Sabtu, 26 Oktober 2013

Larangan Riya’


Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; al-Qur’an – Hadits

Firman Allah: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (al-Bayyinah: 5)

Firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang ang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia.” (al-Baqarah: 264)

Firman Allah: “Mereka bermaksud riya’ di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (an-Nisaa’: 142)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: ‘Aku adalah yang paling tidak membutuhkan persekutuan. Barangsiapa melaksanakan suatu amal dengan mempersekutukan Aku dengan selain Aku, maka Aku akan meninggalkan dan tidak memperdulikannya.’” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid, dimana ia dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya dan diapun mengakuinya, lantas ditanya: ‘Apakah yang kamu perbuat terhadap nikmat itu?’ Ia menjawab: ‘Saya berjuang di jalan-Mu sehingga saya mati syahid…’ Allah berfirman: ‘Kamu dusta, kamu berjuang agar dikatakan sebagai pemberani; dan hal itu sudah diakui.’ Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang itu sampai akhirnya ia dilemparkan ke dalam neraka.

Kedua orang yang belajar dan mengajar serta suka membaca al-Qur’an dimana ia dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta ia mengakuinya, lantas ditanya: ‘Apakah yang kamu perbuat terhadap nikmat itu?’ Ia menjawab: ‘Saya telah belajar dan mengajarkan al-Qur’an, serta saya suka membaca al-Qur’an untuk-Mu.’ Allah berfirman: ‘Kamu dusta. Kamu belajar al-Qur’an supaya dikatakan orang yang pandai, dan kamu membaca al-Qur’an supaya dikatakan sebagai Qari’, dan hal itu sudah diakui.’ Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang itu sampai akhirnya ia dilempar ke dalam neraka.

Ketiga, orang yang diluangkan rizkynya dan dikaruniai berbagai macam kekayaan dimana ia dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta ia pun mengakuinya, lantas ditanya: ‘Apakah yang kamu perbuat terhadap nikmat itu?’ Ia menjawab: ‘Semua jalan (usaha) yang Engkau sukai agar dibantu, maka saya pasti membantunya karena Engkau.’ Allah berfirman: ‘Kamu dusta, kamu berbuat itu agar dikatakan sebagai orang yang dermawan, dan hal itu sudah diakui.’ Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang itu sampai akhirnya ia dilemparkan ke dalam neraka.’” (HR Muslim)

Dari Ibnu Umar ra. bahwasannya ada beberapa orang yang berkata: “Sesungguhnya apabila kami masuk kepada penguasa, maka kami mengatakan kepadanya lain dari apa yang kami katakan bila kami berada di luar.” Ibnu Umar ra. berkata: “Pada masa Rasulullah saw. kami menganggap hal yang demikian itu termasuk perbuatan nifak.” (HR Bukhari)

Dari Jundub bin Abdullah bin Sufyan ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa memperdengarkan (amalnya), maka Allah akan memperdengarkannya, dan barangsiapa memperlihatkan (amalnya) maka Allah akan memperlihatkannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Abbas ra. yang dimaksud Allah memperdengarkan dan memperlihatkan amalnya adalah dengan tujuan untuk membuat malu orang yang berbuat seperti itu.

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mempelajari ilmu pengetahuan yang semestinya untuk mencari ridla Allah Azza wa Jalla tetapi ia tidak mempelajarinya melainkan untuk mendapatkan kedudukan/ kekayaan duniawi maka ia tidak mendapatkan harumnya surga nanti pada hari kiamat.” (HR Abu Dawud)

Perbuatan yang disangka riya’:
Dari Abu Dzarr ra. ia berkata: Rasulullah saw. pernah ditanya: “Bagaimana pendapat engkau apabila ada seseorang yang mengerjakan kebajikan kemudian ia dipuji oleh orang banyak?” Beliau menjawab: “Yang demikian itu sebagai pendahulu kabar gembira bagi orang Mukmin.” (HR Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar