Selasa, 22 Oktober 2013

Wajib Melaksanakan Hukum-Hukum Allah

Riyadhush Shalihin; hadits tentang Melaksanakan Hukum-hukum Allah

Allah berfirman: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (an-Nisaa’: 65)

Allah berfirman: “Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan Kami patuh”. dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (an-Nuur: 51)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Ketika Rasulullah saw. menerima ayat: lillaaHi maa fis samaawaati wa maa fil ardli wa in tubduu maa fii anfusikum au tukhfuuHu yuhaasibkum biHillaaH (“Kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu mengungkapkan apa yang ada di dalam hatimu atau menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu”).

Para shahabat Rasulullah saw. merasa berat dengan kandungan ayat tersebut. Kemudian mereka menemui Rasulullah saw. sambil berjongkok dan berkata: “Wahai Rasulallah, kami dapat melakukan amal-amal perbuatan yang dibebankan kepada kami dengan sekuat tenaga, yaitu: shalat, jihad, berpuasa dan sedekah. Tetapi mengenai kandungan ayat itu, kami merasa tidak mampu untuk melaksanakannya.” Beliau bersabda: “Apakah kamu akan berkata seperti yang dikatakan ahli kitab sebelum kamu.

Mereka mengatakan: “Kami mendengar dan kami melanggarnya.” Janganlah seperti mereka, tetapi katakanlah: “Sami’naa wa atha’naa ghufraanaka rabbanaa wa ilaikal mashiir.”(“Kami mendengar dan kami mentaatinya. Ampunilah kami wahai Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kami kembali.”) ketika ayat itu dibaca dan lidah mereka terasa ringan untuk membacanya, kemudian Allah Ta’ala menurunkan ayat selanjutnya: aamanar rasuulu bimaa unzila ilaiHi mir rabbiHii wal mu’minuuna kullun aamana billaaHi wa malaa-ikatiHii wa kutubiHii wa rusuliHii laa nufarriqu baina ahadim mir rusuliHi wa qaaluu sami’naa wa atha’naa ghufraanaka rabbanaa wa ilaikal mashiir (“Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seorang (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,” dan mereka mengatakan: “Kami mendengar dan kami mentaati.” (mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”

Ketika mereka telah melakukan kandungan ayat itu, kemudian Allah Ta’ala memasuhkan dengan ayat selanjutnya, yaitu: laa yukallifullaaHu nafsan illaa wus-‘aHaa laHaa maa kasabat wa-‘alaiHaa maktasabat, rabbanaa laa tu-aakhidnaa in nasiinaa au akhtha’naa.” (“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah.”)

Dijawab: “yaa” “rabbanaa wa laa tahmil ‘alainaa ishrang kamaa halataHuu ‘alal ladziina ming qablinaa” (“Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.”) dijawab: “Ya.” “Rabbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaabiHi” (“Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak sanggup memikulnya.”) dijawab: “Ya.”, “Wa’fu ‘annaa waghfir lanaa warhamnaa anta maulaanaa fanshurnaa ‘alal qaumil kaafiriin.” (“Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”) dijawab: “Ya.” (HR Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar