Kamis, 24 Oktober 2013

Sabar (2)


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi, hadits-hadits tentang Sabar

Dari Shuhaib ra. Rasulullah saw. bersabda: “Pada zaman dahulu ada seorang raja yang mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir itu telah lanjut usia, ia berkata kepada rajanya: ‘Sesungguhnya saya sekarang sudah lanjut usia. Oleh karena itu perkenankanlah saya meminta tuan untuk mengirimkan seorang pemuda dan saya akan mengajariny ilmu sihir.” Raja itupun mengirimkan seorang pemuda untuk belajar ilmu sihir. Akan tetapi di tengah perjalanan ke tempat tukang sihir, ia bertemu dengan seorang pendeta, kemudian pemuda itu berhenti untuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh pendeta itu, oleh karena itu ia terlambat datang ke tempat tukang sihir. Ketika pemuda itu sampai di tempat tukang sihir, maka pemuda itu dipukul. Kemudian ia mengadukan kepada pendeta, dan si pendeta itu berkata: “Apakah kamu takut kepada tukang sihir itu, maka katakanlah bahwa keluargamu menahanmu, dan apabila kamu takut terhadap keluargamu maka katakanlah bahwa tukang sihir itu menahanmu.”

Suatu hari ketika dalam perjalanan, dijumpai di tengah jalan seekor binatang yang sangat besar, sehingga orang-orang tidak berani meneruskan perjalanan. Pada saat itulah si pemuda berkata:”Nah, hari ini aku akan mengetahui tukang sihirkah yang lebih utama ataukah pendeta.” Pemuda itu mengambil batu seraya berkata: “Ya Allah, apabila ajaran pendeta itu lebih Engkau sukai maka matikanlah binatang yang sangat besar itu agar orangpun dapat meneruskan perjalanannya.” Kemudian ia melempar batu itu, dan matilah binatang itu. Sehingga orang-orangpun dapat melanjutkan perjalanannya. Ia lalu mendatangi pendeta itu dan menceritakan apa yang baru saja terjadi. Pendeta itu berkata: “Wahai anakku, kamu sekarang lebih utama dari aku karena kamu telah menguasai segala yang aku ketahui, dan ketahuilah, kamu nanti akan mendapat ujian; tetapi ingatlah, apabila kamu diuji, janganlah kamu menyebut-nyebut namaku.” Setelah itu pemuda itu tadi dapat menyembuhkan orang buta, penyakit belang dan berbagai jenis penyakit lainnya.
Tersebarlah berita, bahwa kawan raja sakit mata sehingga buta dan sudah diusahakan kemana-mana tetapi belum juga sembuh. Kemudian datanglah ia ke pemuda itu dengan membawa beraneka macam hadiah dan berkata: “Seandainya kamu dapat menyembuhkan saya, akan saya penuhi semua permintaanmu.” Pemuda itu menjawab: “Sesungguhnya saya tidak bisa menyembuhkan seseorang, tetapi yang menyembuhkan adalah Allah Ta’ala. Apabila engkau beriman kepada Allah Ta’ala niscaya saya akan berdoa kepada-Nya agar menyembuhkan penyakitmu.” Maka berimanlah orang itu kepada Allah dan sembuhlah penyakitnya.
Orang itu datang ke tempat raja dan duduk bersama sebagaimana biasa, kemudian sang raja bertanya kepadanya: “Siapakah yang menyembuhkan matamu itu?” ia menjawab: “Tuhanku.” Sang Raja berkata: “Apakah kamu mempunyai Tuhan selain aku?” ia menjawab: “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.” Maka sang Raja langsung menyiksanya sehingga orang itu menunjuk kepada pemuda tadi. Maka dipanggillah pemuda itu dan berkatalah sang Raja kepadanya: “Hai anakku, sihirmu sangat ampuh sehingga dapat menyembuhkan orang buta, penyakit belang dan kamu bisa berbuat ini dan itu.” Pemuda itu menjawab: “Sesungguhnya yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah Ta’ala.” Maka disiksalah pemuda itu sehingga ia menunjuk kepada sang pendeta, maka dipanggillah pendeta itu. Rajapun berkata kepadanya: “Kembalilah kamu kepada agamamu semula.” Tetapi pendeta itu tidak mau, kemudian raja menyuruh untuk menggergajinya dari atas kepala hingga badannya terbelah dua. Kemudian dipanggillah kawan raja itu dan dikatakan kepadanya: “Kembalilah pada agamamu semula.” Tetapi orang itu tidak mau, iapun digergaji dari atas kepala sampai badannya terbelah dua. Kemudian dipanggillah pemuda itu, raja berkata kepadanya: “Kembalilah kepada agamamu semula.” Tetapi pemuda itupun menolak, kemudian dia diserahkan kepada pasukan dan memerintahkan untuk membawanya ke suatu gunung. “Ketika sampai di puncak gunung, paksalah supaya kembali kepda agamanya semula. Bila tidak, lemparkan ia dari atas gunung biar mati.” Pasukan itupun membawa pemuda tadi ke puncak gunung. Dan di sana pemuda itu berdoa: “Ya Allah, hindarkanlah saya dari kejahatan mereka sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki.” Kemudian bergoncanglah gunung itu sehingga pasukan tadi berguling dari atas gunung. Pemuda itu mendatanginya, dan sang raja bertanya keheranan: “Apa yang diperbuat oleh pasukan itu?” pemuda itu menjawab: “Allah Ta’ala telah menghindarkan saya dari kejahatan mereka.” Pemuda itu ditangkapnya diserahkan kembali kepada kelompok pasukan yang lain, untuk membawa pemuda itu naik kapal, untuk menenggelamkan di tengah lautan. Pasukan itu membawanya naik kapal, kemudian pemuda itu berdoa: “Ya Allah , hindarkanlah saya dari kejahatan mereka sesuai dengan yang Engkau kehendaki.” Kemudian kapal itu terbalik dan tenggelamlah mereka. Pemuda itupun kembali kepada sang raja, dan sang raja bertanya lagi keheranan: “Apakah yang diperbuat oleh pasukan itu?” Pemuda itu menjawab: “Allah Ta’ala telah menghindarkan aku dari kejahatan mereka.” Kemudian pemuda itu berkata kepada sang raja: “Sesungguhnya engkau tidak akan bisa mematikan saya sebelum engkau memenuhi permintaanku.” Raja bertanya: “Apakah yang engkau inginkan?” pemuda itu menjawab: “Engkau harus mengumpulkan orang banyak dalam satu lapangan dan saliblah saya di seubah tiang, kemudian ambillah anak panahku dari tempatnya serta letakkanlah pada busurnya, kemudian bacalah: “Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini.” Kemudian lepaskanlah anak panah itu ke arahku. Apabila engkau berbuat seperti itu, maka engkau akan berhasil membunuhku.”
Mendengar yang demikian itu, raja mengumpulkan orang banyak di salah satu lapangan dan menyalib pemuda itu di atas tiang kemudian ia mengambil anak panah dari tempatnya dan diletakkan pada busurnya kemudian membaca: “Dengan menyebut Nama Allah, Tuhannya pemuda ini.” Dan dilepaskanlah anak panah itu ke arah pelipisnya, kemudian pemuda itu meletakkan tangannya pada pelipis yang terluka, lalu iapun mati.
Pada saat itu juga serentak orang-orang berkata: “Kami beriman dengan Tuhannya pemuda itu.” Ada orang yang menyampaikan berita itu kepada sang raja seraya berkata: “Tahukah engkau, apa yang engkau khawatirkan sekarang telah menjadi kenyataan. Demi Allah, kekhawatiranmu tidak ada gunanya sama sekali karena orang-orang sudah beriman.”
Kemudian sang raja memerintahkan untuk membuat parit yang besar pada setiap persimpangan jalan, di dalamnya dinyalakan api, kemudian memerintahkan kepada siapa saja yang tidak mau kembali kepada agama semula, maka akan dilempar ke dalam parit. Perintah itu dilaksanakan. Ada seorang wanita yang berpegang teguh pada agama yang haq, namun ia membawa bayinya dan merasa sangat kasihan kepada anaknya kalau ia beserta anaknya masuk ke dalam parit, akan tetapi bayi itu berkata: “Wahai ibu, sabarlah, karena engkau berada di dalam kebenaran.” (HR Muslim)

Dari Anas, ia berkata: Sewaktu Nabi saw. menjumpai seorang wanita sedang menangis di atas kubur, maka beliau bersabda: “Bertawakallah kepada Allah dan sabarlah.” Wanita itu berkata: “Pergilah dari sini karena sesungguhnya engkau tidak tertimpa musibah sebagaimana yang aku alami.” Wanita itu tidak tahu bahwa yang berkata adalah Nabi. Kemudian ada seseorang yang memberitahukan kalau itu adalah Nabi saw.. Maka wanita itu segera datang ke rumah beliau saw. dan ia tidak menjumpai para penjaga pintu, sehingga dengan mudah ia memasukinya kemudian ia berkata: “Saya tidak tahu kalau yang berkata tadi adalah engkau.” Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya sabar itu hanyalah pada hari pertama dari musibah itu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim disebutkan: “Wanita itu menangisi anaknya yang baru meninggal.”
Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: Tidak ada balasan kecuali surga bagi hamba-Ku yang mukmin, yang telah Aku ambil kembali kekasihnya dari ahli dunia, dan ia hanya mengharapkan pahala dari-Ku.” (HR Bukhari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar