Jumat, 18 Oktober 2013

Membaca Al-Qur’an dan Mempelajarinya

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi

Dari Abu Musa ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Berhati-hatilah kamu sekalian terhadap al-Qur’an ini. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya. Sungguh al-Qur’an ini lebih cepat terlepasnya daripada unta terlepas dari tali ikatannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Umar ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan orang yang menguasai al-Qur’an, seperti unta yang terikat. Apabila ia sangat berhati-hati maka ia akan tetap bertahan, dan apabila ia membiarkannya maka ia akan lepas.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Allah tidak senang sebagaimana Nabi juga tidak senang mendengarkan suara merdu dan keras, selain mendengar orang melagukan bacaan al-Qur’an.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Musa al-Asy’ariy bahwasannya Rasulullah saw. bersabda kepadanya: “Sungguh kamu telah dikaruniai sebagian dari kebagusan suara keluarga Nabi Daud.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dan di dalam riwayat Muslim dikatakan, bahwa Rasulullah saw. bersabda kepada Abu Musa: “Seandainya kamu mengetahui sewaktu aku mendengar bacaanmu semalam.” Jawab Abu Musa: “Andaikan saya tahu, tentu saya akan baca lebih merdu lagi untukmu ya Rasulallah.”

Dari al-Barra’ bin Azib ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. membaca surah “Wattiini wazzaituun” pada waktu Isya’, saya belum pernah mendengar seorang pun yang suaranya lebih merdu daripada suara beliau.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Lubabah bin Abdul Mudzir ra. bahwasannya Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang tidak suka membaguskan suaranya di waktu membaca al-Qur’an, maka tidaklah termasuk golonganku.” (HR Abu Dawud)

Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda kepada saya: “Bacalah al-Qur’an untukku.” Saya berkata: “Wahai Rasulallah saya harus membaca al-Qur’an untuk engkau, padahal kepada engkaulah al-Qur’an itu diturunkan?” Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku ingin mendengar al-Qur’an itu dibaca oleh orang lain.” Maka saya membacanya untuk beliau surah an-Nisaa’ sehingga sampai pada ayat: fa kaifa idzaa ji’naa ming kulli ummatim bisyaHiidiw waji’naa bika ‘alaa Haa-ulaa-i syaHiidaa (Maka bagaimana halnya orang kafir nanti, apabila Kami mendatangkan seorang saksi dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu [Muhammad] sebagai saksi atas mereka itu [sebagai umatmu]. Kemudian beliau bersabda: “Cukuplah sampai di sini.” Saya menoleh kepada beliau, tiba-tiba kedua matanya mencucurkan air mata.” (HR Bukhari dan Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar