Jumat, 18 Oktober 2013

Menghindari Syubhat

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an-hadits

Firman Allah yang artinya: “Dan kamu menganggapnya sesuatu yang ringan saja. Padahal di sisi Allah adalah besar.” (an-Nuur: 15)

Firman Allah: “Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.” (al-Fajr: 14)

Dari an-Nu’man bin Basyir ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya yang halal sudah jelas, dan yang haram juga sudah jelas. Di antara halal dan haram ada hal-hal syubhat (meragukan) yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Siapa saja yang berhati-hati dari hal-hal yang syubhat itu, maka terjagalah harta dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam hal-hal yang syubhat, maka ia terjerumus ke dalam yang haram. Sebagaimana penggembala yang menghalau ternak di sekitar tempat terlarang. Kemungkinan besar ternak gembalaannya akan memasuki tempat terlarang itu. Ingatlah, setiap penguasa mempunyai larangan, dan hal yang dilarang Allah adalah apa yang diharamkan. Ingatlah, bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, apabila gumpalan daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuh. Dan bila gumpalan daging itu rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Gumpalan daging itu adalah hati.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra, ia berkata: Bahwa Nabi saw. menemukan sebiji kurma di tengah jalan, kemudian Nabi saw. bersabda: “Andai aku tidak khawatir kurma ini termasuk sedekah, niscaya aku memakannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari an-Nawwas bin Sam’an ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Kebajikan, adalah budi pekerti yang baik. Dan dosa (kejahatan) adalah sesuatu yang menimbulkan keresahan pada dirimu, dimana kamu merasa tidak senang apabila perbuatan itu diketahui oleh orang lain.” (HR Muslim)

Dari Wabishah bin Ma’bad ra. ia berkata: Saya mendatangi Rasulullah saw. kemudian beliau bertanya: “Kamu ingin menanyakan tentang kebaikan?” Saya menjawab: “Ya.” Lalu beliau bersabda: “Tanyakanlah pada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa yang membuat jiwa menjadi tenang dan menentramkan hati. Sedangkan dosa (kejahatan), adalah apa yang membuat kacau pada jiwa dan membuat ragu-ragu pada hati, walaupun orang-orang memberi nasehat kepadamu.” (HR Ahmad dan ad-Darimiy)

Dari Abu Sirwa’ah Uqbah bin al-Harits ra. bahwasannya ia kawin dengan putri Abu Ihab bin Aziz, kemudian datanglah seorang perempuan dan berkata: “Sesungguhnya dulu saya pernah menyusui Uqbah dan juga perempuan yang dikawininya.” Maka Uqbah berkata kepadanya: “Saya tidak tahu kalau engkau dulu pernah menyusui saya, dan engkau tidak pernah memberitahukan hal ini kepada saya.” Kemudian ia pergi ke Madinah untuk menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw., kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Bagaimana lagi, sedangkan hal itu sudah terjadi.” Lalu Uqbah menceraikan istrinya, dan istrinya kawin lagi dengan orang lain.” (HR Bukhari)

Dari al-Hasan bin Ali ra. ia berkata: Saya selalu ingat pada sabda Rasulullah saw. yaitu: “Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu dan kerjakan sesuatu yang tidak meragukanmu.” (HR Tirmidzi)

Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: Abu Bakar ash-Shiddiq mempunyai seorang pelayan yang selalu membawakan bekal untuknya, dan Abu Bakar selalu memakannya. Pada suatu hari, pelayan itu datang dengan membawakan makanan, maka Abu Bakar pun memakannya. Tetapi kemudian pelayan itu bertanya: “Tahukah tuan, makanan apa ini?” Abu Bakar bertanya pula: “Makanan apa ini?” Pelayan itu menjawab: “Dulu pada masa jahiliyah saya berlagak mendukuni seseorang padahal sebenarnya saya tidak mengerti ilmu perdukunan, saya hanya menipunya. Suatu hari ia bertemu dengan saya dan memberikan makanan yang tuan makan tadi.” Kemudian Abu Bakar memasukkan jarinya ke dalam mulut, dan memuntahkan semua makanan yang ada di perutnya.” (HR Bukhari)

Dari Nafi, ia berkata: Umar bin al-Khaththab ra. membagi-bagikan belanja sebanyak empat ribu kepada tiap-tiap shahabat Muhajirin yang hijrah paling awal, tetapi ia hanya membagi tiga ribu lima ratus kepada anaknya; ketika ada yang mengatakan: “Ia termasuk shahabat Muhajirin, tetapi kenapa engkau menguranginya?” Umar menjawab: “Karena ia dibahwa hijrah oleh orang tuanya.” Dan Umar berkata lagi: “Ia tidak dapat disamakan dengan orang yang hijrah sendiri.” (HR Bukhari)

Dari Athiyah bin Urwah as-Sa’dy ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Seseorang tidak bisa mencapai tingkatan Muttaqin (orang-orang yang bertakwa), sebelum ia meninggalkan semua yang tidak berdosa karena khawatir terjerumus pada sesuatu yang berdosa.” (HR Tirmidzi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar