Minggu, 01 Desember 2013

Hidup Sederhana (1)


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an dan hadits Bukhari-Muslim

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, Maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun,” (Maryam: 59-60)

“Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Mudah-mudahan kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar”. (al-Qashash: 79-80)

“Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan [yang kamu bermegah-megahan di dunia]” (at-Takaatsur: 8)

“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), Maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam Keadaan tercela dan terusir.” (al-Israa’: 18)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: “Keluarga Muhammad saw. tidak pernah kenyang dari roti gandum dalam waktu dua hari berturut-turut sampai beliau meninggal dunia.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Keluarga Muhammad saw. tidak pernah kenyang dari makanan yang terbuat dari gandum, sejak menetap di Madinah dalam waktu tiga malam berturut-turut sampai beliau meninggal dunia.”

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: “Wahai keponakanku, demi Allah kami pernah melihat bulan dan bulan dan melihat bulan, tiga kali dalam dua bulan, sedangkan di rumah-rumah Rasulullah saw. tidak ada nyala api.” Saya bertanya: “Wahai bibiku, kalau memang demikian, apa yang bibi makan?” Aisyah menjawab: “Kurma dan air. Hanya saja shahabat Anshar tetangga Rasulullah saw. yang mempunyai sapi perahan, sering mengantar air susu untuk Rasulullah saw., maka kami meminumnya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Sa’ad al-Maqburiy dari Abu Hurairah ra. ia berkata: ia melewati suatu kaum yang sedang makan sate, maka merekapun mengajak Sa’ad untuk makan bersama, tetapi ia menolak dan berkata: “Rasulullah saw. belum pernah kenyang makan roti gandum sampai ia meninggal dunia.” (HR Bukhari)

Dari Anas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. tidak pernah makan dengan piring, sampai beliau meninggal dunia, juga beliau tidak pernah makan roti yang terbuat dari tepung sampai meninggal dunia.” (HR Bukhari)

Dari an-Nu’man bin Basyir ra. ia berkata: “Saya pernah melihat Nabi saw. tidak mendapatkan makanan walaupun hanya kurma yang paling buruk untuk mengisi perutnya.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Pada suatu hari Rasulullah saw. keluar, lalu bertemu dengan Abu Bakar dan Umar ra. Beliau bertanya: “Mengapa kalian keluar rumah di saat-saat seperti ini?” Abu Bakar dan Umar menjawab: “Karena lapar, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, aku juga demikian. Mari kita pergi bersama-sama.” Keduanya pun pergi bersama Rasulullah saw. mendatangi rumah salah seorang shahabat Anshar (namanya: Abul Haitsam bin at-Tajihan), tetapi ia tidak ada di rumahnya. Ketika istrinya melihat mereka, ia segera menyambutnya dengan mengucapkan: “Selamat datang.” Rasulullah saw. bertanya: “Di manakah suamimu?” Ia menjawab: “Sedang pergi mengambil air tawar.” Tiba-tiba datanglah shahabat Anshar itu dan melihat Rasulullah saw. bersama kedua shahabatnya, maka ia berkata: “Al-hamdu lillaaH, pada hari ini tidak ada seorangpun yang mempunyai tamu lebih mulia daripada tamuku.” Kemudian ia pergi mengambil baki yang berisi kurma setengah matang, kurma yang sudah matang dan buah anggur, seraya mempersilakan makan. Ia mengambil pisau. Tetapi Rasulullah menegurnya: “Saya harap kamu tidak menyembelih kambing perahan itu.” Kemudian ia menyembelih kambing yang lain. Kemudian mereka makan daging kambing, kurma dan anggur bersama-sama, dan meminum air yang baru diteduhkan itu. Setelah kenyang dan segar kembali, Rasulullah saw. bersabda kepada Abu Bakar dan Umar ra.: “Demi Dzat yang jiwaku berada di genggaman-Nya, sungguh pada hari kiamat kalian akan ditanya tentang nikmat ini. Kalian keluar dari rumah dengan perut lapar kemudian kalian tiada kembali sebelum menikmati jamuan ini.” (HR Muslim)

Dari Khalid bin Umair al-Adawiy ia berkata: Utbah bin Ghazwan yang menjabat gubernur di Bashrah, berkhutbah di depan kami. Setelah ia memuji dan menyanjung Allah, ia berkata: “Sesungguhnya dunia ini telah mengingatkan akan kehancurannya dan melaju dengan cepatnya, serta tidak akan tersisa, melainkan hanya seperti sisa air dari bejana yang dituangkan pemiliknya. Sesungguhnya kalian akan pindah dari alam dunia ke daerah yang tidak binasa lagi, pindahlah kalian dengan berbekal kebaikan. Sesungguhnya telah diceritakan kepada kami, bahwa kalau sebuah batu dilemparkan ke dalam neraka jahanam, maka dalam waktu tujuh puluh tahun belum sampai ke dasarnya. Demi Allah neraka jahanam itu pasti akan penuh. Apakah kalian merasa kagum? Dan telah diceritakan kepada kamu, bahwa jarak antara dua pintu gerbang surga itu empat puluh tahun perjalanan. Tetapi suatu hari nanti, orang-orang yang memasukinya berdesak-desakan. Dulu, waktu saya bertujuh bersama Rasulullah saw. pernah tidak mendapatkan makanan kecuali dedaunan, sampai bibir kami pecah-pecah dan saya membagi selimut menjadi dua untuk saya sendiri dan untuk Sa’ad bin Malik, sehingga saya bersarung separuh, begitu juga Sa’ad. Tetapi masing-masing dari kami sekarang telah menjadi gubernur pada salah satu wilayah. Sesungguhnya saya berlindung diri kepada Allah, jangan sampai dalam pandangan diriku besar padahal di sisi Allah sangat kecil.” (HR Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar