannya. Saya selalu berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka membalasnya dengan berbuat jahat. Saya senantiasa menyantuni mereka, tetapi mereka tidak tahu diri.” Kemudian beliau bersabda: “Seandainya keadaanmu seperti apa yang kamu katakan, maka seolah-olah kamu menaburkan abu panas kepada mereka dan kamu akan selalu mendapat pertolongan Allah karena perbuatanmu itu, selama kamu masih tetap mengerjakan hal yang demikian.” (HR Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar