Jumat, 25 Oktober 2013

Tobat (1)


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi

Menurut pendapat para ulama, tobat hukumnya wajib. Syarat-syarat bertobat ada tiga, jika perbuatan dosanya tidak bersangkutan dengan manusia, yaitu:
1. Harus meninggalkan maksiat yang telah dilakukan
2. Menyesali perbuatannya
3. Bertekad tidak melakukannya kembali perbuatan itu selama-lamanya.
Apabila salah satu dari tiga syarat itu tidak dipenuhi, maka tobatnya tidak sah. Kalau maksiat itu berhubungan dengan sesama manusia, maka syarat tobatnya ada empat, yaitu tiga syarat yang sudah disebutkan dan ditambah dengan membersihkan atau membebaskan diri dari hak tersebut, dengan cara:
- Apabila berupa harta benda, maka harta itu harus dikembalikan kepada pemiliknya
- Apabila berupa had qadzaf (menuduh zina) dan semisalnya, maka kewajibannya menyerahkan diri kepada orang yang punya hak, atau meminta maafnya. Menurut ahli haq, seseorang yang bertobat hanya sebagian dosanya, adalah sah, tetapi dosa yang lain masih tetap ada. Adapun dalil-dalil dalam al-Qur’an, hadits dan ijma’ ulama tentang kewajiban-kewajiban tobat banyak sekali, di antaranya:
Allah Ta’ala berfirman: “Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” (an-Nur: 31)

Allah berfirman: “Dan hendaklah kamu minta ampun kepada Tuhanmu dan bertobatlah kepada-Nya.” (Hud: 3)
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya.” (at-Tahrim: 8)
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya saya membaca istighfar dan bertobat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali setiap hari.” (HR Bukhari)
Dari al-Aghar bin Yasar al-Muzanniy ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Wahai manusia, bertobatlah kalian kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya saya bertobat seratus kali setiap hari.” (HR Muslim)
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik al-Anshariy (pembantu Rasulullah saw.) berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah gembira menerima tobat hamba-Nya, melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian ketika menemukan kembali untanya yang hilang di padang yang luas.” (HR Bukhari Muslim)

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah sangat gembira menerima tobat hamba-Nya ketika bertobat kepada-Nya, melebihi dari kegembiraan seseorang yang berkendaraan di tengah padang pasir tetapi hewan yang dikendarainya lari meninggalkannya, padahal di atas hewan itu terdapat makanan dan minuman, kemudian dia berteduh di bawah pohon, dan membaringkan badannya, sedangkan ia benar-benar putus asa untuk menemukan kembali hewan yang dikendarainya. Ketika bangkit tiba-tiba ia menemukan kembali hewan yang dikendarainya lengkap dengan bekal yang dibawanya, iapun segera memegang tali kekangnya, seraya berkata dengan gembira: “Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu.” Ia keliru mengucapkan kalimat itu karena luapan kegembiraannya.”

Dari Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy’ariy ra. Dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala itu membentangkan tangan-Nya (memberi kesempatan) pada waktu malam, untuk tobat orang yang berbuat dosa pada siang hari. Dan Allah membentangkan tangan-Nya pada waktu siang, untuk tobat orang yang berbuat dosa pada malam hari, hingga matahari terbit di barat.” (HR Muslim)
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata; Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang bertobat sebelum matahari terbit dari barat, niscaya Allah menerima tobatnya.” (HR Muslim)

Dari Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung akan menerima tobat seseorang sebelum nyawa sampai di tenggorokan (sebelum sekarat).” (HR Tirmidzi)
Dari Zir bin Hubais, ia berkata: “Saya mendatangi Shafwan bin ‘Assal ra. untuk menanyakan tentang mengusap kedua khuf, kemudian dia menanyaiku: ‘Wahai Zir, mengapa engkau kemari?’ saya menjawab: ‘Sesungguhnya malaikat membentangkan sayapnya bagi orang yang menuntut ilmu, karena senang terhadap yang dicarinya.’ Kemudian aku melanjutkan pertanyaanku: ‘Wahai Sofwan, saya masih belum jelas tentang cara mengusap kedua sepatu sesudah berak dan kencing, sedangkan engkau adalah salah seorang sahabat Nabi saw. maka saya datang kesini untuk bertanya kepadamu, apakah engkau pernah mendengar beliau menjelaskan masalah itu?’ ia menjawab: ‘Ya. Beliau menyuruh kami bila dalam perjalanan agar tidak melepas khuf selama tiga hari tiga malam kecuali berjanabat, tetapi kalau hanya berak, kencing atau tidur tidak perlu dilepas.’ Saya bertanya lagi: ‘Apakah engkau pernah mendengar Rasulullah saw. menyebut tentang cinta?’ ia menjawab: ‘Betul. Ketika kami datang bepergian bersama Rasulullah saw. mendadak ada seorang Arab badui memanggil Rasulullah dengan suara yang keras: ‘Ya.. Muhammad.’ Maka Rasulullah pun menjawab menyerupai suaranya. Kemudian saya berkata kepada badui itu: ‘Rendahkanlah suaramu, karena engkau berhadapan dengan Nabi saw. dan kamu dilarang berkata seperti itu.’ Dan orang badui itu berkata lagi: ‘Bagaimana seseorang yang mencintai sekelompok orang, tetapi ia tidak boleh berkumpul bersamanya?’ Nabi saw. menjawab: ‘Seseorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya di hari kiamat.’ Beliau selalu bercerita kepada kami, sampai akhirnya beliau menceritakan tentang sebuah pintu yang berada di sebelah barat, pintu itu selebar 40 atau 70 tahun perjalanan.’ Menurut Sufyan, salah seorang perawi dari daerah Syiria berkata: ‘Allah Ta’ala menciptakan pintu itu ketika Ia menciptakan langit dan bumi; pintu itu senantiasa terbuka untuk menerima tobat dan tidak akan ditutup sebelum matahari terbit dari arah barat. (HR Tirmidzi dan yang lain)

Dari Abu Sa’ad bin Malik bin Sinan al-Khudriy ra. Nabi saw. bersabda: “Sebelum kalian, ada seorang laki-laki membunuh 99 orang. Kemudian ia bertanya kepada penduduk sekitar tentang seorang alim, maka dia ditunjukkan kepada seorang Rahib (Pendeta bani Israel). Setelah mendatanginya, ia menceritakan bahwa ia telah membunuh 99 orang, kemudian ia bertanya: “Apakah saya bisa bertobat?” ternyata pendeta itu menjawab: “Tidak.” Maka pendeta itupun dibunuhnya sehingga genaplah jumlahnya seratus. Kemudian ia bertanya lagi tentang seorang yang paling alim di atas bumi ini. Ia ditunjukkan kepada seorang laki-laki alim. Setelah menghadap ia bercerita bahwa ia telah membunuh 100 jiwa, dan bertanya: “Bisakah saya bertobat?” orang alim itu menjawab: “Ya, siapakah yang akan menghalangi orang bertobat? Pergilah kamu ke kota ini (menunjukkan ciri-ciri kota yang dimaksud), sebab di sana terdapat orang-orang yang menyembah Allah Ta’ala. Beribadahlah kepada Allah bersama mereka dan jangan kembali ke kotamu, karena kotamu kota yang jelek.”

Lelaki itupun berangkat, ketika menempuh separuh perjalanan, maut menghampirinya. Kemudian timbullah perselisihan antara malaikat Rahmat dengan malaikat Ahzab, siapakah yang lebih berhak membawa rohnya. Malaikat Rahmat beralasan bahwa: “Orang ini datang dalam keadaan bertobat, lagipula menghadapkan hatinya kepada Allah.” Sedangkan malaikat Azab (bertugas menyiksa hamba Allah yang berdosa) beralasan: “Orang ini tidak pernah melakukan amal baik.” Kemudian Allah swt. mengutus malaikat yang menyerupai manusia mendatangi keduanya untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan berkata: “Ukurlah jarak kota tempat ia meninggal antara kota asal dengan kota tujuan. Manakah lebih dekat, maka itulah bagiannya.” Para malaikat itu lalu mengukur, ternyata mereka mendapati si pembunuh meninggal dekat dengan kota tujuan, maka malaikat Rahmatlah yang berhak membawa roh orang tersebut.” (HR Bukhari dan Muslim)

Pada riwayat lain di dalam kitab ash-Shahihain disebutkan: “Ia lebih dekat sejengkal untuk menuju kota tujuan, maka ia dimasukkan dalam kelompok mereka.”
Dalam riwayat lain, di dalam ash-Shahihain disebutkan: “Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan kepada daerah hitam itu untuk menjauh dan memerintahkan kepada daerah yang baik itu untuk mendekat kemudian menyuruh kedua malaikat itu mengukurnya, akhirnya mereka mendapatkan daerah yang baik itu sejengkal lebih dekat sehingga ia diampuni.”
Di dalam riwayat lain disebutkan: “Allah mengarahkan hatinya untuk menuju daerah yang baik itu.”

Dari Abu Nujaid Imran bin Al-Husain al-Khuza’iy ra. ia berkata: “Ada seorang wanita dari Juhainah datang kepada Rasulullah saw. sedangkan ia sedang hamil karena berzina dan berkata: “Ya Rasulallah, saya telah melakukan kesalahan, dan saya harus dihad (dihukum), maka laksanakanlah had itu kepada diri saya.” Kemudian Rasulullah memanggil walinya seraya bersabda: “Perlakukanlah baik-baik wanita ini, apabila sudah melahirkan, bawalah kemari.” Maka dilaksanakan perintah itu oleh walinya. Setelah wanita itu melahirkan, dibawalah ke hadapan Rasulullah saw. dan memerintahkan untuk wanita, maka diikatkanlah pakaiannya dan dirajam. Setelah ia meninggal, maka Rasulullah saw. menshalatkannya. Namun Umar berkata kepada beliau: “Ya Rasulallah, mengapa engkau menshalatkan wanita itu, padahal ia telah berzina.” Beliau menjawab: “Wanita ini benar-benar bertobat, dan seandainya tobatnya dibagi pada tujuh puluh orang penduduk Madinah, niscaya masih cukup. Pernahkah kamu mendapatkan orang yang lebih utama daripada seseorang yang telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung?” (HR Muslim)

Dari Ibnu Abbas dan Anas bin Malik ra. Rasulullah saw bersabda: “Seandainya seseorang mempunyai satu lembah dari emas, niscaya ia ingin mempunyai dua lembah, dan tidak akan merasa puas kecuali tanah sudah memenuhi mulutnya dan Allah senantiasa menerima tobat orang yang bertobat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Allah gembira manakala ada dua orang yang saling membunuh dan keduanya masuk surga. Pertama, seseorang yang mati berjuang di jalan Allah. Yang kedua, orang yang membunuh itu bertobat kepada Allah, kemudian masuk Islam dan terbunuh di jalan Allah (mati syahid).” (HR Bukhari dan Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar