Jumat, 18 Oktober 2013

Menjaga Rahasia

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – Hadits

Firman Allah: “Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti akan dimintai pertanggung jawabannya.” (al-Isra’: 34)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. Ia berkata: RAsulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling hina di sisi Allah pada hari kiamat adalah suami atau istri yang bersetubuh, kemudian menyebarkan rahasianya.” (HR Muslim)

Dari Abdullah bin Umar ia berkata: Ketika Hafsah putri Umar menjadi janda, Umar berkata: “Saya bertemu dengan Utsman bin Affan ra. lalu saya tawarkan Hafsah kepadanya. Umar berkata: “Jika engkau mau, saya akan nikahkan dengan Hafsah putrid saya.” Utsman bin Affan menjawab: “Beri saya kesempatan berfikir.” Selang beberapa hari ia menemui Umar dan berkata: “Saya tidak akan menikah saat ini.” Kemudian Umar bertemu dengan Abu Bakar ash-Shiddiq ra, dan berkata kepadanya: “Jika engkau mau, saya akan nikahkan dengan putriku, Hafshah.” Abu Bakar ra. diam, tidak memberi jawaban apa-apa kepada Umar. Sehingga Umar merasa lebih tersinggung daripada penolakan Utsman. Selang beberapa hari Nabi saw. melamar Hafshah, dan langsung dinikahkan. Kemudian Abu Bakar menemui Umar dan berkata: “Mungkin engkau tersinggung saat menawarkan Hafshah kepada saya sedang saya tidak memberi jawaban. Umar menjawab: “Ya.” Abu Bakar berkata lagi: “Sungguh tidak ada yang menghalangi saya menerima tawaran itu. Hanya saja, saya telah mengetahui bahwa Nabi saw. menyebut-nyebutnya. Dan saya tidak mau menyebar luaskan rahasia Rasulullah saw. Seandainya Nabi saw. tidak ingin mengambil Hafshah sebagai istri beliau, niscaya saya akan menerimanya.” (HR Bukhari)

Dai ‘Aisyah ra. ia berkata: Ketika kami, para istri Nabi saw. berada di sekelilingnya, datanglah Fatimah ra. yang jalannya mirim Rasulullah saw. Ketika beliau melihatnya, langsung disambut seraya bersabda: “Selamat datang anakku.” Beliau menyuruhnya duduk di sebelah kanan atau kiri beliau seraya membisikkan sesuatu di telinganya. Kemudian Fatimah menangis keras sekali. Beliau kasihan melihatnya, lantas membisikkan sesuatu lagi dan ia (Fatimah) tertawa. Maka saya berkata kepadanya: “Rasulullah saw. mengistimewakan kamu dengan rahasia-rahasia melebihi kepada istri-istrinya, tetapi lalu kenapa engkau menangis.” Ketika Rasulullah saw. telah pergi, saya (Aisyah) bertanya kepadanya: “Apa yang dibisikkan Rasulullah saw. kepadamu?” Fatimah menjawab: “Saya tidak akan menyebar luaskan rahasia Rasulullah saw.” Setelah Rasulullah saw. wafat, Aisyah mengulangi pertanyaannya: “Saya benar-benar ingin mendengar tentang sesuatu yang pernah Rasulullah saw. sampaikan kepadamu.” Fatimah menjawab: “Kalau sekarang, baiklah akan saya katakan. Pada bisikan pertama, beliau memberitahu bahwa malaikat Jibril as. setiap tahun datang untuk mengulangi bacaan al-Qur’an sekali atau dua kali, tetapi dalam waktu dekat ini ia telah datang dua kali, dan aku yakin kalau ajalku sudah dekat. Oleh karena itu, bertakwalah kamu kepada Allah dan bersabarlah. Aku adalah sebaik-baik orang yang meninggalkan kamu. Oleh karena itu saya menangis, seperti yang engkau lihat. Melihat yang demikian, beliau merasa kasihan dan berbisik untuk kali kedua. Beliau bersabda: ‘Wahai Fatimah, apakah kamu tidak ridla menjadi penghulu penghuni surga?’ Oleh karena itu saya tertawa seperti yang engkau lihat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Tsabit dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. menghampiri saya. Waktu itu saya sedang bermain dengan anak-anak. Beliau mengucapkan salam dan menyuruhku untuk sebuah keperluan. Sampai aku terlambat datang kepada ibu. Ketika saya datang, ibu bertanya: “Apakah yang menyebabkan kamu terlambat datang?” Saya menjawab: “Rasulullah saw. mengutus saya untuk suatu keperluan.” Ibu bertanya lagi: “Keperluan apa?” Saya menjawab: “Itu rahasia.” Ibu berkata: “Kalau begitu kamu jangan menceritakan rahasia Rasulullah saw. kepada siapapun.” Anas berkata: “Demi Allah, andaikan saya boleh beritahu rahasia itu kepada seseorang, pasti aku akan memberitahumu hai Tsabit.” (HR Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar