Jumat, 18 Oktober 2013

Sunnah / Adab Ketika Makan

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. tidak pernah mencela makanan. Apabila beliau menyukainya, beliau memakannya dan apabila tidak menyenanginya maka meninggalkan makanan itu. (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Jabir ra. ia berkata: Nabi saw. pernah menanyakan lauk kepada keluarganya, kemudian mereka menjawab: “Kami tidak mempunyai apa-apa selain cuka.” Maka beliau meminta cuka itu, dan makan berlauk cuka, seraya bersabda: “Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian diundang, hendaklah ia menghadirinya. Jika ia sedang berpuasa hendaklah ia mendoakan, dan jika tidak berpuasa hendaklah ia makan.” (HR Muslim)

Dari Abu Mas’ud al-Badriy ra. ia berkata: Ada seseorang mengundang Nabi saw. untuk jamuan makan yang disiapkan bagi lima orang, kemudian ada seseorang mengikuti mereka. Ketika sampai di muka pintu, Nabi saw. menjelaskan kepada orang yang mengundangnya: “Sesungguhnya orang ini mengikuti kami, maka terserah kamu. Apabila kamu suka, izinkanlah orang ini, apabila tidak biarlah orang ini pulang.” Orang mengundang itu berkata: “Wahai Rasulullah, saya mengizinkannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Umar bin Abu Salamah ra. ia berkata: Waktu kecil, saya diasuh oleh Rasulullah saw. dan pernah mengulurkan tangan untuk mengambil makanan yang terletak di piring, kemudian beliau bersabda kepada saya: “Wahai anak muda, sebutlah nama Allah Ta’ala serta makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari makanan yang dekat denganmu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Salamah bin al-Akwa ra. ia berkata: Ada seseorang makan di hadapan Rasulullah saw. dengan menggunakan tangan kirinya, kemudian beliau bersabda: “Makanlah dengan tangan kananmu.” Ia menjawab: “Saya tidak bisa.” Beliau bersabda: “Kamu tidak bisa karena kesombonganmu.” Setelah itu orang tersebut tidak bisa mengangkat tangannya ke mulut. (HR Muslim)

Dari Jabalah bin Suhaim, ia berkata: Kali tertentu kami bersama dengan Ibnu Zubair mengalami masa paceklik. Tiba-tiba kami mendapatkan rizky kurma. Waktu Abdullah bin Umar ra. lewat, ia mendapati kami sedang makan kurma. Kemudian ia berkata: “Janganlah kalian makan dua butir atau lebih sekaligus. Sesungguhnya Nabi saw. melarang untuk makan dua butir kurma atau lebih sekaligus.” Kemudian ia berkata lagi: “Kecuali orang itu minta izin kepada kawannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Wahsyiy bin Harb ra. ia berkata: Para shahabat berkata: “Wahai Rasulallah, sesungguhnya kami sudah makan, tetapi belum kenyang.” Beliau bersabda: “Mungkin kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab: “Benar.” Beliau bersabda lagi: “Berkumpullah kalian kalau makan, dan sebutlah nama Allah Ta’ala. Niscaya kalian mendapat berkah dalam makanan itu.” (HR Abu Daud)

Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Berkah itu turun di tengah-tengah makanan, maka makanlah dari pinggir, janganlah memulai dari tengahnya.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

Dari Abdullah bin Busrin ra. ia berkata: Nabi saw. mempunyai bejana besar, yang disebut al-Gharra’ yang biasanya diangkat oleh empat orang. Suatu saat ketika para shahabat selesai shalat Dluha, diangkatlah bejana besar itu, yang di dalamnya penuh makanan. Para shahabat berkerumun di sekeliling bejana itu. Ketika sudah banyak, Rasulullah saw. duduk bersila. Kemudian ada seorang Badui bertanya: “Ada selamatan apa ini?” Rasulullah saw. menjawab: “Sesungguhnya Allah telah menjadikan aku sebagai hamba yang bermurah hati, dan Dia tidak menjadikan aku sebagai hamba yang sombong dan kejam.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Makanlah dari pinggirnya, dan biarkan tengahnya, niscaya kamu diberi berkah.” (HR Abu Daud)

Dari Abu Juhaifah Wahab bin Abdullah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Aku tidak pernah makan dengan bersandar.” (HR Bukhari)

Dari Anas ra. ia berkata: “Saya melihat Rasulullah saw. duduk dengan lutut berlekuk sambil makan kurma.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian makan, janganlah ia mengusap jari-jarinya sebelum membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ka’ab bin Malik ra. ia berkata: “Saya melihat Rasulullah saw. makan dengan tiga jari. Setelah selesai, beliau menjilati sisa-sisa makanan yang menempel pada jari-jarinya.” (HR Muslim)

Dari Jabir ra. ia berkata: Rasulullah saw. menyuruh agar membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel pada jari-jari tangan dan piring. Beliau bersabda: “Sesungguhnya kalian tidak tahu pada bagian mana makanan itu mengandung berkah.” (HR Muslim)

Dari Jabir ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila suapan salah seorang di antara kalian terjatuh, maka ambillah dan bersihkanlah kotorannya, kemudian makanlah. Jangan biarkan setan memakannya. Dan janganlah mengusap tangan dengan sapu tangan, sebelum ia membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel pada jari-jarinya. Sesungguhnya ia tidak mengetahui pada bagian mana berkahnya makanan itu.” (HR Muslim)

Dari Jabir ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya setan selalu mengikuti setiap perbuatan seseorang. Bahkan sewaktu makanpun, setan mengikutinya. Apabila suapan salah seorang di antara kalian terjatuh, hendaklah ia mengambil dan membersihkan kotoran yang melekat, kemudian memakannya. Dan jangan biarkan dimakan oleh setan. Apabila selesai makan hendaklah ia membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel pada jari-jarinya. Sesungguhnya ia tidak tahu pada bagian mana makanan itu mengandung berkah.” (HR Muslim)

Dari Anas ra. ia berkata: Apabila Rasulullah saw. makan, beliau membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel pada ketiga jarinya. Beliau bersabda: “Apabila suapan salah seorang di antara kalian terjatuh, hendaklah ia membersihkan dan memakannya. Jangan biarkan makanan itu dimakan oleh setan.” Beliau juga menyuruh kami membersihkan sisa-sisa makanan yang berada di piring: “Sesungguhnya kalian tidak tahu pada bagian mana dari makananmu yang mengandung berkah.” (HR Muslim)

Dari Sa’id bin Harits, ia bertanya kepada Jabir ra. tentang wudlu sehabis makan makanan yang dipanggang. Jabir menjawab: “Tidak wajib berwudlu. Pada zaman Nabi saw. kami jarang sekali mendapatkan makanan semacam itu. Apabila mendapatkannya, tidak ada di antara kami yang mempunyai sapu tangan untuk membersihkan tangan, dan kami mengusap-usapkannya ke telapak tangan, betis atau telapak kaki, kemudian langsung shalat tanpa berwudlu lebih dulu.” (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Makanan dua orang cukup untuk tiga orang, dan makanan tiga orang cukup untuk empat orang.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari jabir ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Makanan satu orang cukup untuk dua orang, makanan dua orang cukup untuk empat orang, dan makanan empat orang cukup untuk delapan orang.” (HR Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar