Minggu, 20 Oktober 2013

Berbuat Baik Kepada Orang Tua dan Silaturahim (1)

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits

Allah berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu.” (an-Nisaa’: 36)

Allah berfirman: “Dan bertakwalah kepada Allah, dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim.” (an-Nisaa’: 1)

Allah berfirman: “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkah supaya dihubungkan.” (ar-Ra’du: 21)

Allah berfirman: “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tua.” (al-Ankabut: 8)

Allah berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (al-Israa’: 23-24)

Allah berfirman: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, dimana ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” (Lukman: 14)

Dari Abu Abdurrahman bin Mas’ud ra. ia berkata: Saya bertanya kepada Nabi saw.: “Amal apakah yang paling disukai oleh Allah Ta’ala?” Beliau menjawab: “Berbuat baik kepada kedua orang tua.” Saya bertanya lagi: “Kemudian apa?” Beliau menjawab: “Berjihad (berjuang) di jalan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Seseorang tidak dapat membalas budi kedua orang tuanya, kecuali jika mendapatkan orang tuanya menjadi budak, kemudian ia beli dan memerdekakannya.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghubungkan tali persaudaraan. Dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik, kalau tidak, hendaklah ia diam saja.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan makhlu, bangkitlah rahimnya makhluk dan berkata: Ini adalah tempat orang meminta perlindungan kepada-Mu dari dari pemutusan hubungan persaudaraan.” Allah berfirman: “Ya, belum puaskah engkau bahwa aku akan menghubungkan orang yang menghubungimu, dan memutus orang yang memutuskan hubungan. Rahim menjawab: “Ya, baiklah.” Allah berfirman: “Itulah bagianmu.” Kemudian Rasulullah saw. melanjutkan sabda beliau: “Bacalah jika kalian mau ayat: faHal ‘asaitum in tawallaitum an tufsiduu fil ardli wa tuqaththi-‘uu arhaamakum ulaa-ika la’anaHumullaaHu fa ashammaHum wa a’maa abshaaraHum (“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan telinga mereka dan dibutakan penglihatakan mereka.”) (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Kali tertentu seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw. lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak aku pergauli dengan baik?” Rasulullah saw. menjawab: “Ibumu.” “Lalu siapa?” Rasululullah menjawab: “Ibumu.” Sekali lagi orang itu bertanya: “Kemudian siapa?” Rasulullah menjawab: “Bapakmu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain dikatakan: “Wahai Rasulullah siapakah yang paling berhak aku pergauli dengan baik?” Beliau menjawab: “Ibumu, ibumu, kemudian bapakmu, dan orang yang lebih dekat serta orang yang lebih dekat dengan kamu.”

Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Sungguh hina, sungguh hina, dan sungguh hina, orang yang salah satu atau kedua orang tuannya masih hidup tapi tidak bisa masuk surga” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Ada seorang yang berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami mempunyai beberapa saudara, dan saya menghubungkan tali kekeluargaan dengan mereka, tetapi mereka memutuskannya. Saya berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka berbuat jahat kepada saya. Saya senantiasa berbuat ramah kepada mereka, tetapi mereka tidak tahu diri.” Beliau bersabda: “Seandainya benar seperti apa yang kamu katakan, maka seakan-akan kamu menyuapkan abu panas kepada mereka. Dan Allah senantiasa memberikan pertolongan karena perbuatan mereka jika kamu tetap berbuat demikian.” (HR Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda: “Siapa saya yang menyukai untuk mendapatkan kelapangan rizky dan panjang umurnya, hendaklah ia menyambung hubungan dengan familinya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash ra. ia berkata: Seorang lelaki datang menghadap Rasulullah saw. lalu berkata: “Aku akan berbaiat kepadamu, untuk hijrah dan jihad demi mengharapkan pahala dari Allah Ta’ala.” Rasulullah bertanya: “Apakah salah seorang dari kedua orang tuamu masih hidup?” Orang itu menjawab: “Ya, bahkan dua-duanya.” Beliau bertanya lagi: “Apakah kamu mengharapkan pahala dari Allah?” Orang itu menjawab: “Ya.” Rasulullah menjawab: “Kembalilah kepada kedua orang tuamu, layani mereka dengan baik.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain dikatakan: “Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah saw. dan minta izin untuk ikut berjihad. Rasulullah bertanya: “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Orang itu menjawab: “Ya.” Rasulullah bersabda: “Berjuanglah dengan berbakti kepada mereka.”

Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Yang dimaksud penyambung hubungan kekeluargaan bukan sekedar mengimbangi kebajikan sanak keluarga. Tetapi penyambung hubungan kekeluargaan adalah orang ketika ada sanak keluarga yang memutuskan hubungan dengannya, maka ia menyambungnya.” (HR Bukhari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar