Rabu, 23 Oktober 2013

Bersungguh-sungguh dalam Beramal (1)

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits tentang beramal

Allah berfirman: “Dan orang-orang yang berjihad (untuk mencari keridlaan) Kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (al-Ankabut: 69)

Allah berfirman: “Dan sembahlah Rabb-mu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (al-Hijr: 99)

Allah berfirman: “Sebutlah nama Rabb-mu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (al-Muzzammil: 99)

Allah Ta’ala berfirman: “Siapa saja yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah-pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (al-Zalzalah: 7)

Allah berfirman: “Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang baik dan yang paling besar pahalanya.” (al-Muzzammil: 20)

Allah berfirman: “Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.” (al-Baqarah: 197)

Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: ‘Siapa saja yang memusuhi kekasih-Ku maka Aku menyatakan perang kepadanya. Sesuatu yang paling Aku sukai yang dikerjakan oleh hamba-Ku untuk mendekatkan diri adalah ia mengerjakan apa yang Aku wajibkan kepadanya, dan tidak henti-hentinya mendekatkan diri dengan amalan-amalan sunah, sehingga Aku mencintainya.
Jika Aku mencintainya, maka Aku merupakan pendengaran yang ia gunakan, Aku merupakan penglihatan yang ia gunakan, Aku merupakan tangan yang ia gunakan untuk menyerang dan Aku merupakan kaki yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan kepda-Ku niscaya aku melindunginya.” (HR Bukhari)

Dari Anas ra., dari Rasulullah saw. beliau menceritakan yang difirmankan oleh Rabb Yang Maha Mulia lagi Maha Agung: “Apabila seseorang mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat sehasta, apabila ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta maka Aku mendekat sedepa, dan apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan maka Aku datang dengan berlari.” (HR Bukhari)

Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Ada dua nikmat dimana manusia banyak tertipu karenanya, yaitu kesehatan dan kesempatan.” (HR Bukhari)

Dari Aisyah ra. ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. selalu bangun untuk mengerjakan shalat malam sampai kedua kakinya bengkak. Aisyah bertanya: ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau berbuat demikian, sedangkan Allah telah mengampuni semua dosamu , baik yang telah lampau maupun yang akan datang?’ beliau menjawab: ‘Apakah tidak sepantasnya jika aku menjadi seorang hamba yang selalu bersyukur?’ (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Aisyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. apabila memasuki pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadlan beliau senantiasa beribadah pada malam hari dan membangunkan keluarganya dan beliau bersungguh-sungguh serta mengikat erat tali pinggangnya. (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada orang mukmin yang lemah. Masing-masing ada kebaikannya. Bersemangatlah untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirimu, serta mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah lemah. Kalau tertimpa sesuatu, janganlah kamu mengucapkan: ‘Seandainya saya berbuat begini tentu akan terjadi begini dan begitu.’ Tetapi katakanlah: ‘Apa yang terjadi telah ditentukan Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan terjadi.’ Karena kata ‘seandainya’ itu akan memberi jalan pada setan. (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Neraka itu tertutup dengan berbagai macam kesenangan dan surga itu tertutup dengan berbagai macam ketidaksenangan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Abdullah Hudzaifah bin Yaman al-Anshari ra. beliau dikenal sebagai spionase (mata-mata) Rasulullah saw. ia berkata: Suatu malam aku shalat bersama Nabi saw. sesudah membaca al-Fatihah beliau membaca al-Baqarah, di dalam hati saya berkata: mungkin beliau akan rukuk jika sudah membaca seratus ayat. Tetapi setelah mendapat seratus ayat beliau tetap membacanya. Dalam hati saya berkata lagi: mungkin beliau akan membaca satu surat al-Baqarah dalam satu rakaat, tetapi setelah selesai satu surat beliau membaca lagi surat an-Nisaa’ dan beliau membacanya sampai selesai. Setelah itu beliau memulai lagi membaca Ali Imraan sampai selesai. Beliau membacanya dengan tartil. Jika menemukan ayat yang mengandung tasbih maka beliau membaca tasbih. Jika menemukan ayat yang mengandung perintah agar memohon, maka beliau memohon. Dan jika menemukan ayat yang menyuruh untuk berlindung diri, maka beliau berlindung diri. Sesudah itu, beliau rukuk dan membaca “Subhaana rabbiyal ‘adziim” (Mahasuci Rabb yang Maha Agung). Lamanya hampir sama dengan berdiri. Kemudian beliau bangkit dari rukuk mengucapkan: “Sami-‘allaaHu liman hamidaH, rabbanaa lakal hamdu” (Allah mendengar orang yang memuji-Nya. Wahai Rabb kami, hanya bagi-Mu lah segala puji), dan berdiri lama hampir sama lamanya dengan rukuk. Kemudian beliau sujud dan membaca “Subhaana rabbiyal a’laa” (Mahasuci Rabb-ku Yang Maha Luhur), lamanya hampir sama dengan berdiri.” (HR Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar